Minim Anggaran, 3 Jembatan Batal Dibangun
Warga Kedui yang hendak ke Pasar Metro atau Puskesmas Desa Metro, harus menempuh jarak lebih jauh karena tidak ada jembatan.
BANGLI, NusaBali
Akibat kurangnya anggaran, rencana pembangunan tiga jembatan di wilayah Kabupaten Bangli harus ditunda. Pembangunan direncanakan bisa terlaksana pada 2018 mendatang.
Sekretaris Dinas Pekerjaan Umum (PU) Bangli I Made Soma, menjelaskan tiga jembatan yang tertunda pembangunannya, yakni jembatan yang menghubungkan Dusun Metro, Desa Yangapi dengan Dusun Kedui, Desa Tembuku, Kecamatan Tembuku. Jembatan penghubung Desa Gunung Bau, Kecamatan Kintamani tembus Desa Binyan, Kecamatan Kintamani. Serta jembatan Kintamani yang tembus Dusun Gunung Kunyit, Desa Batur Utara, Kecamatan Kintamani.
Pembangunan jembatan bertujuan untuk mempermudah akses perekonomian masyarakat. Dari segi perekonomian, hingga saat ini masyarakat Kedui lebih banyak melakukan aktivitas jual beli di Pasar Tembuku. Warga mesti memutar sejauh lima kilometer, sedangkan bila jembatan terbangun warga akan lebih dekat menuju Pasar Metro, yang jaraknya sekitar 850 meter. Kemudian untuk mencapai puskesmas ke wilayah Desa Metro jaraknya hanya 500 meter.
Menurut Made Soma, secara umum jalan utama bisa dilalui warga, namun jaraknya memang cukup jauh. Sementara untuk jalan yang rencananya dibangun jembatan Gunung Bau–Binyan melewati kali (saat musim kering, kali tersebut tidak teraliri air, sehingga bisa dilintasi, Red), sedangkan Kintamani–Gunung Kunyit melintasi sungai, dan saat hujan dipastikan warga tidak berani melintas.
Diakuinya, rencana pembangunan tiga jembatan tersebut sudah dirintis sejak lama. Bahkan detail engineering design (DED) telah dirancang. Namun karena terbentur anggaran, rencana pembangunan ketiga jembatan tersebut harus tertunda tahun ini. Jembatan yang menghubungkan Dusun Metro – Dusun Kedui dengan bentangan sepanjang hampir 50 meter memerlukan anggaran sebesar Rp 6,6 miliar lebih. Sementara anggaran yang tersedia hanya Rp 3,5 miliar lebih.
Akibatnya masyarakat sekitar terpaksa membuat jembatan darurat dari bahan bambu untuk bisa menyeberang. Begitu pula untuk pembanguan jembatan yang menghubungkan Gunung Bau – Binyan, dari kebutuhan anggaran sebesar Rp 7,9 miliar lebih yang tersedia hanya Rp 3,8 miliar.
Sedangkan untuk jembatan yang menghubungkan Gunung Kunyit – Kintamani anggaran yang dibutuhkan sebesar Rp 3,8 miliar lebih, namun dana yang diplot hanya sebesar Rp 2,6 miliar. “Untuk membangun sebuah jembatan tidak bisa dilakukan secara bertahap. Pembangunan jembatan harus dikerjakan secara keseluruhan. Beda dengan pengerjaan kegiatan jenis lainya,” ungkap Made Soma.
Sementara ini guna mendukung aktivitas warga, fasilitas jalan menuju lokasi jembatan rencana dihotmix. “Untuk kegiatan peningkatan jalan sudah masuk dalam tahap pelelangan. Jembatan memang belum terbangun, tapi kami optimalkan dulu untuk jalan. Bila jalan sudah bagus, nanti saat pembangunan jembatan tidak kesulitan untuk pengangkutan bahan-bahan,” tuturnya.
Sementara itu, wilayah Bangli terdapat 10 jembatan dengan kondisi sedang. Kontrol rutin dilakukan oleh petugas, bila ada kerusakan bisa segera dilakukan perbaikan. *e
Sekretaris Dinas Pekerjaan Umum (PU) Bangli I Made Soma, menjelaskan tiga jembatan yang tertunda pembangunannya, yakni jembatan yang menghubungkan Dusun Metro, Desa Yangapi dengan Dusun Kedui, Desa Tembuku, Kecamatan Tembuku. Jembatan penghubung Desa Gunung Bau, Kecamatan Kintamani tembus Desa Binyan, Kecamatan Kintamani. Serta jembatan Kintamani yang tembus Dusun Gunung Kunyit, Desa Batur Utara, Kecamatan Kintamani.
Pembangunan jembatan bertujuan untuk mempermudah akses perekonomian masyarakat. Dari segi perekonomian, hingga saat ini masyarakat Kedui lebih banyak melakukan aktivitas jual beli di Pasar Tembuku. Warga mesti memutar sejauh lima kilometer, sedangkan bila jembatan terbangun warga akan lebih dekat menuju Pasar Metro, yang jaraknya sekitar 850 meter. Kemudian untuk mencapai puskesmas ke wilayah Desa Metro jaraknya hanya 500 meter.
Menurut Made Soma, secara umum jalan utama bisa dilalui warga, namun jaraknya memang cukup jauh. Sementara untuk jalan yang rencananya dibangun jembatan Gunung Bau–Binyan melewati kali (saat musim kering, kali tersebut tidak teraliri air, sehingga bisa dilintasi, Red), sedangkan Kintamani–Gunung Kunyit melintasi sungai, dan saat hujan dipastikan warga tidak berani melintas.
Diakuinya, rencana pembangunan tiga jembatan tersebut sudah dirintis sejak lama. Bahkan detail engineering design (DED) telah dirancang. Namun karena terbentur anggaran, rencana pembangunan ketiga jembatan tersebut harus tertunda tahun ini. Jembatan yang menghubungkan Dusun Metro – Dusun Kedui dengan bentangan sepanjang hampir 50 meter memerlukan anggaran sebesar Rp 6,6 miliar lebih. Sementara anggaran yang tersedia hanya Rp 3,5 miliar lebih.
Akibatnya masyarakat sekitar terpaksa membuat jembatan darurat dari bahan bambu untuk bisa menyeberang. Begitu pula untuk pembanguan jembatan yang menghubungkan Gunung Bau – Binyan, dari kebutuhan anggaran sebesar Rp 7,9 miliar lebih yang tersedia hanya Rp 3,8 miliar.
Sedangkan untuk jembatan yang menghubungkan Gunung Kunyit – Kintamani anggaran yang dibutuhkan sebesar Rp 3,8 miliar lebih, namun dana yang diplot hanya sebesar Rp 2,6 miliar. “Untuk membangun sebuah jembatan tidak bisa dilakukan secara bertahap. Pembangunan jembatan harus dikerjakan secara keseluruhan. Beda dengan pengerjaan kegiatan jenis lainya,” ungkap Made Soma.
Sementara ini guna mendukung aktivitas warga, fasilitas jalan menuju lokasi jembatan rencana dihotmix. “Untuk kegiatan peningkatan jalan sudah masuk dalam tahap pelelangan. Jembatan memang belum terbangun, tapi kami optimalkan dulu untuk jalan. Bila jalan sudah bagus, nanti saat pembangunan jembatan tidak kesulitan untuk pengangkutan bahan-bahan,” tuturnya.
Sementara itu, wilayah Bangli terdapat 10 jembatan dengan kondisi sedang. Kontrol rutin dilakukan oleh petugas, bila ada kerusakan bisa segera dilakukan perbaikan. *e
Komentar