Mobil Mengular hingga 8 Km di Gilimanuk
Penumpukan Juga Terjadi di Pelabuhan Padangbai
Padangbai
Gilimanuk
Pelabuhan
Pura Tirta Segara Rupek
Lebaran
Kapolres Jembrana
AKBP Endang Tri Purwanto
NEGARA, NusaBali - Memasuki akhir pekan jelang hari H Lebaran 2024, arus mudik di Pelabuhan Gilimanuk semakin padat. Pada H-3 Lebaran, Minggu (7/4) dini hari, antrean kendaraan roda empat sempat mengular hingga di timur Pura Tirta Segara Rupek dengan panjang hampir 8 kilometer dari pintu masuk Pelabuhan Gilimanuk.
Puncak ekor antrean pada, Minggu dini hari itu terjadi setelah arus kendaraan ke Gilimanuk kembali membeludak pada, Sabtu (6/4) malam.
Kedatangan volume kendaraan yang tidak sebanding dengan kapasitas layanan penyeberangan di Pelabuhan Gilimanuk memicu penumpukan. Selain mobil pribadi, pick up, bus, dan truk, kendaraan roda dua atau sepeda motor juga sempat mengular di areal tenda peneduh depan pintu loket Pelabuhan Gilimanuk. Sementara memasuki Minggu siang kemarin pergerakan kendaraan ke Gilimanuk masih cukup padat. Antrean kendaraan roda empat masih terjadi hingga di depan Unit Pelaksana Penimbangan Kendaraan Bermotor (UPPKB) Cekik atau sekitar 2 kilometer dari Pelabuhan Gilimanuk. Begitu juga di kantong parkir areal dalam Pelabuhan Gilimanuk dipadati kendaraan yang didominasi mobil pribadi dan sepeda motor.
Kapolres Jembrana, AKBP Endang Tri Purwanto mengatakan kepadatan pemudik yang terjadi sejak Sabtu malam itu diperkirakan adalah masa puncak arus mudik Lebaran tahun 2024 ini. Dalam menghadapi masa puncak arus mudik itu, pihaknya telah menerapkan berbagai skema lalu lintas untuk mengurai ataupun mencegah stagnasi antrean menuju pelabuhan.
"Pengaturan kami lakukan dari ujung antrean hingga di pelabuhan. Kemarin kita juga lakukan patroli di sepanjang antrean untuk memastikan tidak ada yang menyerobot. Termasuk membangunkan sopir-sopir yang ketiduran ketika sudah ada pergerakan sehingga tidak terjadi stagnasi," ujar AKBP Endang. Selain itu, AKBP Endang mengaku sempat mengkandangkan truk-truk saat terjadi kepadatan kendaraan roda dua ataupun mobil pribadi. Namun saat kondisi lengang, truk pun kembali diizinkan berjalan sesuai jalur yang telah disiapkan untuk menuju dermaga pelengsengan atau Dermaga LCM.
"Pengaturan tetap situasional. Dalam artian kami atur sesuai kondisi di lapangan sehingga truk-truk yang membawa sembako masih bisa terlayani," ucap AKBP Endang. Sementara berdasarkan data Posko Angkutan Lebaran ASDP Cabang Ketapang, terjadi lonjakan penumpang yang signifikan sejak, Sabtu (6/4). Sesuai data selama 24 jam pada H-4 Lebaran, Sabtu (6/4) pukul 00.00 WIB hingga pukul 23.59 WIB, tercatat ada sebanyak 71.280 orang penumpang yang diseberangkan dari Pelabuhan Gilimanuk ke Pelabuhan Ketapang.
Total 71.280 orang penumpang yang meninggalkan Bali dalam sehari itu, terdiri dari 1.467 orang penumpang pejalan kaki dan 69.813 orang penumpang dalam kendaraan. Untuk kendaraan yang meninggalkan Bali pada periode sama, tercatat mencapai 21.517 unit. Jumlah kendaraan itu terdiri dari 13.359 unit roda dua, 6.072 unit roda empat, 641 unit bus, dan 1.499 unit truk.
Foto: Kondisi antrean kendaraan di Pelabuhan Gilimanuk pada H-3 Lebaran, Minggu (7/4) dinihari. -IST
General Manager ASDP Cabang Ketapang, Syamsudin mengatakan sejak H-4 Lebaran atau Sabtu (6/4), telah ditetapkan layanan penyeberangan dengan pola sangat padat. Dalam penerapan pola sangat padat yang juga menjadi pola layanan paling maksimal tersebut, dioperasikan sebanyak 35 unit kapal. Dari 35 kapal itu, juga termasuk 6 kapal jumbo yang diperbantukan di Selat Bali. "Bongkar-muat juga tetap dipercepat. Jadi untuk bongkar-muat dilakukan secepatnya. Artinya begitu selesai bongkar langsung muat dan begitu penuh langsung berangkat," ucap Syamsudin.
Sesuai prediksi sebelumnya, masa puncak arus mudik Lebaran tahun 2024 ini diperkirakan terjadi antara H-4 Lebaran atau H-3 Lebaran pada Sabtu (6/4) dan Minggu (7/4). Untuk itu, Syamsudin pun memperkirakan arus mudik pada Minggu malam hingga Senin dini hari bisa akan kembali melonjak. "Kemungkian malam ini juga ada antrean. Tetapi mudah-mudahan tetap berjalan aman dan lancar," ucap Syamsudin.
Sementara di Terminal Padangbai, Karangasem sempat terjadi penumpukan penumpang pada, Sabtu (6/4) malam. Hal ini akibat kedatangan kapal terlambat hingga 5 jam. Penumpukan penumpang itu terjadi pada pukul 19.45 Wita hingga 23.45 Wita. Antrean penumpang didominasi penumpang bersepeda motor terjadi hingga di luar pelabuhan. Di dalam pelabuhan, antrean yang terbagi dua lokasi telah penuh. Sambil menunggu kapal, penumpang lebih memilih bermalam, banyak penumpang menyertakan anak-anak balita, sebelum kapal datang memilih tidur di parkiran terbuka. Sedangkan penumpang kendaraan roda empat dan truk-truk tidak banyak yang antre.
"Kedatangan kapal memang terlambat, harusnya tiap trip atau tiap jam datang. Namun malam itu lebih dari 4 jam tidak ada kapal datang, sehingga terjadi penumpukan penumpang," jelas Manager PT ASDP Indonesia Ferry Padangbai, Agusman. Apalagi katanya, penumpang yang mudik lebaran meningkat terutama penumpang roda dua dan roda empat, peningkatannya mencapai 40 persen dari kondisi normal.
Pantauan NusaBali, tampak ratusan penumpang roda dua lebih memilih beli tiket online untuk mempercepat dapat pelayanan sejak pukul 19.45 Wita, kapal baru datang melakukan bongkaran pukul 23.45 Wita, dan kapal mulai mengangkut penumpang Minggu (7/4) pukul 00.30 Wita. Di bagian lain, Koordinator Satuan Pelayanan Balai Pengelola Transportasi Darat Bali-NTB, Nyoman Sastrawan mengatakan mengingat naiknya arus mudik, maka dari semula 13 trip per 24 jam, jadi 17 trip, tiap trip satu jam, artinya tiap jam memberangkatkan kapal, total mengoperasikan 15 kapal.
Awalnya ada 26 kapal, masuk dok 3 kapal, diperbantukan untuk melayani penumpang di jalur Pelabuhan Gilimanuk-Pelabuhan Ketapang 3 kapal, dan yang siap operasi hanya 15 kapal. "Antrean sejak Sabtu malam telah terurai, bisa saja nanti ada penambahan kapal tergantung situasi penumpang," jelas Sastrawan.
Sedangkan dua dermaga dioperasikan secara teknis tidak ada kendala, dan cuaca di Selat Lombok juga bersahabat. Sesuai ramalan BMKG (Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika) Wilayah III Denpasar, untuk Selat Lombok bagian utara, kecepatan angin berkisar 2-6 knots per jam, dan tinggi gelombang 0,50 meter-1,25 meter, sedangkan Selat Lombok bagian selatan dengan kecepatan angin 2-20 knots per jam, dengan tinggi gelombang 1,25 meter-2,50 meter.
Salah satu penumpang yang mengajak balita Fatimah dari Desa Batunyala, Kecamatan Praya, Kabupaten Lombok Tengah, NTB, mengaku antre sejak pukul 19.30 Wita. "Saya mudik bersama suami dan dua anak, sebenarnya tiap tiga bulan sekali pulang kampung," jelas Fatimah sambil menggendong anak balitanya. 7 ode, k16
1
Komentar