Jeblok, Industri Manufaktur Bali
Industri manufaktur di Bali sedang jeblok, baik Industri Manufaktor Kecil (IMK) maupun Industri Manufaktur Besar dan Sedang (IBS).
DENPASAR, NusaBali
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pada triwulan II (April-Juni 2017) IMK Bali jeblok 5,67 % dibandingkan triwulan I (Januari- Maret 2017).
Tak beda dengan IMK, IBS Bali juga anjlok sebesar 3,98 % pada periode triwulan yang sama. Pertumbuhan negative atau minus ini dibawah rata-rata pertumbuhan IMK dan IBS nasional yang masing-masing tumbuh 1,32 % (IMK) dan 2,57 % (IBS).
Kepala BPS Bali Adi Nugroho mengatakan, BPS belum sampai mengumpulkan secara khusus yang menjadi penyebab menurunnya pertumbuhan IMK dan IBS pada triwulan II ini.
Meski demikian, Adi Nugroho menduga salah satu pemicunya adalah belum ditemukannya format yang pas untuk penyesuaian untuk konsolidasi sektor industry manufaktur. “Triwulan sebelumnya triwulan satu pertumbuhan ekonomi yang melambat,” kata Adi Nugroho.
Data dari BPS menunjukkan dari 10 jenis industri (IMK) hanya dua jenis industry yang memberi kontribusi pertumbuhan positif yakni industri kertas dan barang dari kertas yang tumbuh 3,90 % dan industri barang logam bukan mesin dan peralatan yang tumbuh 0,89 %.
Selebihnya 8 jenis lain diantaranya industri makanan, industri tekstil , industri pakaian jadi dan furniture tumbuh negative atau minus. Kondisi serupa dengan IBS, dari 7 jenis industri IBS, hanya 2 industri yang menyumbang pertumbuhan positif yakni industri minuman dan industri tekstil.
Lima jenis industri lainnya, industri makanan, industri pakaian jadi, furniture dan bamboo, indusri kayu dan industri pengolahan lain tumbuh negative.
Menurut Adi Nugroho, sesungguhnya permasalahan industri atau IMK cukup banyak dan beragam. Namun secara spesifik pada umumnya permasalahannya diantaranya aspek permodalan, kendala pemasaran, lemahnya pengembangan atau penguatan usaha, akses perbankan dan lainnya.
“Permasalahan klasik ini sangat mempengaruhi gerak ekonomi kreatif (IMK) sehingga sulit berkembang,” ujar Adi Nugroho.
Namun lanjut Adi Nugroho, adanya program Jaminan Kredit Daerah (Jamkrida) dari Pemprov Bali diharapkan dapat membantu dan mendorong kinerja dan produksi IMK, sebagai salah satu lokomotif perekonomian Bali. *k17
Tak beda dengan IMK, IBS Bali juga anjlok sebesar 3,98 % pada periode triwulan yang sama. Pertumbuhan negative atau minus ini dibawah rata-rata pertumbuhan IMK dan IBS nasional yang masing-masing tumbuh 1,32 % (IMK) dan 2,57 % (IBS).
Kepala BPS Bali Adi Nugroho mengatakan, BPS belum sampai mengumpulkan secara khusus yang menjadi penyebab menurunnya pertumbuhan IMK dan IBS pada triwulan II ini.
Meski demikian, Adi Nugroho menduga salah satu pemicunya adalah belum ditemukannya format yang pas untuk penyesuaian untuk konsolidasi sektor industry manufaktur. “Triwulan sebelumnya triwulan satu pertumbuhan ekonomi yang melambat,” kata Adi Nugroho.
Data dari BPS menunjukkan dari 10 jenis industri (IMK) hanya dua jenis industry yang memberi kontribusi pertumbuhan positif yakni industri kertas dan barang dari kertas yang tumbuh 3,90 % dan industri barang logam bukan mesin dan peralatan yang tumbuh 0,89 %.
Selebihnya 8 jenis lain diantaranya industri makanan, industri tekstil , industri pakaian jadi dan furniture tumbuh negative atau minus. Kondisi serupa dengan IBS, dari 7 jenis industri IBS, hanya 2 industri yang menyumbang pertumbuhan positif yakni industri minuman dan industri tekstil.
Lima jenis industri lainnya, industri makanan, industri pakaian jadi, furniture dan bamboo, indusri kayu dan industri pengolahan lain tumbuh negative.
Menurut Adi Nugroho, sesungguhnya permasalahan industri atau IMK cukup banyak dan beragam. Namun secara spesifik pada umumnya permasalahannya diantaranya aspek permodalan, kendala pemasaran, lemahnya pengembangan atau penguatan usaha, akses perbankan dan lainnya.
“Permasalahan klasik ini sangat mempengaruhi gerak ekonomi kreatif (IMK) sehingga sulit berkembang,” ujar Adi Nugroho.
Namun lanjut Adi Nugroho, adanya program Jaminan Kredit Daerah (Jamkrida) dari Pemprov Bali diharapkan dapat membantu dan mendorong kinerja dan produksi IMK, sebagai salah satu lokomotif perekonomian Bali. *k17
Komentar