Siswa SMAN Bali Mandara Sabet Medali Emas di Jepang
Sempat terancam gagal berangkat ke Jepang karena terkendala biaya, dua siswa SMAN Bali Mandara, Buleleng, I Gede Herry Arun Wijaya, 18, dan Ni Putu Gita Naraswati, 18, justru sukses sabet medali emas dalam event International Exhibition for Young Inventors (EIYI) di Nagoya, 25-31 Juli 2017.
Sukses Ciptakan Tong Sampah Inovatif
SINGARAJA, NusaBali
Mereka berjaya berkat suksesnya menciptakan tong sampah inovatif yang di-beri nama ‘Smart Trash Can’. Dari dua siswa penemu tong sampah Smart Trash Can ini, hanya Gede Herry Arun Wijaya yang berangkat ke Jepang. Sedangkan Putu Gita Naraswati tidak ikut berangkat. Kendati hanya Gede Herry yang berangkat ke Jepang untuk mempresentasikan tong sampah pintar temuannya, dia mampu membawa pula dua medali sekaligus. Pertama, medali emas selaku pemenang lomba EIYI 2017. Kedua, medali Special Award dari Makao.
Gede Herry sudah balik dari Jepang dan tiba kembali di SMAN Bali Mandara, Desa/Kecamatan Kubutambahan, Buleleng, Selasa (1/8) sore pukul 17.00 Wita. Dia disambut langsung Kepala Sekolah (Kasek) SMAN Bali Mandara, Drs Nyoman Darta MPd.
Gede Herry sendiri sempat terancam gagal berangkat ke ajang EIYI 2017 di Nagoya, Jepang, karena terkendala biaya. Beruntung, siswa SMAN Bali Mandara yang sudah diterima di Universitas Prasetya Mulya Internasional School ini akhirnya bisa berangkat, atas bantuan perusahaan teh P Bali Cahaya Amerta. Kepastian sponsor itu baru muncul hanya berselang dua pekan menjelang berangkat.
Gede Herry berangkat ke Jepang bersama 5 tim lainnya dari Indonesia, yang sama-sama pemenang lomba penelitian yang digelar Lembaga Ilmu Pengeta-huan Indonesia (LIPI). Gede Herry berangkat seorang diri dari Bali, tanpa didampingi guru pembina.
Dengan keberanian dan perjuangan kerasnya, dia akhirnya bisa mempresentasikan tong sampah inovatif buatannya bersama Putu Gita Naraswati di Nagoya. Namun, Gede Herry sempat mengalami beberapa kendala di event EIYI itu. Salah satunya, harus mengubah ukuran tong sampah inovatif miliknya menjadi ukuran lebih kecil, sehingga dia harus dilakukan perakitan ulang.
“Alat yang saya bawa dari Indonesia tidak sesuai dengan tegangan listrik yang ada di Jepang, sehingga harus keliling dulu cari yang sesuai,” kenang Gede Herry saat ditemui NusaBali di SMAN Bali Mandara, Selasa sore.
Gede Herry mengisahkan, dalam ajang bergengsi tingkat internasional yang diikuti perwakilan dari 15 negara belahan Benoa Asia dan Eropa itu, dia sempat down karena melihat karya lawannya hebat-hebat dan sebagian besar berupa peralatan canggih dan robot. Selain itu, kategori Green Technology yang diikuti Gede Herry juga pesertanya paling banyak, yakni 70 tim. Persaingan pun santat sengit.
Dalam penilaian lomba yang dilakukan layaknya pameran, 27-29 Juli 2017, Gede Herry harus mempresentasikan karyanya, cara kerja, dan juga manfaat Smart Trash Can bagi masyarakat. Itu dipresentasikan hanya dalam waktu 3 menit, tentu saja menggunakan bahasa Inggris. “Di sana kita juga tidak tahu, mana yang juri dan bukan, karena ditata seperti pameran,” cerita siswa kelahiran Singaraja, 2 Juni 1999, asal Banjar Paketan, Kelurahan Paket Agung, Kecamatan Buleleng ini.
Menurut Gede Herry, selama tiga hari pameran hasil karyanya, dia sempat kelabakan melayani pengunjung orang asli Jepang, karena mereka yang tidak mengerti Bahasa Inggris. Sedangkan Gede Herry kurang fasih berbahasa Jepang, sehingga dia terpaksa banyak menggunakan bahasa tubuh.
Tanpa diduga, kerja kerasnya membuahkan hasil. Namun, saat pengumuman pemenang, Gede Herry sempat putus asa juga, karena namanya disebut paling belakang. “Saya kira sudah tidak dapat juara, karena nama tidak disebut-sebut. Tapi, begitu dipanggil, saya langsung lari ke depan panggung bawa bendera Merah Putih. Rasanya mau nangis tidak percaya,” cerita anak sulung dari tiga bersaudara keluarga pasangan I Made Wijaya Yasa dan Ni Putu Suka Puriani ini.
Gede Herry menyebutkan, dari 6 tim asal Indonesia yang ikut kompetisi di Jepang, berhasil membawa pulang 2 medali emas, 2 perak, 2 perunggu, serta 5 special award. Gede Herry sangat beruntung termasuk peraih medali emas dan special award. Saat ini, Gede Herry sudah diterima kuliah di Universitas Prasetya Mulya Internasional School, bersama 8 lulusan SMAN Bali Mandara lainnya. Selutuh biaya kuliah dan hidup selama menempuh pendidikan ditanggung pihak kampus.
Tong sampah inovatif ‘Smart Trash Can’ yang diciptakan Gede Herry bersama Putu Gita telah mendapat hak paten dari Kementerian Hukum dan HAM dengan dengan nomor seri L00201604737 per tanggal 18 November 2016. Tong sampah pintar ini mampu mendeteksi empat jenis sampah berbeda: organik, plastik, kaca, besi. Jadi, dengan tong sampah tersebut, masyarakat tidak perlu susah-susah untuk memilah sampah. Tong sampah yang dilengkapi dengan sensor ini dapat mendeteksi dan membuka sendiri tutup tong sampah, disesuaikan dengan jenis sampah yang akan dibuang.
Sementara itu, Kasek SMAN Bali Mandara Nyoman Darta mengaku sangat bersyukur dan bangga atas keberhasilan yang diraih Gede Herry dan Putu Gita. Pihaknya juga berterimakasih atas sponsor yang berikan PT Bali Cahaya Amerta, hingga anak didiknya bisa berangkat ke Jepang dan berhasil menyabet medali emas serta special award.
“Kami bersyukur dan sebelumnya yakin siswa kami bisa berangkat. Mudah-mudahan dengan program yang kami punya, SMAN Bali Mandara bisa mencetak siswa sebagai generasi pencipta, bukan generasi penikmat atau perusak. Mudah-mudahan ini bisa menginspirasi siswa kami dan juga sekolah lainnya di Bali,” ujar Nyoman Darta di SMAN Bali Mandara, kemarin sore. *k23
SINGARAJA, NusaBali
Mereka berjaya berkat suksesnya menciptakan tong sampah inovatif yang di-beri nama ‘Smart Trash Can’. Dari dua siswa penemu tong sampah Smart Trash Can ini, hanya Gede Herry Arun Wijaya yang berangkat ke Jepang. Sedangkan Putu Gita Naraswati tidak ikut berangkat. Kendati hanya Gede Herry yang berangkat ke Jepang untuk mempresentasikan tong sampah pintar temuannya, dia mampu membawa pula dua medali sekaligus. Pertama, medali emas selaku pemenang lomba EIYI 2017. Kedua, medali Special Award dari Makao.
Gede Herry sudah balik dari Jepang dan tiba kembali di SMAN Bali Mandara, Desa/Kecamatan Kubutambahan, Buleleng, Selasa (1/8) sore pukul 17.00 Wita. Dia disambut langsung Kepala Sekolah (Kasek) SMAN Bali Mandara, Drs Nyoman Darta MPd.
Gede Herry sendiri sempat terancam gagal berangkat ke ajang EIYI 2017 di Nagoya, Jepang, karena terkendala biaya. Beruntung, siswa SMAN Bali Mandara yang sudah diterima di Universitas Prasetya Mulya Internasional School ini akhirnya bisa berangkat, atas bantuan perusahaan teh P Bali Cahaya Amerta. Kepastian sponsor itu baru muncul hanya berselang dua pekan menjelang berangkat.
Gede Herry berangkat ke Jepang bersama 5 tim lainnya dari Indonesia, yang sama-sama pemenang lomba penelitian yang digelar Lembaga Ilmu Pengeta-huan Indonesia (LIPI). Gede Herry berangkat seorang diri dari Bali, tanpa didampingi guru pembina.
Dengan keberanian dan perjuangan kerasnya, dia akhirnya bisa mempresentasikan tong sampah inovatif buatannya bersama Putu Gita Naraswati di Nagoya. Namun, Gede Herry sempat mengalami beberapa kendala di event EIYI itu. Salah satunya, harus mengubah ukuran tong sampah inovatif miliknya menjadi ukuran lebih kecil, sehingga dia harus dilakukan perakitan ulang.
“Alat yang saya bawa dari Indonesia tidak sesuai dengan tegangan listrik yang ada di Jepang, sehingga harus keliling dulu cari yang sesuai,” kenang Gede Herry saat ditemui NusaBali di SMAN Bali Mandara, Selasa sore.
Gede Herry mengisahkan, dalam ajang bergengsi tingkat internasional yang diikuti perwakilan dari 15 negara belahan Benoa Asia dan Eropa itu, dia sempat down karena melihat karya lawannya hebat-hebat dan sebagian besar berupa peralatan canggih dan robot. Selain itu, kategori Green Technology yang diikuti Gede Herry juga pesertanya paling banyak, yakni 70 tim. Persaingan pun santat sengit.
Dalam penilaian lomba yang dilakukan layaknya pameran, 27-29 Juli 2017, Gede Herry harus mempresentasikan karyanya, cara kerja, dan juga manfaat Smart Trash Can bagi masyarakat. Itu dipresentasikan hanya dalam waktu 3 menit, tentu saja menggunakan bahasa Inggris. “Di sana kita juga tidak tahu, mana yang juri dan bukan, karena ditata seperti pameran,” cerita siswa kelahiran Singaraja, 2 Juni 1999, asal Banjar Paketan, Kelurahan Paket Agung, Kecamatan Buleleng ini.
Menurut Gede Herry, selama tiga hari pameran hasil karyanya, dia sempat kelabakan melayani pengunjung orang asli Jepang, karena mereka yang tidak mengerti Bahasa Inggris. Sedangkan Gede Herry kurang fasih berbahasa Jepang, sehingga dia terpaksa banyak menggunakan bahasa tubuh.
Tanpa diduga, kerja kerasnya membuahkan hasil. Namun, saat pengumuman pemenang, Gede Herry sempat putus asa juga, karena namanya disebut paling belakang. “Saya kira sudah tidak dapat juara, karena nama tidak disebut-sebut. Tapi, begitu dipanggil, saya langsung lari ke depan panggung bawa bendera Merah Putih. Rasanya mau nangis tidak percaya,” cerita anak sulung dari tiga bersaudara keluarga pasangan I Made Wijaya Yasa dan Ni Putu Suka Puriani ini.
Gede Herry menyebutkan, dari 6 tim asal Indonesia yang ikut kompetisi di Jepang, berhasil membawa pulang 2 medali emas, 2 perak, 2 perunggu, serta 5 special award. Gede Herry sangat beruntung termasuk peraih medali emas dan special award. Saat ini, Gede Herry sudah diterima kuliah di Universitas Prasetya Mulya Internasional School, bersama 8 lulusan SMAN Bali Mandara lainnya. Selutuh biaya kuliah dan hidup selama menempuh pendidikan ditanggung pihak kampus.
Tong sampah inovatif ‘Smart Trash Can’ yang diciptakan Gede Herry bersama Putu Gita telah mendapat hak paten dari Kementerian Hukum dan HAM dengan dengan nomor seri L00201604737 per tanggal 18 November 2016. Tong sampah pintar ini mampu mendeteksi empat jenis sampah berbeda: organik, plastik, kaca, besi. Jadi, dengan tong sampah tersebut, masyarakat tidak perlu susah-susah untuk memilah sampah. Tong sampah yang dilengkapi dengan sensor ini dapat mendeteksi dan membuka sendiri tutup tong sampah, disesuaikan dengan jenis sampah yang akan dibuang.
Sementara itu, Kasek SMAN Bali Mandara Nyoman Darta mengaku sangat bersyukur dan bangga atas keberhasilan yang diraih Gede Herry dan Putu Gita. Pihaknya juga berterimakasih atas sponsor yang berikan PT Bali Cahaya Amerta, hingga anak didiknya bisa berangkat ke Jepang dan berhasil menyabet medali emas serta special award.
“Kami bersyukur dan sebelumnya yakin siswa kami bisa berangkat. Mudah-mudahan dengan program yang kami punya, SMAN Bali Mandara bisa mencetak siswa sebagai generasi pencipta, bukan generasi penikmat atau perusak. Mudah-mudahan ini bisa menginspirasi siswa kami dan juga sekolah lainnya di Bali,” ujar Nyoman Darta di SMAN Bali Mandara, kemarin sore. *k23
Komentar