PHRI Bali Waspadai Pelemahan Rupiah
Pengamat menilai tak berpengaruh signifikan terhadap peningkatan wisman ke Bali
DENPASAR, NusaBali
Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Bali mewaspadai pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terutama menyangkut kunjungan wisatawan dan penyesuaian harga.
“Untuk tarif kamar/jasa pariwisata untuk saat ini memang belum dilakukan karena masih melihat situasi kondisi serta perkembangan dinamis yang terjadi,” kata Sekretaris PHRI Bali Perry Markus di Denpasar, Bali, seperti dilansir Antara, Rabu.
Dia menjelaskan penguatan mata uang dolar AS dan melemahnya rupiah untuk saat ini masih belum memberikan dampak yang signifikan terhadap kunjungan wisatawan mancanegara di Bali.
Pasalnya, lanjut dia, masih ada faktor lain yang memberi pengaruh di antaranya inflasi dan tertekannya perekonomian di beberapa negara asal wisatawan asing ke Bali.
“Kondisi sekarang ini, di beberapa negara masih cukup sulit untuk warga negaranya berwisata,” imbuhnya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Bali jumlah wisatawan mancanegara (wisman) di Pulau Dewata pada 2023 mencapai 5,27 juta atau naik 144 persen jika dibandingkan 2022 mencapai 2,1 juta orang.
Capaian kunjungan wisman itu mendekati realisasi pada 2019 atau sebelum pandemi COVID-19 yang menyentuh 6,3 juta wisman.
Sedangkan kunjungan wisman hingga Februari 2024, BPS Bali mencatat sebanyak 874 ribu orang atau naik 33,5 persen dibandingkan periode sama 2023 mencapai 655 ribu orang.
Ada pun asal negara wisman itu paling banyak berasal dari Australia, China, India, Korea Selatan, Malaysia, Inggris, Amerika Serikat, Rusia, Singapura dan Jepang.
Sementara itu, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada Rabu ini dibuka turun dipengaruhi oleh data inflasi Indeks Harga Konsumen Amerika Serikat (AS) Maret 2024 yang naik dengan capaian di atas Rp16 ribu per dolar AS.
Pada awal perdagangan Rabu pagi, rupiah tergelincir 76 poin atau 0,47 persen menjadi Rp16.252 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp16.176 per dolar AS. Selain akibat inflasi di Amerika Serikat, situasi konflik global juga berpengaruh terhadap melemahnya nilai tukar rupiah.
Sementara itu pengamat ekonomi dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Abdul Manap Pulungan menyebutkan bahwa tren pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS tidak signifikan mempengaruhi peningkatan kunjungan wisatawan mancanegara di Bali.
“Karena terkompensasi dengan potensi semakin mahal biaya di hotel, biaya makanan, tiket karena biaya BBM,” kata Abdul saat dihubungi di Denpasar, Bali, Rabu.
Menurut dia, dalam jangka pendek ini pelemahan nilai tukar rupiah mendorong peningkatan harga karena beberapa komponen kebutuhan pariwisata juga didukung sejumlah produk impor. Selain itu, tren melemahnya nilai tukar rupiah berpotensi meningkatkan biaya untuk tiket transportasi udara karena pengaruh harga BBM avtur.
Sementara itu, wisatawan domestik, lanjut dia, juga berpotensi melakukan pengereman belanja khususnya untuk berwisata karena sejak tahun lalu inflasi yang tinggi dari bahan makanan.
Di sisi lain, ia berharap pelaku usaha pariwisata tak langsung menyesuaikan tarif namun perlu dilakukan secara bertahap agar konsumen tidak terkejut.
“Jadi tahapan itu perlu dilakukan secara gradual, tidak perlu langsung eksekusi (kenaikan harga) ke level tertinggi nanti bisa membuat konsumen itu shock,” katanya.
Pariwisata Bali, menurut dia, sudah memiliki nama besar di kalangan pelancong dunia sehingga keramahan dan budaya yang khas harus dipertahankan, selain didukung alam yang menarik. 7
Komentar