Ignoransi Menafikan Peluang Gemilang
IGNORANSI (Inggris: ignorance) atau ketidaktahuan memiliki efek negatif pada individu atau kelompok. Misalnya, Generasi Z yang memiliki karakteristik terbuka terhadap berbagai hal, seperti isu sosial, lingkungan, multikulturalisme, dan kemajuan teknologi.
Mereka tidak bisa berjalan sendiri-sendiri, selalu ingin tahu, dan selalu ke mana-mana. Jika ada masalah tertentu, mereka lebih berani untuk menyuarakannya. Namun, mereka sering ignoran atau tidak ‘melihat’ keunggulannya sebagai wisdom, suatu kepandaian menggunakan akal budi.
Kepandaian menggunakan akal budi, misalnya dalam melakukan pekerjaan yang memperkaya dan menantang. Atau, memeroleh rasa kontrol untuk mendapatkan berbagai posisi kepemimpinan dan lain sebagainya. Menurut Thomas Ruggles Pynchon Jr, seorang penulis Amerika yang dikenal dengan karya-karya fiksinya yang padat dan kompleks, ketidaktahuan bukan hanya ruang kosong pada mental seseorang. Tetapi, ignorans memiliki kontur dan koherensi dan tidak semua orang mengetahui serta memahami hal tersebut. Karakteristik positif Generasi Z dapat dirusak oleh keterbatasan informasi atau kompetensi, sehingga dapat memunculkan perasaan superioritas teknologikal, merasa super dalam kemodernan tetapi melalaikan etika dan kesantunan dalam berkomunikasi.
Super
ioritas teknologikal merupakan perasaan berlebih seakan menguasai teknologi atau berbagai gadgets secara holistikf. Parsialitas penguasaan teknologi berefek pada rendahnya kecerdasan emosional (EQ), sosial (SQ), adversitas (AQ), ekologis (EcQ), dan spiritual (SpQ). Kecerdasan emosional adalah kemampuan mengenali perasaan diri sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri, dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain. Sementara itu, kecerdasan sosial adalah kemampuan mencapai kematangan pada kesadaran berpikir dan bertindak untuk menjalankan peran manusia sebagai makhluk sosial di dalam menjalin hubungan dengan lingkungan sosialnya.
Menurut pandangan Stoltz, kecerdasan adversitas adalah suatu konsep mengenai kualitas pribadi yang dimiliki seseorang untuk menghadapi berbagai kesulitan dan dalam usaha mencapai kesuksesan di berbagai bidang hidupnya. Kecerdasan ekologis merupakan sebuah kemampuan yang dimiliki seseorang dalam merespons keadaan yang terjadi di sekitar lingkungannya dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Adapun Gardner (2013) menyebut kecerdasan ekologis dengan istilah kecerdasan naturalis. Sementara itu, kecerdasan spiritual adalah kemampuan seseorang untuk mendengarkan hati sebagai bisikan kebenaran yang berasal dari Tuhan, ketika seseorang mengambil keputusan atau melakukan pilihan, berempati, dan beradaptasi.
Kehidupan saat ini dan ke depan disaturasi dengan kompleksitas. Maka dari itu, beberapa keterampilan paling dibutuhkan yang harus dipelajari dan dimiliki untuk masa depan untuk menjaga karier agar tetap aman, yaitu, kecerdasan buatan, coding, komputasi awan, blockchain, desain UX, berpikir kritis, kecerdasan emosional, dan keterampilan berkomunikasi. Pada tahun 2025, sepuluh keterampilan yang dibutuhkan terdiri atas; berpikir analitis dan inovasi, pembelajaran aktif dan strategi pembelajaran, pemecahan masalah yang kompleks, berpikir kritis dan analistis, kreativitas, orisinalitas, inisiatif, kepemimpinan, pemengaruh sosial, penggunaan teknologi, kontrol dan pemantauan, desain dan pemrograman teknologi, ketahanan dan toleransi terhadap stres, fleksibilitas, penalaran, pemecahan masalah, dan ideasi.
Ignoransi terhadap sepuluh keterampilan strategis tersebut akan menyisihkan Generasi Z untuk memetik bunga indah dan buah ranum kemajuan zaman. Kemampuan ini penting supaya bisa lebih mudah menyelesaikan pekerjaan. Hard skill biasanya identik dengan kemampuan inteligensi (IQ). Hal-hal tersebut menjadi penting ketika posisi pekerjaan yang dibutuhkan sesuai dengan hard skill sebelum mendapatkan pekerjaan tersebut. Sementara itu, soft skill seperti komunikasi berpengaruh secara signifikan terhadap kesiapan kerja. Semakin tinggi penguasaan atas soft skill tersebut, maka kesiapan kerja juga akan mengalami kenaikan. Soft skill sangat dibutuhkan dalam dunia kerja karena setiap dunia kerja akan menghadapi berbagai jenis masalah. Organisasi/perusahaan membutuhkan orang-orang yang mampu berpikir kritis dan mampu memecahkan sebuah masalah dengan baik. 7
Prof Dewa Komang Tantra MSc, PhD
Guru Besar Tetap Universitas Warmadewa
1
Komentar