Dua Nelayan Kaliasem Hilang di Laut
Dua nelayan dari Banjar Bunut Panggang, Desa Kaliasem, Kecamatan Banjar Buleleng dilaporkan hilang di laut.
SINGARAJA, NusaBali
Kedua nelayan ini, Husni, 32, dan Abdul Wahid, 25, pergi melaut bersama sejak Senin (31/7) dinihari pukul 04.00 Wita, namun hingga kini beku ditemukan.
Hilangnya dua nelayan sekampung, Husni dan Abdul Wahid, ini dilaporkan keluarganya ke Pos Polair Polpres Buleleng di Desa Anturan, Kecamatan Buleleng, Selasa (1/8) pagi. Begitu mendapat laporan, petugas gabungan dari Pos SAR Singaraja, Sat Polair Polres Buleleng, BPBD Buleleng langsung melakukan pencarian, dibantu nelayan setempat. Namun, hingga Rabu (2/8) sore upaya pencarian dua nelayan hilang ini belum membuahkan hasil.
Kepala Pos SAR Singaraja, Made Neksen, menyatakan pencarian hari kedua, Rabu kemarin, dilakukan hingga ke perairan wilayah Kecamatan Gerokgak, Buleleng. “Kami turun dari Celukan Bawang melakukan pencarian sepanjang 26 mil ke arah utara dan 16 mil ke arah timur. Tapi, hasilnya masih nihil,” jelas Made Neksen saat dikonfirmasi NusaBali, Rabu sore.
Paparan senada juga disampaikan Kasat Polair Polres Buleleng, AKP Putu Aryana. Menurut AKP Aryana, pihaknya mengerahkan satu rubber boat untuk lakukan penyisiran dari perairan Desa Kaliasem (sisi timur) hingga perbatasan perairan Buleleng dan Madura (sisi barat). “Tapi, upaya pencarian belum membuahkan hasil. Pencarian akan kita lanjutkan besok (hari ini), karena angin kencang dan gelombang tinggi,” papar AKP Aryana.
Sementara itu, ayah korban Husni, yakni Hunaeni, 63, mengatakan anaknya pamit melaut, Senin dinihari sekitar pukul 04.00 wita. Kala itu, Husni yang merupakan anak sulung dari empat bersaudara, pamit melaut bersama tetangganya, Abdul Wahid. Husni yang memang rutin melaut untuk mencari ikan guna memenuhi kebutuhan sehari-hari, kala itu melaut menggunakan perahu milik sepupunya.
Namun, kata Hunaeni, anaknya itu tidak kunjung pulang sampai malam. “Biasanya, jam tujuh malam (pukul 19.00 Wita) atau paling lambat jam 10 malam anak saya sudah sampai di rumah. Tapi, saya tunggu samapi pagi tidak ada pulang,” cerita Hunaini yang juga sebagai nelayan saat ditemui NusaBali di rumahnya kawasan Banjar Bunut Panggang, Desa Kaliasem, Rabu kemarin.
Kesokan harinya, Selasa pagi, Hunaini sempat menanyakan kepada tetangga yang rata-rata sebagai nelayan, perihal keberadaan Husni dan Abdul Wahid. Terungkap, Senin sore sekityar pukul 16.00 Wita mereka sempat disapa oleh salah satu tetanganya yang juga sebagai nelayan, Andri. Saat itu, Andri memutuskan untuk pulang lebih awal, karena cuaca kurang bersahabat. Namun, Husni dan Abdul Wahid tetap melanjutkan cari ikan.
Ternyata, hingga larut malam, mereka tidak kunjung balik dari laut. Karena keberadaan kedua nelayan sekampung ini misterius, Selasa pagi masalah ini dilaporkan keluarga korban ke Pos Satpol Air Polres Buleleng di Desa Anturan, Kecamatan Buleleng. Petugas gabungan pun langsung melakukan pencarian. Sayangnya, hingga Rabu sore, upaya pencarian dua nelayan yang hilang di laut ini belum ditemukan.
Menurut Hunaini, firasatnya mengatakan Husni masih hidup dan terperangkap di sebuah rumpon. “Saya percaya anak saya masih hidup,” ujar suami dari almarhum Suknawati ini. Hunaeni mengatakan, selama ini Husni biasanya mencari ikan dengan cara memancing di perairan perbatasan antara Buleleng dan Madura (Jawa Timur). Perlu waktu tempuh 3-4 jam dari perairan Desa Kaliasem untuk sampai ke rumpon-rumpon di perbatyasan Buileleng-Madura yang berjarak sekitar 35 kilometer.
Sementara itu, kedua orangtua korban Abdul Wahid, yakni hasan Basri, 50, dan Nurhayati, 42, sangat terpukul atas hilangnya sang anak. Saat NusaBali berkunjung ke rumahnya, Rabu kemarin, mereka tidak keluar-keluar dan ngumpet di kamar. NusaBali diterima adik korban, Noviyanti, 21.
Menurut Noviyanti, kakanya yang beda umur 4 tahun dengannya memang pergi melaut satu perahu dengan tetangganya, Husni, Senin dinihari. Sebetulnya, Abdul Wahid sempat dilarang kedua orangtuanya untuk melaut cari ikan, Minggu (30/7) malam. “Dia (Andul Wahid) diminta jangan melaut dulu sehari dan disuruh bawakan gabus ke tukang perahu. Kebetulan, dia saja dibuatkan perahu baru sama bapak,” tutur Noviyanti.
Noviyanti mengatakan, Abdul Wahid baru saja memutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya dan memilih menjadi nelayan pencari ikan. Sebelumnya, Wahid adalah karayawan PLN Buleleng. Wahid putuskan beralih profesi, karena terpengaruh tetangganya yang sebagian besar menjadi nelayan. “Hasil tangkapan ikan yang selalu menjanjikan, sepertinya menjadi daya tarik bagi kakak saya untuk beralih profesi,” katanya. *k23
Hilangnya dua nelayan sekampung, Husni dan Abdul Wahid, ini dilaporkan keluarganya ke Pos Polair Polpres Buleleng di Desa Anturan, Kecamatan Buleleng, Selasa (1/8) pagi. Begitu mendapat laporan, petugas gabungan dari Pos SAR Singaraja, Sat Polair Polres Buleleng, BPBD Buleleng langsung melakukan pencarian, dibantu nelayan setempat. Namun, hingga Rabu (2/8) sore upaya pencarian dua nelayan hilang ini belum membuahkan hasil.
Kepala Pos SAR Singaraja, Made Neksen, menyatakan pencarian hari kedua, Rabu kemarin, dilakukan hingga ke perairan wilayah Kecamatan Gerokgak, Buleleng. “Kami turun dari Celukan Bawang melakukan pencarian sepanjang 26 mil ke arah utara dan 16 mil ke arah timur. Tapi, hasilnya masih nihil,” jelas Made Neksen saat dikonfirmasi NusaBali, Rabu sore.
Paparan senada juga disampaikan Kasat Polair Polres Buleleng, AKP Putu Aryana. Menurut AKP Aryana, pihaknya mengerahkan satu rubber boat untuk lakukan penyisiran dari perairan Desa Kaliasem (sisi timur) hingga perbatasan perairan Buleleng dan Madura (sisi barat). “Tapi, upaya pencarian belum membuahkan hasil. Pencarian akan kita lanjutkan besok (hari ini), karena angin kencang dan gelombang tinggi,” papar AKP Aryana.
Sementara itu, ayah korban Husni, yakni Hunaeni, 63, mengatakan anaknya pamit melaut, Senin dinihari sekitar pukul 04.00 wita. Kala itu, Husni yang merupakan anak sulung dari empat bersaudara, pamit melaut bersama tetangganya, Abdul Wahid. Husni yang memang rutin melaut untuk mencari ikan guna memenuhi kebutuhan sehari-hari, kala itu melaut menggunakan perahu milik sepupunya.
Namun, kata Hunaeni, anaknya itu tidak kunjung pulang sampai malam. “Biasanya, jam tujuh malam (pukul 19.00 Wita) atau paling lambat jam 10 malam anak saya sudah sampai di rumah. Tapi, saya tunggu samapi pagi tidak ada pulang,” cerita Hunaini yang juga sebagai nelayan saat ditemui NusaBali di rumahnya kawasan Banjar Bunut Panggang, Desa Kaliasem, Rabu kemarin.
Kesokan harinya, Selasa pagi, Hunaini sempat menanyakan kepada tetangga yang rata-rata sebagai nelayan, perihal keberadaan Husni dan Abdul Wahid. Terungkap, Senin sore sekityar pukul 16.00 Wita mereka sempat disapa oleh salah satu tetanganya yang juga sebagai nelayan, Andri. Saat itu, Andri memutuskan untuk pulang lebih awal, karena cuaca kurang bersahabat. Namun, Husni dan Abdul Wahid tetap melanjutkan cari ikan.
Ternyata, hingga larut malam, mereka tidak kunjung balik dari laut. Karena keberadaan kedua nelayan sekampung ini misterius, Selasa pagi masalah ini dilaporkan keluarga korban ke Pos Satpol Air Polres Buleleng di Desa Anturan, Kecamatan Buleleng. Petugas gabungan pun langsung melakukan pencarian. Sayangnya, hingga Rabu sore, upaya pencarian dua nelayan yang hilang di laut ini belum ditemukan.
Menurut Hunaini, firasatnya mengatakan Husni masih hidup dan terperangkap di sebuah rumpon. “Saya percaya anak saya masih hidup,” ujar suami dari almarhum Suknawati ini. Hunaeni mengatakan, selama ini Husni biasanya mencari ikan dengan cara memancing di perairan perbatasan antara Buleleng dan Madura (Jawa Timur). Perlu waktu tempuh 3-4 jam dari perairan Desa Kaliasem untuk sampai ke rumpon-rumpon di perbatyasan Buileleng-Madura yang berjarak sekitar 35 kilometer.
Sementara itu, kedua orangtua korban Abdul Wahid, yakni hasan Basri, 50, dan Nurhayati, 42, sangat terpukul atas hilangnya sang anak. Saat NusaBali berkunjung ke rumahnya, Rabu kemarin, mereka tidak keluar-keluar dan ngumpet di kamar. NusaBali diterima adik korban, Noviyanti, 21.
Menurut Noviyanti, kakanya yang beda umur 4 tahun dengannya memang pergi melaut satu perahu dengan tetangganya, Husni, Senin dinihari. Sebetulnya, Abdul Wahid sempat dilarang kedua orangtuanya untuk melaut cari ikan, Minggu (30/7) malam. “Dia (Andul Wahid) diminta jangan melaut dulu sehari dan disuruh bawakan gabus ke tukang perahu. Kebetulan, dia saja dibuatkan perahu baru sama bapak,” tutur Noviyanti.
Noviyanti mengatakan, Abdul Wahid baru saja memutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya dan memilih menjadi nelayan pencari ikan. Sebelumnya, Wahid adalah karayawan PLN Buleleng. Wahid putuskan beralih profesi, karena terpengaruh tetangganya yang sebagian besar menjadi nelayan. “Hasil tangkapan ikan yang selalu menjanjikan, sepertinya menjadi daya tarik bagi kakak saya untuk beralih profesi,” katanya. *k23
1
Komentar