Teater Sastra Welang Sebar Pesan Perdamaian
Rilis Musikalisasi Puisi Burung-burung di Langit Merah
"Melalui karya musikalisasi puisi, kami ingin berperan dalam penyebaran pesan perdamaian yang menjunjung nilai-nilai kemanusiaan"
DENPASAR, NusaBali
Tragedi kemanusiaan akibat perang yang tengah berkecamuk di Timur Tengah telah menyayat hati setiap insan dunia. Teater Sastra Welang merespons keprihatinan tersebut lewat sebuah karya musikalisasi puisi.
Setelah akhir tahun lalu meluncurkan Antologi Puisi Palestina se-Indonesia, Burung-Burung di Langit Merah, kini Teater Sastra Welang meluncurkan musikalisasi puisi dari puisi berjudul sama karya Moch Satrio Welang yang dirilis Senin (22/4) April pukul 21.00 Wita di kanal YouTube @mochsatriowelang.
”Kami benar-benar prihatin dengan perang di Timur Tengah yang puluhan tahun tak kunjung henti. Perang di mana-mana hanya merugikan warga sipil tak berdaya. Menumbalkan begitu banyak nyawa,” ujar Satrio Welang.
Satrio Welang menggaet musisi teater Bali, Heri Windi Anggara, untuk mengaransemen dan menyanyikan sendiri puisi tersebut. Dalam proses produksinya Satrio Welang juga dibantu musisi muda Yoga Anugraha.
Penggarapan musikalisasi puisi ini seperti gayung bersambut. Saat suatu karya lahir, beralih kreasi dari puisi menjadi musikalisasi puisi.
Heri Windi Anggara sudah tak asing lagi di dunia musikalisasi puisi di Bali. Ia mendirikan kelompok musikalisasi puisi Sekali Pentas pada tahun 2011, kerap menjuarai lomba baik tingkat provinsi maupun nasional. Ia bahkan pernah menyabet piala pementasan terbaik dalam ajang monolog Sawma Awards 2011, dan terlibat dalam produksi tiga album musikalisasi puisi Teater Sastra Welang sebelumnya yakni Album Taman Bunga (2013), Instalasi Bulan dan Matahari (2016) dan Danumaya (2020).
Legu Adi Wiguna, seniman muda yang kali ini didapuk untuk menggarap video ilustrasinya. Ini menjadi tantangan tersendiri baginya, untuk dapat menyajikan tampilan visual yang berangkat dari puisi yang telah dimusikalisasi.
Selain pernah menyutradarai beberapa nomor pertunjukan teater, Legu juga menyukai seni visual art film di kelompok Quito Art miliknya. Ia pernah menggarap video dokumenter maestro sastra, Umbu Landu Paranggi bersama Jatijagat Kehidupan Puisi dan sempat pula menyutradarai pentas teatrikal puisi bersama Garin Nugroho.
Satrio Welang mengatakan, musikalisasi puisi ‘Burung-Burung di Langit Merah’ ini nantinya akan disertakan dalam album keempat Teater Sastra Welang yang rencananya dirilis tahun 2026 mendatang.
“Kehidupan yang hanya sesaat ini seperti benar-benar tak diberi arti, seperti lupa bahwa yang menang maupun kalah, semua akan kembali ke tanah. Melalui karya musikalisasi puisi, kami ingin berperan dalam penyebaran pesan perdamaian yang menjunjung nilai-nilai kemanusiaan,” kata Satrio Welang.
Buku Puisi ‘Burung-Burung di Langit Merah’ sendiri telah diterbitkan Teater Sastra Welang akhir tahun 2023 lalu, juga merangkum karya-karya para penyair dan seniman semisal Warih Wisatsana, Pranita Dewi, Hendra Utay, Dadi Reza Pujiadi, Ni Putu Rastiti, Winar Ramelan, Nunung Noor El Niel, Achmad Obe Marzuki, Ni Wayan Idayati, Bonk Ava, Imam Barker, Reza Ramadhan, Jingga Kelana, Sukma Uma, Beby Sastradirja, Rissa Churria, Ardhi Ridwansyah, Anggiri Penangsang, Fani Yudistira, Bayu Reinhard, Sista Nirmala, Dian Yuliana dan lain-lain. 7 a
1
Komentar