Banyak Jalur Tikus, Retribusi Angkutan Wisata Tidak Terserap Optimal
Banyaknya jalur tikus, diduga dimanfaatkan kendaraan pembawa wisatawan masuk ke objek wisata Kintamani, dengan tidak membayar retribusi.
BANGLI, NusaBali
Kondisi tersebut dinilai menjadi penyebab kebocoran pendapatan retribusi. Hal tersebut diungkapkan Wakil Ketua DPRD Bangli I Komang Carles, Rabu (2/8). Diakui pihaknya sempat memantau langsung di beberapa titik jalur tikus. Sementara jalur ini belum dilengkapi pos penjagaan atau pos pungut retribusi. “Saya sempat memantau di sejumlah jalur tikus tersebut. Ternyata banyak kendaraan pengangkut wisatawan yang lolos (tidak bayar retribusi, Red),” ucapnya.
Dijelaskan bahwa sebelumnya jalur wisata hanya masuk melalui jalur Bangli – Singaraja, Tampaksiring – Sekardadi, dan Sekaan – Tegallalang serta jalur Payangan – Katung. Sementara untuk jalur tikus seperti Banjar Telemba dan Banjar Taksu, sebelumnya jarang dilewati angkutan wisatawan. Namun setelah jalan dihotmix jalur ini banyak dilintasi angkutan wisata.
“Kalau lewat jalur itu nyaris tidak ada pungutan. Hal ini tentu merugikan bagi pemasukan Bangli, dan menguntungkan biro perjalanan,” kata Komang Carles.
Pihaknya meminta agar eksekutif segera melakukan tindakan untuk mencegah kebocoran retribusi dari kendaraan pengangkut wisatawan. “Caranya, selain membangun pos, juga harus menambah petugas di lokasi,” imbuhnya. Untuk mengoptimalkan penjagaan, pihaknya menyarankan agar ditempatkan petugas dari Pol PP maupun petugas Dinas Perhubungan. Sementara untuk pos jaga yang ada saat ini, Komang Carles menilai sudah bagus, begitu pula sistem penjagaan.
Kabid Bina Objek Disparbud Bangli I Wayan Bona dikonfirmasi terkait banyaknya angkutan wisata melalui jalur tikus, menyampaikan untuk penanggulangan, sejauh ini tidak perlu dibangun pos penjagaan. Pasalnya, cost akan terlalu besar, di samping itu juga akan perlu merekrut tenaga.
Pihaknya menilai yang dibutuhkan saat ini adalah penataan jalur. Jalur tikus itu tinggal dipasangi rambu larangan masuk bagi angkutan wisata. “Bila ada yang melanggar bisa diberikan tindakan tegas,” jelas pria asal Desa Terunyan, Kecamatan Kintamani, Bangli, itu. * e
Komentar