2/3 Bulir Padi Ciherang Kosong
Petani Subak Iseh, Desa Sinduwati, Merugi
Gangguannya saat padi masa pertumbuhan atau fase generatif terjadi hujan lebat. Akibatnya, memungkinkan tidak optimal masa pembuahan antara putik dan benang sari tidak bertemu
AMLAPURA, NusaBali - Sejumlah petani di Subak/Banjar Iseh, Desa Sinduwati, Kecamatan Sidemen, Karangasem, mengalami kerugian besa. Karena panen padi ciherang dengan bulir padinya 2/3 kosong atau hampa, dari total panen sebelumnya.
Sejumlah petani pun menyebutkan kondisi itu akibat bibit ciherang kurang cocok di lahan tersebut. Petani setempat baru pertama kali menggunakan bibit ciherang bantuan pemerintah. “Saya banyak rugi, dalam kondisi normal panen 15 kampil gabah, kali ini hanya dapat 2 kampil,” jelas petani I Ketut Kenak, ditemui saat panen di Subak Iseh, Banjar Iseh, Desa Sinduwati, Kecamatan Sidemen, Karangasem, Minggu (28/4).
Dari garapan lahan 10 are, setengah lebih, katanya, hasilnya panennya dibuang, mengingat tidak ada isinya. Sebelumnya bertanam padi dengan bibit infari 32, hasilnya normal dapat 15 kampil gabah, kali ini hanya 2 dapat kampil. “Hasil panen kali ini ditawar Rp 3.000 per kilogram gabah, saya tidak jual,” tambahnya.
I Ketut Kenak menambahkan, prosesnya mulai dari mengolah lahan dengan sewa traktor Rp 15.000 per are, sebanyak 10 are menjadi Rp 150.000, ditambah pupuk Rp 300.000, sehingga biayanya Rp 450.000, itu belum dihitung tenaga.
“Lihat sendiri di beberapa tempat juga panen, hasilnya sama. Sepintas dari kejauhan kelihatannya padinya tumbuh normal setelah didekati, banyak bulir tidak ada isinya,” tambah petani dari Banjar Iseh.
Petani lainnya, Ni Ketut Minta Asih, juga mengatakan demikian, “Sebelumnya dengan bibit infari 32 saya dapat hasil panen 20 kampil, kali ini hanya 10 kampil, itu pun masih bercampur bulir padi masih kosong,” katanya.
Minta Asih mengatakan saat padi dengan bibit ciherang baru lahir dari bunting (embud), langsung diguyur hujan lebat. “Apa itu penyebabnya, saya juga tidak tahu, tidak ada penjelasan dari petugas,” ujar Ni Ketut Minta Asih, petani asal Banjar Iseh, Desa Sinduwati.
Perbekel Sinduwati I Nyoman Rumana membenarkan, banyak petani gagal panen, akibat bulir padinya kosong, setelah menggunakan bantuan bibit padi ciherang. “Sejak gunakan ciherang, hasilnya anjlok, sedangkan petani yang lain, saat musim tanam yang sama dengan bibit berbeda, hasilnya normal,” jelas Rumana.
Lihat sendiri, kata Rumana, banyak padi yang tidak gunakan ciherang, hasilnya normal. Padahal, tambah Rumana, tidak ada hama menyerang padi di Banjar Iseh, tidak ada walang sangit, hama wereng, dan thrips. Juga tidak ada gangguan patah leher, kerdil kuning, penyakit daun dan busuk pelepah.
Kadis Pertanian Pangan dan Perikanan I Nyoman Siki Ngurah, mengakui kenyataan itu yang terjadi di Subak Iseh, Banjar Iseh, setelah mengecek kondisi di lapangan. "Gangguannya saat padi masa pertumbuhan atau fase generatif terjadi hujan lebat. Akibatnya, memungkinkan tidak optimal masa pembuahan antara putik dan benang sari tidak bertemu," jelas Siki Ngurah.
Siki Ngurah memaparkan mengenai bantuan bibit ciherang, tahun 2023 tersebar di 5 kecamatan: Karangasem, Abang, Sidemen, Selat, dan Rendang untuk lahan 1.341 hektare. Bantuan terbagi 3 droping, berasal dari APBN, yang merupakan usulan subak.
Secara umum, bantuan sudah dipanen, hasilnya cukup baik. Khusus untuk di Subak Iseh, merupakan droping bantuan tahap ketiga, untuk musim tanam Desember 2023 dan Januari 2024. "Saat padi masa generatif itu, tanaman padi di Subak Iseh sebagian besar diserang penyakit blast, diakibatkan jamur. Sehingga kurang tertangani karena tidak tersedianya pestisida, di samping disebabkan hujan berlebihan," katanya.7k16
1
Komentar