Garam Langka, Nelayan Kedonganan Kelimpungan
Para nelayan di Kedonganan, Kuta Selatan kelimpungan.
MANGUPURA, NusaBali
Penyebabnya kelangkaan garam yang masih dirasakan sampai saat ini. Padahal garam merupakan salah satu komoditas bahan pengawet alami yang dibutuhkan para nelayan untuk mengawetkan ikan. Meski dapat membeli, namun harganya melambung karena pasokan yang seret.
Yono salah seorang nelayan setempat menuturkan, selain es, garam merupakan bahan pengawet yang sudah lumrah digunakan. Dengan menaburkan garam, ikan akan lebih tahan, tidak cepat busuk. “Hampir semua jenis ikan, seperti tongkol, cumi-cumi bisa diawetkan menggunakan garam,” kata Yono, Kamis (3/8).
Lebih-lebih untuk ikan kering, garam merupakan kebutuhan primer. “Itulah masalahnya. Harga garam mahal, tetapi harga ikan tetap murah,” keluh Yono.
Pasokan garam untuk nelayan di Kedonganan, kata Yono berasal dari Madura dan Pasuruan.”Tetapi di Pasuruan juga informasinya sulit juga garam,” ungkap Yono.
Kisah senada disampaikan Sapari. Nelayan asal Banyuwangi yag biasa menurunkan tangkapan di pasar ikan Pantai Kedonganan, menuturkan garam sangat dibutuhkan nelayan-nelayan yang melakukan tangkapan di sekitar pesisir. Itu karena ikan tangkapan di perairan pesisir ukurannya relative kecil, seperti jenis tongkol, luang maupun ikan kucing. Beda dengan jenis ikan tangkapan nelayan di perairan dalam, umumnya berukuran besar. “Untuk ikan kecil itulah lebih pas mengawetkan memakai garam,” kata Sapari. Sedang jenis ikan di perairan dalam yang umumnya berukuran besar, nelayan tak menggunakan garam sebagai pengawet, melainkan es. Meski demikian, bukan berarti para nelayan di perairan dalam sama sekali tak butuh garam. “Kami juga bawa, untuk memancing ikan agar tangkapan banyak,” tambah Sapari.
Luh Sugiarti, salah seorang pedagang garam mengeluh terhadap kelangkaan garam yang terus berlanjut. “Dulu saya dapat 15 zak setiap beli, sekarang tidak. Hanya dapat 5 zak, “ ujar Luh Sugiarti, yang biasa disapa Bu Sintya. Garam yang dimaksud Sugiarti adalah garam untuk bahan pengasin atau pengawet ikan, yang lumrah disebut garam kasar.Harganya kini Rp 4.000 per kg, dari awalnya sekitar sebulan lalu hanya Rp 1.000 per kg. Demikian juga untuk garam konsumsi atau garam halus, harganya kini Rp 7.000 per kg dari awalnya Rp 3.000 per kg. “Banyak permintaan, tetapi garam sulit diperoleh,” keluh Luh Sugiarti. *k17
Penyebabnya kelangkaan garam yang masih dirasakan sampai saat ini. Padahal garam merupakan salah satu komoditas bahan pengawet alami yang dibutuhkan para nelayan untuk mengawetkan ikan. Meski dapat membeli, namun harganya melambung karena pasokan yang seret.
Yono salah seorang nelayan setempat menuturkan, selain es, garam merupakan bahan pengawet yang sudah lumrah digunakan. Dengan menaburkan garam, ikan akan lebih tahan, tidak cepat busuk. “Hampir semua jenis ikan, seperti tongkol, cumi-cumi bisa diawetkan menggunakan garam,” kata Yono, Kamis (3/8).
Lebih-lebih untuk ikan kering, garam merupakan kebutuhan primer. “Itulah masalahnya. Harga garam mahal, tetapi harga ikan tetap murah,” keluh Yono.
Pasokan garam untuk nelayan di Kedonganan, kata Yono berasal dari Madura dan Pasuruan.”Tetapi di Pasuruan juga informasinya sulit juga garam,” ungkap Yono.
Kisah senada disampaikan Sapari. Nelayan asal Banyuwangi yag biasa menurunkan tangkapan di pasar ikan Pantai Kedonganan, menuturkan garam sangat dibutuhkan nelayan-nelayan yang melakukan tangkapan di sekitar pesisir. Itu karena ikan tangkapan di perairan pesisir ukurannya relative kecil, seperti jenis tongkol, luang maupun ikan kucing. Beda dengan jenis ikan tangkapan nelayan di perairan dalam, umumnya berukuran besar. “Untuk ikan kecil itulah lebih pas mengawetkan memakai garam,” kata Sapari. Sedang jenis ikan di perairan dalam yang umumnya berukuran besar, nelayan tak menggunakan garam sebagai pengawet, melainkan es. Meski demikian, bukan berarti para nelayan di perairan dalam sama sekali tak butuh garam. “Kami juga bawa, untuk memancing ikan agar tangkapan banyak,” tambah Sapari.
Luh Sugiarti, salah seorang pedagang garam mengeluh terhadap kelangkaan garam yang terus berlanjut. “Dulu saya dapat 15 zak setiap beli, sekarang tidak. Hanya dapat 5 zak, “ ujar Luh Sugiarti, yang biasa disapa Bu Sintya. Garam yang dimaksud Sugiarti adalah garam untuk bahan pengasin atau pengawet ikan, yang lumrah disebut garam kasar.Harganya kini Rp 4.000 per kg, dari awalnya sekitar sebulan lalu hanya Rp 1.000 per kg. Demikian juga untuk garam konsumsi atau garam halus, harganya kini Rp 7.000 per kg dari awalnya Rp 3.000 per kg. “Banyak permintaan, tetapi garam sulit diperoleh,” keluh Luh Sugiarti. *k17
1
Komentar