Ribuan Wisatawan dan Kepala Negara Siap ‘Banjiri’ Jatiluwih
Melihat Kesiapan DTW Jatiluwih, Penebel, Tabanan yang Ditunjuk sebagai Side Visit WWF ke-10 Tahun 2024
Untuk menyambut para delegasi WWF, Jatiluwih telah mempersiapkan berbagai atraksi istimewa, juga dihiasi ratusan penjor dan sajian kuliner khas Jatiluwih.
DENPASAR, NusaBali - Daya Tarik Wisata (DTW) Jatiluwih di Desa Jatiluwih, Kecamatan Penebel, Tabanan, bersiap menyambut kedatangan wisatawan dan para pemimpin dunia dalam gelaran World Water Forum (WWF) ke-10 yang dilangsungkan di Bali pada 18-25 April mendatang. Desa yang terkenal dengan keindahan terasering sawahnya ini akan menjadi salah satu destinasi wisata utama yang dikunjungi oleh para delegasi dari berbagai negara.
“Selain delegasi dari berbagai negara, sebanyak 18 kepala negara akan mengunjungi Jatiluwih,” beber Manajer Operasional DTW Jatiluwih, I Ketut Purna atau akrab disapa John Ketut Purna. Ditambahkan oleh John, Jatiluwih akan menerima kunjungan hingga 2.000 delegasi WWF setiap harinya. Hal ini tak lepas dari keunikan dan keindahan alamnya yang telah diakui sebagai warisan budaya dunia UNESCO pada tahun 2012.
"Saat ini kunjungan wisatawan ke Jatiluwih sejak gaung WWF mencapai 1.100 hingga 1.200 orang. Sebelumnya 700-900 orang. Jadi sudah peningkatan 50 persen," ujar John ditemui di sela-sela halal bihalal Bali Open Mind Institute-Wayan Koster di Harris Denpasar, Selasa (30/4) malam. Diakui, jika hingga saat ini baru China yang telah mengkonfirmasi akan mengirimkan delegasi sebanyak 10 orang setiap hari mulai tanggal 19-25 Mei. “Dalam beberapa hari ke depan, negara lain akan mengkonfirmasi,” kata sosok yang juga menjadi Managing Director PT Restu Dewata Bali ini.
Monumen UNESCO di DTW Jatiluwih. -IST
Lalu bagaimana dengan wisatawan reguler saat berlangsungnya WWF? John memastikan tetap akan berjalan seperti biasa. Meskipun akan dipadati oleh para delegasi, wisatawan lokal dan reguler tetap dapat mengunjungi Jatiluwih. “Pengaturan khusus saja yang akan diberlakukan saat ada kunjungan kepala negara, yaitu menjaga jarak dengan rombongan,” ujarnya. Lokasi utama kegiatan WWF di Jatiluwih akan berada di kawasan monumen UNESCO, sebuah bangunan baru sumbangan pemerintah pusat. Kapasitas parkir baru juga telah dibangun untuk menampung 200-300 mobil.
Jatiluwih menawarkan lebih dari sekadar pemandangan alam yang indah. Di sini, para pengunjung dapat merasakan keramahan budaya lokal dan mempelajari kearifan lokal dalam pengelolaan air dan alam. Berbagai aktivitas menarik, seperti trekking di sawah, bersepeda, demo masak, dan mengunjungi perkebunan kopi, alpukat, dan durian, siap menyambut para wisatawan. Jatiluwih berkomitmen untuk mengembangkan pariwisata berkelanjutan. Saat ini, desa ini fokus mengembangkan wisata trekking dengan berbagai pilihan jarak. “Trekking yang kami tawarkan sangat menarik karena mengkombinasikan trekking di sawah dan hutan,” ujar John.
Manajer Operasional DTW Jatiluwih, ‘John’ Ketut Purna. -MAOLAN
Untuk akomodasi, di Jatiluwih sudah tersedia sejumlah homestay. Desa ini juga mengembangkan homestay dengan tinggal di rumah penduduk. “Dengan demikian wisatawan dapat merasakan pengalaman tinggal di rumah penduduk dan merasakan keramahan budaya lokal secara langsung,” ungkap John. Untuk menyambut para delegasi WWF, Desa Jatiluwih telah mempersiapkan berbagai atraksi istimewa. Desa akan dihiasi dengan ratusan penjor, pertunjukan tari tradisional Bali, dan kuliner khas Jatiluwih seperti jaje laklak dan teh beras merah.
"Dengan terpilihnya Jatiluwih sebagai side visit WWF, maka akan membantu Jatiluwih ke dunia internasional yang saat ini diakui sebagai world heritage," tuntas John Ketut Purna. 7 mao
1
Komentar