Taruna Pelayaran asal Klungkung Meninggal di Kampus
Diduga Dianiaya, Keluarga Temukan Ada Luka Lebam
JAKARTA, NusaBali - Mahasiswa semester dua Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Marunda, Jakarta Utara, asal Banjar Bandung, Desa Gunaksa, Kecamatan Dawan, Klungkung, Putu Satria Ananta Rustika,19, atau biasa disapa Rio ditemukan meninggal dunia di kampusnya, Jumat (3/5) pagi. Rio meninggal dunia diduga dianiaya. Hal tersebut, berdasarkan informasi yang diperoleh keluarga dan temuan lebam-lebam di tubuhnya.
"Informasi yang kami peroleh dari pelatih dan pengawas bernama Sahrul, Rio tadi pagi sekitar jam tujuh sedang latihan drum band dan olahraga. Dalam perjalanan dipanggil oleh senior semester empat ke kelas. Lalu dibawa ke kamar mandi. Entah diapakan di sana. Kemudian ditinggal dan ditemukan meninggal," ujar paman Rio, yakni I Nyoman Losnen saat dihubungi NusaBali, Jumat kemarin. Rio sendiri merupakan anak dari pasangan Ni Nengah Rusmini dan I Ketut Swastika.
Ni Nengah Rusmini merupakan perawat di RS Klungkung dan I Ketut Swastika wiraswasta. Rio kelahiran Gunaksa, 13 Juni 2005. Sementara Nyoman Losnen adalah sepupu dari ayah Rio. Menurut Nyoman Losnen, dia mengetahui Rio meninggal dari sepupunya yang berada di Denpasar, Wayan Sudiarsana pada pukul 11.00 WIB melalui telepon.
Nyoman Losnen yang sedang bekerja pun izin untuk mencari tahu informasi mengenai hal itu. Ternyata, jenazah sudah dibawa ke RS Tarumajaya, Bekasi, Jawa Barat. Di sana, dia bertemu dengan pelatih dan pengawas Rio bernama Sahrul serta keluarga Rio lainnya, yakni kakak dari ibunya Rio, Wayan Suwendra yang tinggal di Cengkareng, Jakarta Barat. Pihak keluarga di Jakarta sudah melaporkan kejadian tersebut ke polisi. "Masalah ini sudah ditangani Polres Jakarta Utara. Sekarang jenazah sedang diotopsi di RS Polri, Kramat Jati, Jakarta Timur," terang Nyoman Losnen. Pihak keluarga melapor ke polisi, karena ingin mengetahui secara jelas penyebab kematian Rio.
Selain itu, mereka tidak ingin peristiwa itu terjadi lagi di STIP Jakarta dan menjadi tradisi di sana. Orang tua Rio sendiri begitu mengetahui anaknya meninggal dunia langsung ke Jakarta. Menurut Nyoman Losnen, setelah otopsi luar dan dalam terhadap tubuh Rio dan sudah diketahui secara jelas penyebab meninggalnya Rio, jenazah akan dibawah ke kampung halaman. "Sebab, keluarga besar Rio ada di Gunaksa, Klungkung," ucap Wayan Losnen. Salah satu pelatih dan pengawas STIP bernama Sahrul mengatakan belum mengetahui penyebab meninggalnya Rio.
Lantaran saat itu, dia berada di pos jaga setelah olahraga. Kemudian mendapat telepon dari klinik setempat, ada taruna pingsan. Kemudian pas diperiksa sudah meninggal.
Sahrul pun, tidak ingin bicara panjang lebar, karena saat ini belum diketahui penyebab meninggalnya Rio. Selain itu, sedang dalam proses forensik. Dia menyerahkan statement kepada pihak management STIP. "Saya di sini hanya ditugaskan untuk mengawal jenazah ke RS. Mengenai keterangan selanjutnya bisa ke pihak manajemen," kata Sahrul. Informasi mengenai meninggalnya Rio sampai pula ke Anggota DPR RI asal Dapil Bali dari PDIP, Nyoman Parta. Menurut Nyoman Parta, dia mengetahui informasi itu dari ayah Rio, I Ketut Swastika dan Perbekel Gunaksa, Kecamatan Dawan, Klungkung, Wayan Sadiarna. "Saya minta pihak kepolisian memberi atensi terhadap kejadian ini dan ungkap kasus ini. Lantaran dari video yang saya dapat dari keluarga, tubuh korban lebam-lebam. Diduga dianiaya oleh seniornya. Saya harap, pihak kampus tidak menutupi agar ini tidak terulang lagi," tegas Parta.
STIP Jakarta sendiri di bawah naungan Kementerian Perhubungan. Saat NusaBali konfirmasi ke Juru Bicara Kementerian Perhubungan, Adita Irawati mengirimkan keterangan dari Kepala Bagian Umum Sekretariat Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kementerian Perhubungan (BPSDMP), Ariandy Samsul B. Dalam keterangan itu, BPSDMP sangat menyesalkan terjadinya dugaan tindakan kekerasan di STIP Jakarta dan menyampaikan turut berduka cita yang sedalam-dalamnya atas meninggalnya Taruna Putu Satria Ananta Rustika pada, Jumat (3/5). BPSDMP telah memerintahkan Kepala Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Perhubungan Laut (PPSDMPL) untuk segera ke lokasi dan membentuk tim untuk melakukan investigasi internal mengenai insiden itu.
Putu Satria Ananta Rustika –IST
Plt Kepala BPSDMP akan mengambil langkah secara internal terhadap unsur-unsur pada kampus yang harus dievaluasi sesuai ketentuan yang berlaku sehingga peristiwa tindakan kekerasan itu tidak terjadi lagi. BPSDMP meminta STIP Jakarta untuk mengambil langkah-langkah percepatan untuk mengusut kejadian ini dan menyerahkan penanganan kasus ini kepada pihak Polres Jakarta Utara untuk diproses sesuai hukum yang berlaku.
"Untuk terduga taruna pelaku, BPSDM Perhubungan akan langsung mencopot statusnya sebagai taruna agar tidak mengganggu proses hukum. Sementara bagi manajemen kampus dalam berbagai tingkatan yang terkait dan bertanggung jawab agar kooperatif terhadap proses penyidikan yang dilaksanakan Kepolisian sesuai dengan ketentuan yang berlaku," kata Ariandy Samsul B. Selanjutnya, Plt Kepala BPSDMP menginstruksikan seluruh Kampus di lingkungan BPSDM Perhubungan agar lebih meningkatkan pengawasan secara ketat seluruh kegiatan taruna dan pembinaan baik secara edukasi maupun peningkatan moral taruna-taruni sekolah tinggi di bawah pembinaan Kemenhub untuk mencegah terulangnya kejadian tersebut ke depan sesuai dengan peraturan pola pengasuhan.
Sementara dilansir antara, Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) menegaskan budaya kekerasan atau aksi perpeloncoan senior kepada junior di kampus yang berada di bawah Kementerian Perhubungan tersebut, sudah hilang. "Tidak ada budaya pelonco di kampus ini dan itu penyakit turun temurun yang sudah dihilangkan," kata Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Ahmad Wahid menanggapi tewasnya salah satu taruna di kampus itu pada Jumat pagi, di Marunda, Jakarta.
Ia mengatakan dirinya sudah satu tahun di kampus ini dan tidak ada budaya tersebut. Oleh karena itu, katanya, terhadap meninggalnya taruna tingkat satu berinisial P pada Jumat pagi di kampus itu, hal itu di luar kuasa dirinya karena kejadian terjadi di luar program yang dibuat kampus. "Budaya itu sudah kami hilangkan, itu murni 'person to person'," kata Wahid. Ia mengatakan aksi tersebut terjadi di luar program belajar yang dibuat kampus dan terjadi di kamar mandi. "Kami akan memberikan sanksi tegas kepada pelaku yang terbukti melakukan penganiayaan dengan mengeluarkan pelaku," kata dia. Ia menegaskan STIP tidak akan cuci tangan atas tewasnya taruna tingkat satu kampus pelayaran tersebut. "Kami tidak akan cuci tangan," katanya.
Terpisah Perbekel Gunaksa, I Wayan Sudiarna mengatakan setelah menerima kabar duka tersebut dia langsung menemui pihak keluarga. Ibu, adik dan paman korban sudah berangkat ke Jakarta, Jumat pukul 18.00 Wita. Untuk mengecek informasi tersebut. Sedangkan ayah korban di rumah karena orang tua dari ayah korban tengah sakit. Sehingga tidak bisa ikut berangkat. "Korban merupakan anak pertama dari tiga bersaudara, dan sehari-harinya saat di banjar dikenal aktif bergaul dan bermasyarakat," ujar Sudiarna.
Sedangkan Polres Metro Jakarta Utara menggelar penyidikan terhadap kasus dugaan tewasnya seorang Taruna Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Marunda Jakarta Utara karena diduga dianiaya sejumlah seniornya. "Kami masih melakukan penelusuran dan sambil berjalan ada 10 saksi yang dimintai keterangan untuk menggambarkan rangkaian kejadian," kata Kapolres Metro Jakarta Utara, Kombes Pol Gidion Arif Setyawan di Jakarta, Jumat kemarin.
Ia mengatakan kematian korban diduga karena akibat kekerasan yang dilakukan senior pada Jumat pagi sekitar pukul 08.00 WIB di kamar mandi di kampus yang berada di bawah Kementerian Perhubungan tersebut. Lalu, korban dibawa ke klinik kesehatan yang ada di kampus tersebut dan ketika diperiksa sudah tidak bernyawa.
Korban kemudian, dibawa kampus ke Rumah Sakit Tarumajaya Bekasi dan saat ini jasad korban sudah ada di RS Polri untuk diambil visum et repertum. "Kami juga melakukan pemeriksaan laboratorium forensik terhadap jasad korban dan nantinya seluruh data yang ada akan diadu dengan kamera CCTV yang ada," kata dia. Menurut dia, secara kasat mata memang ada luka lebam di tubuh korban dan pihaknya masih menunggu pemeriksaan lanjutan. "Kami sudah amankan sejumlah senior korban untuk dimintai keterangan dan semua itu akan mengerucut nantinya," kata dia. 7 k22, wan, ant
1
Komentar