Cewek MiChat Dibunuh di Kuta, Baru Tiga Hari Kerja di Bali
MANGUPURA, NusaBali - Korban pembunuhan yang terjadi di lantai dua salah satu kamar kos di wilayah Banjar Merta Jati, Jalan Bhineka Jati Jaya IX Nomor 15, Kelurahan/Kecamatan Kuta, Badung, Rianti Agnesia, 23, ternyata baru tiga hari di Bali.
Perempuan yang beralamat asal di RT/RW 002/001 Desa Parung Panjang, Kecamatan Parung Panjang, Bogor, Jawa Barat itu datang ke Bali untuk cari kerja.
Tiba di Bali korban langsung open BO lewat aplikasi MiChat. Korban datang ke lokasi TKP setelah dipesan oleh Amrin AL Rasyid Pane, 20. Sebelum berhubungan badan kedua belah pihak sepakat harga Rp 500.000.
Versi Amrin, usai hubungan badan korban minta bayaran Rp 1.000.000. Sementara tersangka pelaku hanya punya uang Rp 500.000. Kontan permintaan itu ditolak tersangka pelaku. Karena ditolak, korban mengancam akan memanggil pacar dan temannya. Ancaman itu membuat tersangka pelaku panik dan membunuh korban menggunakan pisau dapur.
Adik ipar korban berinisial DN, 18, ditemui di Kuta pada Sabtu (4/5), mengatakan dirinya belum sempat bertemu dengan korban. DN mengaku sempat ditelepon lewat WhatsApp oleh korban pada Kamis (2/5) siang untuk bertemu. Sayangnya DN tidak bisa karena kerja. DN hanya menyebut kerja di kawasan Denpasar Selatan. ”Saat itu saya bilang kalau siang ini saya masih kerja. Lalu saya tawarkan untuk bertemu malam hari, namun ditolak korban dengan alasan kerja. Saya tanya, kerja di mana? Dia (korban) hanya bilang, ada deh,” ungkap perempuan yang enggan menyebutkan nama lengkapnya ini.
DN kaget pada Jumat (3/5) pagi ditelepon oleh suami korban bahwa korban telah meninggal dunia karena dibunuh orang. Untuk memastikan kejadian itu DN dan suami korban datang ke Polsek Kuta. Ternyata informasi itu benar.
Sementara itu Kapolresta Denpasar Kombes Pol Wisnu Prabowo mengatakan pihaknya kini masih menunggu hasil otopsi jenazah korban dari RSUP Prof IGNG Ngoerah Denpasar. Perwira melati tiga di pundak ini menyatakan korban mengalami luka pada leher akibat digorok pisau oleh tersangka pelaku.
Kondisi luka pada leher korban sangat parah bahkan nyaris putus. Pada bagian luka gorok itu, leher korban dipatahkan oleh tersangka pelaku agar bisa dimasukkan paksa ke dalam koper.
Selain luka gorok dan patah pada leher, korban juga menderita banyak luka tikam pada bagian depan badannya. Namun demikian Kombes Wisnu belum bisa merincikan berapa jumlah dan ukuran lukanya. Dia berdalih khusus untuk masalah luka masih menunggu hasil otopsi dari RS.
“Luka tikamnya banyak. Berapa jumlahnya, saya belum bisa rincikan. Jumlahnya lebih dari tiga luka tikam. Luka paling parah pada bagian leher akibat digorok. Leher korban nyaris putus,” ujar Kombes Wisnu saat jumpa pers di Mapolsek Kuta, Sabtu kemarin siang.
Sementara hasil pemeriksaan terhadap tersangka pelaku, lanjut Kombes Wisnu, bahwa pembunuhan itu terjadi karena tersangka pelaku panik dan kalut setelah diancam korban. Tersangka pelaku spontan mengambil pisau dan menggorok leher korban.
Korban sempat melakukan perlawanan. Bahkan pisau yang digunakan menggorok leher korban melukai tangan tersangka pelaku. Setelah korban tak berdaya, tersangka pelaku menikam tubuh korban berkali-kali. Tikaman itu untuk memastikan korban sudah meninggal dunia.
Setelah memastikan korban tewas, tersangka pelaku panik. Untuk menghilangkan jejak, tersangka pelaku mengambil koper miliknya dan memaksa memasukkan mayat korban ke dalamnya. Koper ukuran medium itu tidak muat. Karenanya, tersangka pelaku memutuskan mematahkan leher korban.
Kemudian koper berisi mayat itu dibawa ke jembatan panjang (loloan) Kelurahan Jimbaran, Kecamatan Kuta Selatan, Badung untuk dibuang. “Tersangka sebenarnya sudah tidak tahu arah mau dibawa ke mana mayat korban. Kebetulan lewat ke arah Jimbaran dan ada kesempatan untuk buang ke jembatan di Jimbaran,” beber Kombes Wisnu.
Pulang membuang mayat korban, tersangka pelaku sempat berniat untuk kabur dari Bali. Dia (tersangka) balik ke kosnya (TKP) untuk membersihkan darah korban yang berceceran di kamar. Saat tiba di dekat kos dia melihat sudah banyak orang dan ada polisi.
Tersangka pelaku memilih untuk pergi ke tempat tinggal kakaknya di Kelan. Di sana tersangka pelaku sempat cerita kepada kakaknya terkait masalah tersebut. Kakaknya menyarankannya untuk menyerahkan diri ke polisi. Tersangka pelaku pun datang ke Polsek Kuta untuk menyerahkan diri.
“Saat pulang buang mayat korban, tersangka berencana membersihkan darah korban di kamar kosnya kemudian kabur ke kampung halamannya. Saat sampai di kos sudah banyak orang dan sudah ada polisi. Pelaku pun pergi ke tempat tinggal kakaknya di Kelan. Kakaknya menyarankan untuk menyerahkan diri,” ucap Kombes Wisnu yang kemarin didampingi Wakapolresta Denpasar AKBP I Made Bayu Sutha Sartana. 7 pol
1
Komentar