Korban Tulang Punggung Keluarga, Baru Menikah 2 Tahun
Nyoman Yogi Mahendra
Made Ari Sanjaya
Komang Novi Mertasari
Putu Gede Agus
Kebakaran Rumah Kos-Kosan
Sesetan
SINGARAJA, NusaBali - Kematian Made Ari Sanjaya,29, bersama istri Komang Novi Mertasari,26, dan anaknya, Putu Gede Agus,2, dalam insiden kebakaran rumah kos-kosan di Banjar Dinas Pembungan, Kelurahan Sesetan, Kecamatan Denpasar Selatan, Kota Denpasar, Senin (6/5) malam menyisakan duka mendalam bagi keluarga yang ditinggalkan.
Ari Sanjaya merupakan warga asal Banjar Dinas Kawanan, Desa Bontihing, Kecamatan Kubutambahan, Buleleng. Sejumlah anggota keluarga dan tetangga tampak berkumpul di rumah duka, Selasa (7/5) siang. Mereka juga mempersiapkan kedatangan jenazah Ari Sanjaya di rumah duka. Adik Ari Sanjaya, yakni Nyoman Yogi Mahendra,22, terlihat meneteskan air mata sembari memegang foto pernikahan kakaknya. Ia tak kuasa menahan tangis karena kehilangan kakak, ipar dan keponakannya sekaligus dalam insiden memilukan tersebut. Padahal tiga hari lalu, ia masih sempat berkomunikasi dengan sang kakak untuk sekadar berbagai kabar keluarga.
Yogi masih tak menyangka, peristiwa tragis itu menimpa dan merenggut kakaknya sekeluarga. Ia mengenang kepulangan terakhir kakaknya ke rumah keluarga besar di Desa Bontihing saat libur Lebaran pada April lalu. “Terakhir saya komunikasi tiga hari lalu. Ngobrol biasa karena saya di rumah juga jarang ketemu. Pulang ke sini terakhir saat libur Lebaran,” ujarnya saat ditemui di rumah duka. Ari Sanjaya merupakan anak kedua dari tiga bersaudara pasangan suami istri Made Jiwa dan Made Sari. Ia menikahi istrinya, Novi Mertasari pada tahun 2022 lalu dan dikaruniai seorang putra yang seharusnya berusia 2 tahun pada Juni ini. Ari Sanjaya selama ini menjadi tulang punggung keluarga dan merantau sejak lulus sekolah. Ia bekerja di perusahaan pengalengan ikan di wilayah Benoa, Kecamatan Denpasar Selatan, Kota Denpasar.
Adapun sang istri, ikut membantu perekonomian keluarga dengan berjualan alat-alat rumah tangga secara daring. Usaha itu dijalankan di rumah kontrakan. Keluarga Ari Sanjaya tinggal di kontrakan tersebut sejak Februari lalu. Sebelumnya, mereka sempat beberapa kali pindah tempat tinggal di wilayah Sesetan, Kota Denpasar.
Hingga kemarin siang, jenazah Ari Sanjaya serta isri dan anaknya masih disemayamkan di RSUP Prof Ngoerah Denpasar. Pihak keluarga masih mengurus proses serah terima jenazah dengan pihak kepolisian. Pihak keluarga berencana akan melakukan upacara penguburan ketiganya di Setra Desa Adat Desa Bontihing pada, Jumat (10/5). Di tempat yang sama, Perbekel Bontihing I Gede Parwata mengatakan dia menerima informasi kejadian yang menimpa warganya pada, Selasa dini hari. Ia dihubungi oleh anggota piket Polsek Kubutambahan. Sebelum mendapat informasi itu, ia sempat bermimpi didatangi ayah Ari Sanjaya. Parwata dan ayah Ari Sanjaya merupakan teman baik saat duduk di bangku SMP. “Saya kebangun awalnya, karena mimpi orang tua korban datang ke saya tiba-tiba dan ada cahaya putih. Orang tua korban satu kelas SMP dengan saya. Mungkin mimpi itu karena kedekatan dengan saya. Ternyata ada anggota keluarganya meninggal, tiga-tiganya sekaligus, anak, menantu, dan cucu,” ujarnya.
Parwata menyebut, keluarga korban memang masuk dalam keluarga tidak mampu. Keluarga Sanjaya pun masuk dalam Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS). Pada saat pemulangan jenazah dari RSUP, sempat terkendala biaya untuk biaya sewa ambulans. Pemulangan ketiga jenazah korban kebakaran itu membutuhkan biaya Rp 5 juta.
“Awalnya sewa ambulans 5 juta, setelah koordinasi dengan Dinas Sosial akhirnya dibantu dengan ambulans milik yayasan. Memang keluarga kurang mampu masuk di DTKS. Kalau tidak ada ambulan yayasan, rencana dialokasikan dari dana desa penanganan bencana alam. Sebagai tanggung jawab moral dari pemerintah desa,” kata dia. 7 mzk
1
Komentar