Akrab dan Ceria, GKPB Sinar Urip Carangsari 'Kebaktian Padang' di Dalam Gereja
MANGUPURA, NusaBali.com - Hari Kenaikan Yesus Kristus biasanya diperingati umat Kristen dengan Kebaktian Padang. Ibadah semacam ini digelar di alam terbuka yang menggambarkan para murid Yesus menyaksikan kenaikan-Nya di masa lampau.
Namun, hujan mengguyur Hari Kenaikan Yesus Kristus pada Kamis (9/5/2024) pagi, khususnya di Kecamatan Petang, Badung dan sekitarnya.
Satu-satunya gereja di Badung Utara yakni Gereja Kristen Protestan di Bali (GKPB) Jemaat Sinar Urip, Banjar Anggungan, Desa Carangsari terpaksa membawa Kebaktian Padang ke dalam gereja.
Jemaat gereja asri yang penuh pepohonan dengan arsitektur khas Bali di tengah 'perkampungan Hindu' ini biasanya menggelar Kebaktian Padang di halaman gereja yang luas dan hijau.
"Ibadah Kenaikan Tuhan Yesus ini sifatnya lebih fleksibel dan penuh suka cita," ujar Pendeta Ni Made Kris Setiarini ketika ditemui usai memimpin kebaktian pada Kamis pagi.
Meski dipindah ke dalam ruangan gereja, simbol-simbol Kebaktian Padang tetap dijalankan. Misalkan, jemaat duduk di bawah tanpa bangku gereja dan di akhir kebaktian diselingi kegembiraan gim kuis Alkitab Perjanjian Lama dan Baru.
Kata Pendeta Kris yang bertugas sejak 2020 di GKPB Sinar Urip, total jemaat dan simpatisan gereja berjumlah 102 orang dari 28 kepala keluarga. Jemaat tersebar di Kecamatan Petang dan menyebar ke daerah lain di Badung karena faktor pekerjaan.
"Yang masih asli berdiam di Banjar Anggungan, Carangsari itu ada sembilan kepala keluarga," imbuh pendeta perempuan kelahiran Banjar Anggungan, Desa Carangsari ini.
Dijelaskan Pendeta Emeritus I Nyoman Saljuni, selain gereja utama di Carangsari, GKPB Sinar Urip juga memiliki Pos Pembinaan di Banjar Tiyingan, Desa Pelaga, Petang. Pos Pembinaan ini untuk melayani jemaat di daerah sekitar yang jauh dari gereja induk.
"Di Tiyingan, Pelaga itu kebanyakan jemaat dari kalangan petani. Supaya tidak jauh-jauh ke sini, di sana kami membangun Pos Pembinaan," beber Pendeta Emeritus Saljuni ketika ditemui usai mengikuti kebaktian.
Setelah kebaktian Hari Kenaikan Yesus Kristus selesai sekitar pukul 10.45 Wita, jemaat menggelar Perjamuan Kasih. Di mana, bekal yang dibawa masing-masing jemaat dinikmati bersama.
Kata Pendeta Kris, Perjamuan Kasih ini terbawa dari kebiasaan Kebaktian Padang yang dilaksanakan jauh dari gereja. Jemaat biasanya membawa bekal untuk dinikmati bersama usai kebaktian tuntas dilaksanakan.
"Tahun ini tema kebaktian Kenaikan Tuhan Yesus ke Surga adalah 'Menjadi Gereja Pembawa Keadilan: Lakukanlah kebenaran dengan pertolongan Roh Kudus.' Hari ini masih dalam rangkaian Masa Raya Pentakosta yang ditutup 19 Mei ini," tandas Pendeta Kris. *rat
Satu-satunya gereja di Badung Utara yakni Gereja Kristen Protestan di Bali (GKPB) Jemaat Sinar Urip, Banjar Anggungan, Desa Carangsari terpaksa membawa Kebaktian Padang ke dalam gereja.
Jemaat gereja asri yang penuh pepohonan dengan arsitektur khas Bali di tengah 'perkampungan Hindu' ini biasanya menggelar Kebaktian Padang di halaman gereja yang luas dan hijau.
"Ibadah Kenaikan Tuhan Yesus ini sifatnya lebih fleksibel dan penuh suka cita," ujar Pendeta Ni Made Kris Setiarini ketika ditemui usai memimpin kebaktian pada Kamis pagi.
Meski dipindah ke dalam ruangan gereja, simbol-simbol Kebaktian Padang tetap dijalankan. Misalkan, jemaat duduk di bawah tanpa bangku gereja dan di akhir kebaktian diselingi kegembiraan gim kuis Alkitab Perjanjian Lama dan Baru.
Kata Pendeta Kris yang bertugas sejak 2020 di GKPB Sinar Urip, total jemaat dan simpatisan gereja berjumlah 102 orang dari 28 kepala keluarga. Jemaat tersebar di Kecamatan Petang dan menyebar ke daerah lain di Badung karena faktor pekerjaan.
"Yang masih asli berdiam di Banjar Anggungan, Carangsari itu ada sembilan kepala keluarga," imbuh pendeta perempuan kelahiran Banjar Anggungan, Desa Carangsari ini.
Dijelaskan Pendeta Emeritus I Nyoman Saljuni, selain gereja utama di Carangsari, GKPB Sinar Urip juga memiliki Pos Pembinaan di Banjar Tiyingan, Desa Pelaga, Petang. Pos Pembinaan ini untuk melayani jemaat di daerah sekitar yang jauh dari gereja induk.
"Di Tiyingan, Pelaga itu kebanyakan jemaat dari kalangan petani. Supaya tidak jauh-jauh ke sini, di sana kami membangun Pos Pembinaan," beber Pendeta Emeritus Saljuni ketika ditemui usai mengikuti kebaktian.
Setelah kebaktian Hari Kenaikan Yesus Kristus selesai sekitar pukul 10.45 Wita, jemaat menggelar Perjamuan Kasih. Di mana, bekal yang dibawa masing-masing jemaat dinikmati bersama.
Kata Pendeta Kris, Perjamuan Kasih ini terbawa dari kebiasaan Kebaktian Padang yang dilaksanakan jauh dari gereja. Jemaat biasanya membawa bekal untuk dinikmati bersama usai kebaktian tuntas dilaksanakan.
"Tahun ini tema kebaktian Kenaikan Tuhan Yesus ke Surga adalah 'Menjadi Gereja Pembawa Keadilan: Lakukanlah kebenaran dengan pertolongan Roh Kudus.' Hari ini masih dalam rangkaian Masa Raya Pentakosta yang ditutup 19 Mei ini," tandas Pendeta Kris. *rat
1
Komentar