Belasan Taruna STIP Iringi Pengabenan Putu Satria
Baliho Wajah Terduga Pelaku Dipajang di Setra
SEMARAPURA, NusaBali - Belasan taruna Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Marunda, Jakarta Utara, ikut mengiringi prosesi pengabenan, Putu Satria Ananta Rustika,19, atau akrab disapa Rio, ke Setra Desa Adat Gunaksa, Kecamatan Dawan, Klungkung pada Sukra Paing Matal, Jumat (10/5) siang.
Taruna angkatan ke-66 STIP tersebut merupakan taruna satu angkatan dengan almarhum Rio yang meninggal dunia diduga dianiaya oleh senior di kampusnya, Jumat (3/5) lalu.
Sebanyak 15 taruna STIP itu terbang dari Jakarta ke Bali untuk mengikuti prosesi upacara ngaben jenazah Rio, sejak Kamis (9/5) malam, mereka juga didampingi oleh pembina. Upacara pengabenan Rio dipuput oleh Ida Pedanda Gede Made Kemenuh dari Geria Manik Wanagiri Banjar Jelantik, Desa Tojan, Kecamatan Klungkung pada pukul 11.00 Wita.
Setelah upacara di rumah duka selesai, jenazah langsung dibawa ke Setra Desa Adat Gunaksa yang berjarak sekitar 1 kilometer (Km) dari rumah duka. Sebanyak 15 taruna STIP dengan mengenakan Pakaian Dinas Upacara (PDU) sudah menunggu di depan rumah duka untuk upacara serah terima jenazah dari taruna STIP kepada krama adat.
Selanjutnya jenazah dimasukkan ke dalam pemereman batur sari untuk dibawa ke setra. Ribuan pelayat tampak memadati rumah duka, bahkan rekan-rekan waktu Rio SMA, juga ikut melayat sembari membawa karangan bunga. Setelah jenazah tiba di setra kembali dilakukan upacara serah terima dari krama adat kepada taruna STIP. Ketika sampai di lokasi pembakaran jenazah, kembali dilakukan serah terima dari taruna STIP kepada krama, dan dilanjutkan prosesi pembakaran jenazah.
Jenazah almarhum almarhum Putu Satria Ananta Rustika,19, dinaikkan ke bade sebelum menuju setra. –DEWA DARMAWAN
Suasana haru pun kembali menyelimuti, keluarga, kerabat dan rekan Rio pun tak kuasa menahan tangis. Tak hanya itu sebagai ungkapan emosi rekan tongkrongan Rio di Desa Gunaksa juga memasang sebuah baliho berukuran 6 meter x 4 meter berisi foto terduga pelaku penganiayaan Rio di setra. Baliho itu dihancurkan kemudian ikut dibakar bersama jenazah Rio. Kemudian prosesi nganyut ke segara (pantai).
Menurut Danton Vallreef, STIP satu angkatan Rio, yakni Muhammad Abdul Aziz, mereka sudah berangkat dari STIP Marunda, Jakarta Utara ke Bali, Kamis malam. Selanjutnya menginap di daerah Gianyar, dan Jumat pagi langsung berangkat menuju rumah duka di Banjar Bandung, Desa Gunaksa. "Kita ikut mengiringi jenazah almarhum hingga prosesi upacara pengabenan," ujar Abdul Aziz, didampingi ketua kelas Rio, I Putu Rajesh K.
Putu Rajesh menambahkan Rio adalah sosok yang cerdas, rajin, dan peduli dengan teman. Rio juga sering mengingatkan temannya untuk ibadah maupun makan. "Rio adalah role model di angkatan ke-66 sebagai sosok yang dituakan atau menjadi panutan, kita sangat kehilangan," kenang Putu Rajesh.
Bendesa Adat Gunaksa, I Nengah Ariyanta mengatakan upacara pengabenan terhadap almarhum dilakukan setelah mendapatkan petunjuk dari Ida Sulinggih. "Setelah upacara ngaben dilanjutkan nganyut ke segera," ujar Ariyanta. Warga sangat kehilangan sosok putra terbaik yang merupakan calon pemimpin masa depan itu. Dia pun berharap agar hukum ditegakkan seadil-adilnya terhadap siapapun yang terlibat. 7 wan
1
Komentar