nusabali

Siasat Seniman Suarakan Keresahan

Santrian Art Gallery Sanur Pamerkan Culmination

  • www.nusabali.com-siasat-seniman-suarakan-keresahan
  • www.nusabali.com-siasat-seniman-suarakan-keresahan

Pameran ini bukan tentang membuktikan apa pun, melainkan tentang proses kolaboratif dalam menciptakan dan merangkul pesan-pesan positif satu sama lain, menumbuhkan rasa kebebasan dalam berekspresi artistik.

DENPASAR, NusaBali - Keresahan para seniman kolaboratif akan mewarnai dunia seni di Bali dalam beberapa pekan mendatang. Kumpulan karya dalam berbagai media, antara lain fotografi, puisi, lukisan, instalasi hingga film, dipamerkan di Santrian Art Gallery, Sanur, Denpasar, 10 Mei - 29 Juni 2024. 

Para seniman tersebut meyakini, seni mampu menghadirkan inspirasi yang akan membekas kuat dalam kesadaran sekaligus memantik peradaban yang semakin baik. Pameran yang diinisiasi Sawidji Gallery bertajuk ‘Culmination’, menjadi semacam puncak keresahan melihat berbagai permasalahan sosial hari-hari ini. 

Seniman Sujana Suklu, di antaranya, mencoba menyuarakan kegelisahannya melihat masyarakat kini yang lebih mengedepankan individualitas dibanding sosialitas. Karyanya bertajuk ‘Mystical Witness’ (Saksi Mistis) berupa instalasi dan lukisan bruq atau beruk. Lewat artefak bruq, tempat minum terbuat dari tempurung kelapa yang banyak digunakan para petani di zaman dahulu, dosen seni rupa ISI Denpasar ini mengingatkan nilai-nilai sosial yang pernah tumbuh dalam budaya agraris di Bali. Bruq seakan menjadi saksi bagaimana manusia Bali di zaman dahulu sangat mudah berbagi. “Kalau air itu dibawa petani ke sawah biasanya petani yang lain minta jadi fungsinya sangat sosial,” ujar seniman asal Klungkung ini ditemui saat pembukaan pameran, Jumat (10/5) malam. 

Seniman yang berkontribusi dalam pameran ini tidak hanya dari Bali, melainkan juga dari luar Bali bahkan internasional, seperti Agus Kama Loedin, David Hopkins, Dibal Ranuh, Sava Istanbul, Made Kaek, Man Butur Suantara, Putu Bonuz Sudiana, Tjandra Hutama, dan Wayan Suastama. 

Rangkaian kolaborasi seniman ini juga menyertakan 11 karya sastra, 9 berupa puisi karya Eda Ocha (Turki) Shio Senda (Jepang), Mas Ruscitadewi, Made Adnyana Ole, Sonia Piscayanti, Arya Ngurah Dimas, Wini Hartini, Agung Gede Putra, dan Darma Putra, serta prosa karya Nandini Khrisna (India) dan Brandon Spars (AS). 

Penggiat seni rupa, foto, grafis dan film yang tergabung dalam kegiatan ini berupaya untuk ‘membaca’ sastra sebagai salah satu bentuk kolaborasi, juga karya tulis yang berbahasa Inggris maupun Indonesia disalin dan digunakan di atas daun lontar dengan aksara Bali.

Kurator pameran sekaligus pendiri Sawidji Gallery, Dian Dewi Reich, mengatakan pameran ini bukan tentang membuktikan apa pun, melainkan tentang proses kolaboratif dalam menciptakan dan merangkul pesan-pesan positif satu sama lain, menumbuhkan rasa kebebasan dalam berekspresi artistik. 

Culmination, kata Dewi, mengacu pada puncak atau titik tertinggi dari sesuatu, sering kali dicapai setelah proses pengembangan atau kemajuan. “Penting untuk diketahui, pameran ini memaknai 'puncak' sebagai titik harmoni dan kepositifan,” ujarnya.

Menurutnya Culmination menandakan titik kedatangan, penyelesaian atau pemenuhan, di mana berbagai elemen atau upaya berkumpul untuk menandakan momen resolusi, pencapaian, atau realisasi. Dalam pameran ini para seniman mencoba membagikan sesuatu yang positif, yang disukai banyak orang, dan meninggalkan dampak yang bertahan lama. 

Dia mengingatkan, bagaimana seni mampu memantik perubahan dalam kehidupan seseorang. Menurutnya seni memiliki kelebihan yang mampu menyentuh sisi paling dalam penikmatnya. “Setiap orang pasti memiliki satu bacaan atau lagu yang selalu diingat sampai tua,” jelas seniman yang lama menetap di Australia ini. 

Arsitek dan budayawan Popo Danes mengapresiasi positif apa yang digelar Sawidji Gallery dan Santrian Art Gallery bersama seniman dalam dan luar negeri ini. Pengamatannya selama 20 terakhir seakan memperlihatkan para seniman di Bali masih belum menemukan jalan kebersamaan. 

Namun dalam lima tahun terakhir telah terjadi perkembangan yang cukup signifikan ketika beberapa seniman mulai mengembangkan kesadaran mereka tentang betapa pentingnya kolaborasi yang baik untuk mencapai hasil yang lebih bermakna bagi karya mereka. 

“Hal ini juga membuka hati lebih banyak seniman untuk lebih terbuka terhadap opini eksternal dan menurut saya ini adalah gerakan yang sangat positif. Gelombang positif yang memberikan harapan lebih baik bagi masa depan taman bermain ini,” ucap Popo. 

Baginya pameran Culmination ini merupakan salah satu pertunjukan penting dari gerakan positif ini dan ini hanyalah permulaan. Ia berharap apa yang dihadirkan melalui pameran ini dapat menjadi inspirasi besar khususnya bagi para seniman muda dalam membantu mereka mencapai karya yang lebih besar dengan jati diri mereka yang sebenarnya. 

“Saya berharap preseden ini dapat mendobrak sekat-sekat tersebut, bahkan mengajak masyarakat di luar komunitas seniman untuk bersuara lebih lantang dalam memberikan pendapatnya tentang seni sehingga dapat membantu menyebarkan ide seni kepada khalayak yang lebih luas. Agar kesenian tersebut dapat diapresiasi oleh masyarakat luas. Agar interaksi tersebut tidak hanya dalam bidang seni saja, namun bisa menjangkau ke luar kalangan tersebut,” harapnya.7a 

Komentar