32 Pecalang Desa Adat Bualu Siap Amankan WWF
Pecalang yang diterjunkan akan dibagi menjadi dua shift operasi, yaitu dari pagi hingga sore dan sore hingga malam.
MANGUPURA, NusaBali - Hajatan kelas dunia World Water Forum (WWF) ke-10 tinggal menghitung hari. Berbagai persiapan pun terus dilakukan, termasuk tenaga pengamanan. Pada hajatan ini, 32 pecalang dari Desa Adat Bualu siap membantu mengamankan WWF ke-10 yang akan berlangsung di kawasan The Nusa Dua, Kecamatan Kuta Selatan pada 18-25 Mei 2024.
Ketua Pecalang Desa Adat Bualu I Wayan Eka Sudiarsa, mengatakan untuk mengamankan WWF menerjunkan sebanyak 32 pecalang yang akan dibagi menjadi dua shift operasi, yaitu dari pagi hingga sore dan sore hingga malam. Menurutnya, jika terjadi peningkatan kebutuhan keamanan atau rute yang dilewati delegasi menjadi terlalu kompleks, juga akan melibatkan pecalang banjar yang ada di wewidangan Desa Adat Bualu.
“Pecalang yang kami tugaskan dari pecalang Desa Adat Bualu sebanyak 32 orang. Kalau krodit, nanti kami akan ambil pecalang banjar untuk membantu kami. Kalau rutenya terlalu banyak dan posnya banyak dilalui delegasi, kami libatkan pecalang banjar juga,” ujar Sudiarsa, Minggu (12/5) siang.
Dikatakan, pecalang yang diterjunkan sudah melalui koordinasi dengan pihak terkai, dalam hal ini aparat keamanan, baik TNI dan Polri. Sudiarsa mengaku pecalang akan ditempatkan di ring tiga pengamanan, termasuk di beberapa titik strategis seperti Simpang Empat Desa Bualu dan lampu merah pintu masuk Tol Bali Mandara, tergantung pada rute yang akan dilalui oleh delegasi.
Disinggung soal keterlibatan para pecalang di setiap event internasional, Sudiarsa menilai jika penjagaan dari pecalang sangat penting untuk menjaga keamanan, karena marwah dan taksu Bali memainkan peran vital dalam mencegah kejadian yang tidak diinginkan. Mengingat sebelumnya pecalang Desa Adat Bualu memiliki pengalaman dalam mengamankan berbagai event internasional, termasuk KTT G20.
“Kalau ada sesuatu hal yang tidak diinginkan seperti demo atau apa kami sudah tahu yang melakukan bukan masyarakat lokal. Misalkan kalau ada yang bertindak anarkis, kami bantu mengamankan,” jelas Sudiarsa.
Meski technical meeting lanjutan soal pengawasan di kawasan sekitar WWF belum dilaksanakan, tetapi Sudiarsa menjelaskan jika pihaknya sudah melakukan persiapan mandiri. Seperti telah diatur bahwa pecalang yang bertugas akan dibagi menjadi dua shift dan petunjuk pelaksanaan tugas lainnya. Antusiasme petugas pecalang di desanya juga dianggap tinggi, mengingat mereka menyadari pentingnya kegiatan ini bagi promosi pariwisata di Bali.
Sudiarsa berharap, dengan suksesnya WWF di Bali akan ada peningkatan signifikan dalam jumlah kunjungan wisatawan ke Indonesia secara umum dan Bali khususnya. Selain itu, WWF di Bali diharapkan tidak hanya menjadi forum global yang membahas isu-isu terkait air, tetapi juga sebagai kesempatan untuk menunjukkan keunggulan Bali sebagai tuan rumah acara internasional dan destinasi wisata dunia.
“Harapan saya cuma satu, WWF yang terselenggara di Bali bisa berjalan lancar dan berdampak kepada kunjungan wisatawan ke depannya,” harap Sudiarsa. 7 ol3
Komentar