HET Beras SPHP Naik, Permintaan Tetap Tinggi
Penyaluran beras SPHP di masyarakat sekitar 800 – 1.000 ton per bulan. Terhitung sejak awal tahun sudah mencapai 3.400 ton penyaluran.
DENPASAR, NusaBali - Harga eceran tertinggi (HET) beras stabilisasi pasokan dan harga pangan (SPHP) naik menjadi Rp 12.500 per kilogram sejak 1 Mei 2024, dari harga semula Rp 10.900 per kilogram atau naik Rp 1.600 per kg. Meski demikian, kenaikan harga ini tidak berdampak signifikan terhadap permintaan pasar.
Kepala Bulog Bali Sony Supriyadi mengatakan kenaikan HET beras SPHP ditetapkan oleh Badan Pangan Nasional (Bapanas), karena harga beli gabah kering di tingkat petani juga meningkat.
“Bapanas mengikuti perkembangan yang ada, sehingga harga pembelian di tingkat petani pun jadi naik,” ujar Sony dikonfirmasi, Minggu (12/5).
Adapun gabah kering panen (GKP) petani kini dibeli Rp 6.000 per kg dari sebelumnya Rp 5.000 per kg. Kemudian gabah kering giling (GKG) dibeli Rp 7.400 per kg dari Rp 6.000 per kg, dan beras petani Rp 11.000 per kg dari Rp 9.950 per kg.
Sampai di masyarakat, harga eceran tertinggi (HET) dari Rp 10.900 per kg naik menjadi Rp 12.500 per kg atau Rp 62.500 per 5 kilogram sesuai kemasan.
Sony mengungkapkan setelah terjadi kenaikan harga beras SPHP, ternyata tidak ada pengurangan permintaan stok di ritel modern seluruh Bali. Bahkan sejumlah waralaba yang sebelumnya kehabisan stok meminta segera dipenuhi. Apalagi harga beras premium di pasaran kini masih berada di kisaran Rp 15.000 per kg.
Alasan tersebut yang membuatnya yakin penyaluran beras jenis medium tersebut di masyarakat akan tetap sama, sekitar 800 – 1.000 ton per bulan. Di mana saat ini terhitung sejak awal tahun sudah mencapai 3.400 ton penyaluran.
“Masih banyak permintaan kami dibanding beras yang lain. Beras SPHP standar paling murah dan kualitasnya bagus,” ujar Sony.
Sony mengungkapkan penyerapan Bulog terhadap hasil panen petani di Bali saat ini terus mengalami peningkatan. Sejak Idul Fitri pada April lalu terjadi lonjakan penyerapan beras hasil petani lokal Bali yang dibeli Bulog.
“Penyerapan hasil pertanian di Bali saat ini sudah sekitar 1.000 ton. Kami akan terus berupaya menambah stok penyerapan dari petani lokal,” kata Sony.
Penyerapan sebanyak 1.000 ton dalam sebulan ini mengalami lonjakan cukup besar, di mana sebelumnya sejak awal tahun hingga Maret penyerapannya hanya 444 ton. “Kami tetap upayakan maksimal berapa pun akan kami serap selama masih ada petani yang mau menyetorkan (menjual),” tandas Sony. 7 a
Komentar