Piodalan Pura Kahyangan Kesiman Istimewa: Nuur Pemangku dan Mepeed Banten Penuh Makna
DENPASAR, NusaBali - Piodalan di Pura Kahyangan Desa Adat Kesiman pada Anggara Kasih Tambir, Selasa (23/4/2024) terasa istimewa. Bukan hanya karena bertepatan dengan Kajeng Kliwon, namun juga berbarengan dengan Purnama Jyestha. Itulah yang menjadikan piodalan dan tradisi Mepeed Banten kali ini terasa istimewa.
Ketua Panitia Pelaksana Piodalan di Pura Kahyangan Kesiman, I Wayan Wiranata, menjelaskan bahwa piodalan memang bertepatan dengan tiga hari suci. "Ini merupakan momentum yang istimewa, maka kami memutuskan untuk melakukan prosesi karya padudusan alit," ujarnya.
Segenap warga Gumi Kebonkuri Kesiman yang terdiri dari Banjar Kebonkuri Lukluk, Banjar Kebonkuri Tengah, Banjar Kebonkuri Mangku dan Banjar Kebonkuri Kelod Kesiman, menyambut antusias prosesi ini.
Karya padudusan alit ini merupakan lanjutan dari prosesi enam bulan lalu, di mana saat ini dilakukan nuur pemangku bagi para pemangku baru yang telah dipilih berdasarkan garis silsilah.
"Enam bulan lalu kami nuur Pemangku Gede Dalem Kahyangan, karena sekarang para pemangku yang sebelumnya sudah nganteg (sudah sah), pada hari ini kami melanjutkan prosesi nuur pemangku bagi para pemangku-pemangku baru yang memang telah dipilih dan berdasarkan keturunan," jelas Wiranata.
Proses nuur pemangku ini merupakan bagian penting dalam menjaga keseimbangan dan keharmonisan secara sakala dan niskala. "Semua kami laksanakan berdasarkan tatanan ajaran agama," tambahnya.
Tradisi Mepeed Banten: Makna dan Keunikan
Selain nuur pemangku, piodalan di Pura Kahyangan Kesiman juga dimeriahkan dengan tradisi Mepeed Banten. Tradisi ini diikuti oleh 300-400 istri Banjar/PPK dengan berjalan kaki sejauh 2 kilometer dari Jalan Sedap Malam menuju Pura Kahyangan Kesiman, Denpasar Timur.
Kegiatan ini dimulai pukul 15.00 WITA, dimana Ida Sesuhunan Gumi Kebonkuri dan Ida Sesuhunan Singgi Sanur berbarengan lunga (berangkat) dari parerepan Pura Ibu menuju Pura Kahyangan.
Sri Jayanti, 33, Ketua PKK Banjar Kebonkuri Mangku Kesiman, menjelaskan makna mendalam dari tradisi mepeed Banten. "Sebagai wujud bakti kepada Ida Bhatara sane melinggih ring Pura Kahyangan untuk semua nikmat yang sudah diberikan," ujarnya.
Tradisi mepeed Banten di Gumi Kebonkuri memiliki keunikan tersendiri, yaitu busana yang digunakan. Para ibu PKK mengenakan busana ala zaman kerajaan yang melambangkan warisan budaya. "Walaupun panas tetap kita bertahan dengan pakaian yang lama," ungkap Sri Jayanti.
Diiringi Napak Pratiwi dan Mepajar
Piodalan di Pura Kahyangan Kesiman juga diiringi dengan Napak Pratiwi dan Mepajar. Napak Pratiwi merupakan kegiatan mebaos (memberikan informasi/pesan) tentang kekurangan atau ketidaksesuaian dalam prosesi Mepeed Banten. Sedangkan Mepajar merupakan pawisik dari Ida Sesuhunan tentang makna mendalam dari tradisi Mepeed Banten.
Piodalan di Pura Kahyangan Kesiman menjadi bukti nyata pelestarian budaya dan tradisi di Desa Adat Kesiman. Semangat kebersamaan dan kekeluargaan masyarakat Gumi Kebonkuri Kesiman dalam menjaga warisan budaya patut diapresiasi. *m03
Komentar