Sub Suku Usba Raja Ampat Studi Tiru ke Desa Wisata Melinggih Kelod
GIANYAR, NusaBali - Dinas Pemajuan Masyarakat Adat Provinsi Bali merekomendasikan rombongan Dewan Adat Sub Suku Usba Kabupaten Raja Ampat studi tiru peran masyarakat adat dalam pariwisata berkelanjutan di Desa Wisata Melinggih Kelod, Kecamatan Payangan, Gianyar, Selasa (14/5) sore.
Setibanya di Desa Melinggih Kelod, rombongan mendapat penjelasan tentang rumah adat Bali dan fungsinya, diskusi potensi wisata di Desa Melinggih Kelod, dilanjutkan dengan peninjauan lapangan ke Pura Puseh, Murwa Bhumi, penanaman pohon, early dinner, dan ditutup pertunjukan tari Bali di antaranya Tari Pendet, Tari Cendrawasih, Tari Kebyar Terompong, dan Tari Barong.
Patajuh Majelis Desa Adat Provinsi Bali Dr Made Wena dalam sesi diskusi memaparkan keberadaan desa adat di Bali yang saat ini jumlahnya mencapai 1.500 desa adat. Mantan Bendesa Adat Kutuh, Kecamatan Kuta Selatan, Badung ini juga menjabarkan perkembangan penguatan desa adat di Bali. Salah satunya dengan dibentuknya Dinas Pemajuan Masyarakat Adat Provinsi Bali. Kaitan dengan pariwisata, bahwasanya cukup banyak objek wisata di Bali yang dikelola oleh masyarakat adat. "Contohnya Pantai Pandawa, Cafe Kedonganan Jimbaran dikelola masyarakat adat. Model pengelolaan cukup beragam, ada dikelola sepenuhnya, ada bekerja sama dengan pemerintah ada juga sistem bagi hasil. Tujuan akhirnya adalah kesejahteraan masyarakat adat," jelas Wena.
Bendesa Adat Pengaji Nyoman Nubawa menyampaikan cakupan wilayah desa adat, pura yang diempon termasuk tradisi-tradisi unik yang dilestarikan di Desa Adat Pengaji hingga saat ini. Ketua Pokdarwis Desa Wisata Melinggih Kelod, Dewa Ngakan Rai Budiasa menjelaskan paket-paket wisata di desa yang dikelola untuk menarik kunjungan wisatawan. Salah satunya dinner show yang dikelola oleh Yayasan Yasa Putra Sedana Jro Pengaji. Paket wisata Barong dan Legong diaktifkan sejak tahun 1995. Pertunjukan Barong dan Pelegongan dikemas dengan santap malam.
Perwakilan Sub Suku Usba Kabupaten Raja Ampat, Kees Burdam mengatakan kunjungan ke Bali untuk meningkatkan pemahaman tentang penguatan masyarakat adat. "Kami kagum karena dari 32 provinsi di Indonesia, cuma Bali yang punya Dinas Pemajuan Masyarakat Adat. Kami ingin tahu bagaimana kekuatan adat di Bali," ungkapnya. Kees Burdam mengatakan sangat tepat mengawali kunjungan ke Bali. "Penjelasan tadi tentu akan kami jadikan bahan referensi sehingga meningkatkan adat kami yang sudah ada. Karena tak dipungkiri, banyak budaya masuk begitu cepat berpengaruh ke adat kami. Jadi bagaimana kami bisa belajar dari Bali, sehingga adat kami lebih kuat," imbuhnya. 7 nvi
1
Komentar