Permintaan Produk Hortikultura Meningkat
Dampak World Water Forum ke-10, permintaan hortikultura capai 1 ton per hari
DENPASAR, NusaBali
Pelaksanaan World Water Forum ke-10 di Nusa Dua, Kuta Selatan, Badung juga memberi berkah kepada pelaku usaha, terutama untuk suplier hotel di kawasan Nusa Dua. Permintaan produk hortikultura; sayur mayur dan buah-buahan meningkat, untuk pasokan hotel khususnya di kawasan Nusa Dua.
Menurut kalangan pelaku usaha hortikultura, peningkatan permintaan cukup signifikan. "Peningkatan sampai dua kali lipat," ujar Ketua Asosiasi Pengusaha Hortikultura Indonesia (Aspehorti) Provinsi Bali, I Wayan Sugiartha.
Dia mencontohkan pengalamannya sendiri. Biasanya Sugiartha mengirim produk horti, buah-buahan dan sayur mayur sebanyak setengah ton per hari. Namun karena ada perhelatan WWF, pengiriman bertambah jadi 1 ton per hari.
"Jadi memang ada dampak WWF ini terhadap bisnis horti," ucap pengusaha asal Desa Blahkiuh, Kecamatan Abiansemal, Badung.
Untuk memenuhi permintaan, pengusaha horti menambah pasokan dari luar daerah. Diantaranya dari Banyuwangi, Jawa Timur.
Penyebabnya produksi horti di Bali, seperti dari kawasan Bedugul, tidak cukup memenuhi permintaan. "Karena produksi menurun," jelasnya.
Harga produk hortikultura, beragam.Ada yang naik ada yang turun. Contohnya paprika hijau dari Rp30.000 perkilo naik jadi Rp60.000 perkilo. Paprika kuning dan merah sampai Rp100.000 perkilo dari awalnya Rp60.000.
Sedangkan pepaya dari Rp10.000 perkilo turun jadi Rp6.000 perkilo. Sementara semangka, melon dan nanas harganya stabil. Semangka Rp8.000 perkilo. Melon Rp12.000 perkilo. Nenas Rp.10.000 perkilo.
Ditambahkan, beberapa item horti mengalami kenaikkan harga sejak awal Mei.
"Karena sudah teken kontrak, naik atau turun harga, kita harus menyediakan
kepada hotel," kata Sugiartha.
Yang jelas, pelaksanaan WWF berdampak pada kunjungan wisatawan, sekaligus berimbas pada peningkatan permintaan produk hortikultura.
"Pengusaha horti juga kebagian dampak positif," ujarnya.k17
1
Komentar