Kasek Diminta Jangan Banyak Ngomel, Banyak Beri Contoh
Bedah Slogan Eda Ulah Aluh dalam Pendidikan
Eda Ulah Aluh
Fokus Grup Diskusi (FGD)
Yayasan I Ketut Alon
Guru Besar Undiksha
Prof Dr Anak Agung Gede Agung
GIANYAR, NusaBali - Slogan kearifan lokal Bali, Eda Ulah Aluh-Eda Ngaden Awak Bisa dibedah dalam Fokus Grup Diskusi (FGD) di Yayasan I Ketut Alon Taman Pendidikan Sarin Rare, Desa Mas, Kecamatan Ubud, Senin (20/5).
Guru Besar Undiksha Prof Dr Anak Agung Gede Agung di hadapan peserta diskusi dari unsur pemerintah, akademisi, organisasi, stake holder pendidikan, budayawan, dan perlindungan anak menegaskan untuk mewujudkan pendidikan yang memanusiakan manusia sekaligus sebagai salah satu upaya penguatan pendidikan karakter dan perlindungan anak bisa dilakukan melalui 3 jalur pendidikan.
Di antaranya pendidikan informal oleh orangtua di rumah, jalur formal oleh tenaga pendidik di sekolah, serta di jalur non formal oleh masyarakat. Prof Anak Agung Gede Agung prihatin melihat pendidikan karakter orangtua saat ini cenderung memanjakan anak. Sangat jauh berbeda dengan kenangan semasa kanak-kanaknya, yang sejak usia dini dihadapkan pada kesulitan-kesulitan yang harus dihadapi. Begitu pula dalam lingkungan sekolah, Prof Agung mengatakan guru menjadi faktor penting dalam menanamkan karakter. Namun, anak-anak jaman sekarang menurutnya cenderung tidak suka diceramahi, maka itu kepala sekolah diminta jangan banyak ngomel. “Anak-anak sekarang perlu banyak melihat contoh yang baik,” ujar Prof Agung.
Senada diungkapkan Prof Dr I Ketut Gading MPd bahwasanya 'Eda Ulah Aluh' bisa dimaknai jangan merabas, jangan tidak mengikuti aturan, jangan tidak mengerjakan sesuatu. “Kebiasaan kita menunda memulai dan menyelesaikan pekerjaan harus dibenahi. Jangan Kintamani Pupuan, mani puan. Jangan mengandalkan orang lain apalagi kalau kerja kelompok. Termasuk di banjar, jangan madaya corah, jangan malas,” ujarnya. Sebagai implementasi dalam dunia pendidikan, anak-anak harus senantiasa diajak latihan menghadapi situasi, dianjurkan mengikuti tatanan yang ada, ikut aktif berpartisipasi, jujur, rajin, dan kerja keras.
“Kebalikan dari Eda Ulah Aluh adalah kerja keras. Bahwasanya pekerja keras itu biasanya berangkat dari kesulitan. Maka ajarkan anak belajar mengatasi kesulitan, bahkan bila perlu guru bisa menciptakan kesulitan itu agar anak terlatih menghadapi kesulitan,” tegas Prof Gading. Sementara Prof Dr Ir Wayan P Windia mengatakan pendidikan karakter itu sangat perlu. “Supaya tidak hanya tahu benar dan salah, tapi tahu mana boleh tidak boleh, mana baik dan buruk. Caranya dengan memberikan contoh, oleh yang lebih tahu yaitu orangtua, oleh orang yang lebih tua dan oleh orang yang dituakan. Karena keteladanan yang penting,” ujar Prof Windia. 7 nvi
Komentar