Agama Terindah yang Pernah Ada...
TANPA aba-aba, tanpa tanda-tanda ada orang dari luar Bali menyerang dengan kata-kata ritual. Seolah-olah ritual (upacara) itu selalu salah dan rendah. Begitulah zaman medsos ini.
Tanpa membaca pesan orang, tanpa mengerti siapa yang diajak berdialog, stres dan depresi dimuntahkan ke orang lain.
Dikira memuntahkan stres ke orang lain membuat jiwa sembuh. Padahal, itu langkah memasukkan racun yang baru ke dalam jiwa. Sebelum agama menjadi kekuatan berbahaya, mari merenung. Wajah agama yang ditemukan manusia sangat tergantung pada kualitas pikiran.
Jika pikirannya sempit dan picik, agama menjadi kekuatan berbahaya. Sebaliknya, bila pikirannya luas dan luwes, agama menjadi kekuatan bercahaya. Jalalludin Rumi di Islam adalah cerita jiwa yang sangat indah. Nelson Mandela adalah kisah yang mengundang decak kagum di gereja. YMM Dalai Lama memenangkan hadiah Nobel Perdamaian tidak karena merendahkan agama orang lain. Tapi karena memuliakan agama orang.
Mahatma Gandhi pernah ditanya: "Apakah saya boleh jadi penganut Hindu seperti Anda?". Dengan tersenyum jiwa suci ini menjawab tegas dan lugas. "Boleh, tapi dengan menjadi penganut kristen yang taat". Ringkasnya, mereka tumbuh di agama berbeda, tapi dalam satu hal mereka sama. "Pikirannya luas dan luwes". Agar agama menjadi sumber Cahaya, bukan sumber bahaya, seawal mungkin latih pikiran agar luas dan luwes.
Guruji bersyukur sekali lahir di Bali. Ketika belajar agama di SD dulu mendengar pesan ini. Dan pesan ini menemani sampai tua. "Ekam satvipra bahuda vadanti". Kebenaran itu satu, tapi jiwa-jiwa suci memberinya banyak nama. Sebuah wawasan yang luas dan luwes. Belakangan dari orang Zen belajar hal indah: "Tatkala hujan turun, ayam berteduh di bawah pohon, bebek mencemplungkan dirinya di kolam".
Keduanya mengambil jalan yang beda. Dan keduanya bahagia apa adanya. Bimbingannya, jika ada orang yang mengambil jalan yang beda, tidak perlu merendahkan. Mungkin ia mengambil jalan berbeda yang juga membahagiakan. Jika mendalam praktiknya, Anda akan tersenyum indah pada pesan berikut ini.
"You're the silence of peace, you're the peace of silence".
Tidak ada yang lebih indah dari ini. Anda adalah keheningan yang penuh kedamaian. Sekaligus kedamaian yang penuh keheningan. Sesampai di sini mata akan berubah indah. Sahabat Muslim terlihat indah bersama pecinya. Orang Jawa terlihat indah bersama blangkonnya. Teman Gereja terlihat indah ditemani nyanyiannya. Orang Bali juga indah bersama ritualnya. Itulah wajah agama terindah yang pernah ada.
Morihei Ueshiba adalah salah satu tokoh yang pernah sampai di sini. Pendiri aikido ini mewariskan: "There are many paths leading to the top of Mount Fuji. But there's only one peak which is love". Ada banyak jalan menuju puncak gunung spiritualitas. Tapi hanya ada satu puncak. Yakni cinta kasih yang tidak bersyarat. 7
Komentar