4 Delegasi WWF Kunjungi Desa Pelestari Budaya
AMLAPURA, NusaBali - Empat peserta WWF (World Water Forum) mengunjungi dua tempat pelestarian budaya di Karangasem. Keempat peserta itu semuanya dari Indonesia, sekaligus melakukan penelitian.
Keempatnya mengawali kunjungan di Yayasan Jero Tumbuk, Banjar Santhi, Desa/Kecamatan Selat, Karangasem, Selasa (21/5). Mereka dikoordinasikan, Prof Dr Ir Astri Rinanti MT IPM ASEAN Eng, dengan tiga anggotanya Wahyu Sejati, Dimas Ibnu Seno, dan Salsabilla Dara Ibrahim.
Kedatangan rombongan disambut pendiri Yayasan Jro Tumbuk I Gusti Lanang Muliarta beserta istrinya Dr Catrini Pratihari Kubontubuh. Catrini Pratihari langsung mengajak tamu itu keliling areal Jero Tumbuk, di tempat-tempat aktivitas pelestarian budaya. Mulai dari tempat belajar menari, tempat malukat, Pura Merajan, tempat nyurat aksara Bali di daun lontar, dan tempat berlatih gong, kemudian menyaksikan teknis membuat canang. Semuanya dipresentasikan, sehingga peserta WWF yang datang, jadi lebih paham tentang budaya Bali.
Bahkan keempat peserta WWF itu diajak menyaksikan tata cara pelestarian nyurat aksara Bali di daun lontar yang dipandu penekun lontar I Wayan Berata.
Foto: Prof dr Ir Astri Rinanti dapat kenang-kenangan namanya ditulis di lontar. -NANTRA
Selanjutnya, nama peserta WWF itu ditulis di daun lontar dengan aksara Bali dan di bawahnya diisi huruf latin. Selanjutnya semua peserta WWF itu diberikan kenang-kenangan berupa daun lontar berisi nama yang ditulis aksara Bali dan aksara latin.
“Kami dari Jero Tumbuk, memang dari awal punya obsesi melestarikan semua potensi budaya dan adat di Bali. Makanya di sini ada tempat belajar menari, belajar nyurat aksara Bali di daun lontar, belajar menabuh gong, belajar yoga, dan lain-lain,” jelas Catrini Pratihari.
“Kami tertarik ke Karangasem, hendaknya ke depan berupaya meyakinkan wisatawan lokal agar datang ke Karangasem karena banyak budaya yang unik,” jelas Astri Rinanti guru besar Universitas Trisakti Jakarta yang juga Direktur LPPM (Lembaga Pelestari dan Pengabdian Masyarakat) Universitas Trisakti.
Selanjutnya rombongan diajak menyaksikan keberadaan Museum Sanghyang Dedari, di Banjar/Desa Adat Geriana Kauh, Desa Duda Utara, Kecamatan Selat. Panglingsir Desa Adat Geriana Kauh I Wayan Berata yang memandu tentang keberadaan Museum Sang Hyang Dedari.
Kata dia, pentingnya dibangun Museum Sanghyang Dedari, agar masyarakat bisa menyaksikan tentang aktivitas Sanghyang Dedari setiap saat, hanya dengan masuk museum. Sebab di sana telah disajikan foto-foto lengkap prosesi penari Sanghyang Dedari. “Tari Sanghyang Dedari dipentaskan, saat kondisi padi masih bunting dengan harapan, agar hasil panen berlimpah,” katanya.
Usai kunjungan, rombongan kembali ke Jero Tumbuk, untuk istirahat, selanjutnya kembali ke Denpasar, pukul 17.00 Wita melalui jalur Desa/Kecamatan Sidemen, tembus Klungkung.7k16
1
Komentar