Pindapatta Awali Perayaan Detik-Detik Tri Suci Waisak di Vihara Asoka Arama Denpasar
DENPASAR, NusaBali.com - Umat Buddha merayakan detik-detik hari Tri Suci Waisak 2568 BE yang diawali dengan pelaksanaan Pindapatta menjelang fajar, Kamis (23/5/2024).
Pindapatta sudah menjadi tradisi yang dijaga dari zaman Buddha, seperti yang dilaksanakan di Vihara Asoka Arama, Jalan Nuansa Indah Selatan I Nomor 1B, Desa Pemecutan Kaja, Denpasar, Kamis pukul 06.15 WITA.
Bhikkhu membawa patta, semacam wadah berbentuk mangkok/setengah bola, berjalan melewati umat yang berdiri berbaris tanpa alas kaki. Umat yang dilewati langkah sang bhikkhu kemudian menyerahkan dana/berdana, seperti makanan dan minuman.
"Ini kami lakukan di lingkungan vihara saja bersama para umat sampai sekitar pukul 07.30 WITA," ujar Pengurus Vihara Asoka Arama, Eddy Ong, 56, ketika ditemui di vihara, Kamis pagi.
Menurut Bhikkhu Subhakaro Mahathera, bhikkhu di Vihara Asoka Arama, berdana merupakan salah satu cara menimbun kebajikan yang berujung pada Paramita. Paramita disebut harta sejati sebagaimana disebut dalam dharma sang Buddha.
Kata bhante yang akan memasuki vassa ke-25 ini, seseorang yang menimbun harta sejati akan memperoleh manfaat. Baik dalam proses kehidupan secara ekonomi maupun rohani yakni ketentraman, kedamaian, dan kebahagiaan pada kehidupan ini atau di kehidupan selanjutnya.
"Orang yang memiliki harta sejati akan berbahagia di dua alam. Alam manusia sekarang berbahagia dan setelah kematian dia berbahagia di alam surga," tutur Bhikkhu Subhakaro Mahathera ketika ditemui usai pelaksanaan Pindapatta.
Sementara itu, Kamis sore sekitar pukul 17.30 WITA, akan digelar perayaan detik-detik hari Tri Suci Waisak. Perayaan ini mengenang kelahiran, kecerahan, dan wafatnya sang Budha yang terjadi di bulan Waisak.
Kata Eddy Ong, perayaan Kamis sore ini akan diawali dengan Pradaksina yakni mengelilingi Dharmasala Vihara Asoka Arama searah jarum jam. Kemudian, dilanjutkan dengan kegiatan inti yakni melantunkan paritta-paritta suci.
"Beberapa hari hingga kemarin menjelang Trisuci Waisak ini, kami sudah melaksanakan Fangsen (disebut juga Fang Sheng, Fangshen) yaitu membebaskan satwa ke alam liar," imbuh Eddy Ong.
Vihara Asoka Arama sendiri merupakan vihara dengan aliran Theravada. Aliran ini mempertahankan kemurnian ajaran dharma sang Buddha tanpa campuran budaya dari luar tradisi Buddha. Namun, tidak mengkotakkan diri/anti terhadap kultur lingkungan di mana ajaran ini berada.
Vihara yang sudah berdiri selama 25 tahun di Denpasar ini setiap perayaan hari besar Buddha seperti Waisak, Asadha, Magha, dan Kathina biasanya didatangi oleh 300-an sampai 2.000-an umat dari seluruh Denpasar. Setidaknya, 300-an umat diprediksi hadir saat perayaan detik-detik Waisak, Kamis sore ini. *rat
Bhikkhu membawa patta, semacam wadah berbentuk mangkok/setengah bola, berjalan melewati umat yang berdiri berbaris tanpa alas kaki. Umat yang dilewati langkah sang bhikkhu kemudian menyerahkan dana/berdana, seperti makanan dan minuman.
"Ini kami lakukan di lingkungan vihara saja bersama para umat sampai sekitar pukul 07.30 WITA," ujar Pengurus Vihara Asoka Arama, Eddy Ong, 56, ketika ditemui di vihara, Kamis pagi.
Menurut Bhikkhu Subhakaro Mahathera, bhikkhu di Vihara Asoka Arama, berdana merupakan salah satu cara menimbun kebajikan yang berujung pada Paramita. Paramita disebut harta sejati sebagaimana disebut dalam dharma sang Buddha.
Kata bhante yang akan memasuki vassa ke-25 ini, seseorang yang menimbun harta sejati akan memperoleh manfaat. Baik dalam proses kehidupan secara ekonomi maupun rohani yakni ketentraman, kedamaian, dan kebahagiaan pada kehidupan ini atau di kehidupan selanjutnya.
"Orang yang memiliki harta sejati akan berbahagia di dua alam. Alam manusia sekarang berbahagia dan setelah kematian dia berbahagia di alam surga," tutur Bhikkhu Subhakaro Mahathera ketika ditemui usai pelaksanaan Pindapatta.
Sementara itu, Kamis sore sekitar pukul 17.30 WITA, akan digelar perayaan detik-detik hari Tri Suci Waisak. Perayaan ini mengenang kelahiran, kecerahan, dan wafatnya sang Budha yang terjadi di bulan Waisak.
Kata Eddy Ong, perayaan Kamis sore ini akan diawali dengan Pradaksina yakni mengelilingi Dharmasala Vihara Asoka Arama searah jarum jam. Kemudian, dilanjutkan dengan kegiatan inti yakni melantunkan paritta-paritta suci.
"Beberapa hari hingga kemarin menjelang Trisuci Waisak ini, kami sudah melaksanakan Fangsen (disebut juga Fang Sheng, Fangshen) yaitu membebaskan satwa ke alam liar," imbuh Eddy Ong.
Vihara Asoka Arama sendiri merupakan vihara dengan aliran Theravada. Aliran ini mempertahankan kemurnian ajaran dharma sang Buddha tanpa campuran budaya dari luar tradisi Buddha. Namun, tidak mengkotakkan diri/anti terhadap kultur lingkungan di mana ajaran ini berada.
Vihara yang sudah berdiri selama 25 tahun di Denpasar ini setiap perayaan hari besar Buddha seperti Waisak, Asadha, Magha, dan Kathina biasanya didatangi oleh 300-an sampai 2.000-an umat dari seluruh Denpasar. Setidaknya, 300-an umat diprediksi hadir saat perayaan detik-detik Waisak, Kamis sore ini. *rat
Komentar