Forum Komunikasi DAS Pakerisan Dorong Gerakan Tanam Bambu
Forum DAS Pakerisan
Dr Pande Ketut Diah Kencana
Gerakan Tanam Bambu
Daerah Aliran Sungai (DAS)
Warisan Budaya Dunia (WBD)
Pariwisata
World Water Forum
GIANYAR, NusaBali - Sejumlah akademisi, pemerhati lingkungan, dan praktisi subak menghimpun diri membentuk Forum Komunikasi Daerah Aliran Sungai (DAS) Pakerisan. Forum ini dirancang menjadi magnet penyelamatan konservasi air karena air adalah simbol kehidupan yang tidak bisa digantikan oleh apa pun. Forum ini mendorong gerakan menanam bambu di pinggir sungai sepanjang DAS Pakerisan yang melintasi 47 desa, sekitar 137 banjar dari hulunya di Batur.
Ketua Forum DAS Pakerisan, Dr Pande Ketut Diah Kencana mengatakan, predikat Warisan Budaya Dunia (WBD) DAS Pakerisan sudah didapatkan pada Tahun 2012. Namun hampir setelah 12 tahun, pengelolaan DAS Pakerisan belum tersentuh secara optimal. Forum ini diyakini akan menjadi magnet pengelolaan DAS Pakerisan yang bermanfaat untuk konservasi airn, subak, dan masyarakat sekitarnya. “Dengan pengelolaan yang baik, diharapkan subak akan berjalan utuh. Tidak seperti sekarang yang makin tergerus alih fungsi DAS untuk pariwisata. Forum ini terbentuk punya inisiatif bagaimana air dan subak tetap terjaga,” jelasnya didampingi Wakil Ketua I Ketut Sugata saat ditemui di Pantai Masceti, Kamis (23/5).
Forum mendorong pemerintah, stakeholder, dan masyarakat untuk bersama-sama melakukan gerakan penanaman bambu di sepanjang DAS. Bambu memiliki peran sebagai tanaman konservasi dan nilai ekonomi yang cukup tinggi. Saat ini kurang lebih ada 1.700 jenis bambu yang 10%-nya tumbuh di Indonesia. Bambu memiliki manfaat besar menahan terjadinya erosi di daerah aliran sungai, memiliki akar tunjang dan akar serabut yang menutupi tanah dan mampu mengikat agregat tanah sehingga dapat mencegah terjadinya erosi di pinggiran sungai. Penanaman bambu dapat dilakukan di kemiringan lereng pinggiran sungai antara 70 sampai 80 derajat dan sekali tanam untuk lebih dari 100 tahun.
Dr Diah juga menaruh harapan besar atas terlaksananya WWF (World Water Forum) di Bali, agar pemerintah lebih terbuka dan memahami begitu pentingnya mengembangkan tanaman bambu untuk menyangga ketersediaan air dalam tanah. Sekretaris Forum Ida Bagus Sukarya menambahkan, Forum Komunikasi DAS Pakerisan melibatkan sejumlah dewan pakar seperti Prof IGN Santosa, Prof I Ketut Suamba, Dr I Made Sarjana Sp MSc, Ida Bagus Mandhara Brasika SSi MSi, dr I Ketut Darma Putra, dan dr Ida Bagus Putra Prathama. Melibatkan para pemerhati lingkungan, relawan hingga praktisi di bidang pertanian dan kelembagaan masyarakat adat. 7 nvi
1
Komentar