Puluhan Layang-layang Ngewayang di Langit Mertasari
Sekitar 33 Layang-layang dalam bentuk pewayangan menghiasi langit Pantai Mertasari, Sanur, Denpasar, Sabtu (5/8).
DENPASAR, NusaBali
Puluhan wayang tersebut berasal dari berbagai daerah di Indonesia untuk mengikuti acara pagelaran kolosal wayang udara dalam acara Sanur International Kite Festival (SIKF) rangkaian dari Sanur Village Festival yang akan dibuka pada 9-13 Agustus mendatang. Kolosal wayang ini menceritakan tentang pewayangan Sutasoma melalui udara yang dikaitkan dengan konsep Bhineka Tunggal Ika dengan menghadirkan Burung Garuda di akhir cerita pewayangan tersebut.
Ketua Panitia SIKF, Kadek Dwi Armika,38, saat ditemui di sela-sela acara mengatakan, pagelaran ini pertama kalinya ada di Bali dan Indonesia tentunya untuk jenis layang-layang kolosal menggunakan cerita sekaligus bentuk pewayangan. Biasanya pewayangan dipentaskan di darat yang dilakonkan oleh dalang. Namun kali ini menurut Dwi, yang menjadi lakon adalah orang-orang yang mengendalikan layang-layang yang diterbangkan secara bersamaan.
Untuk menunggu pergantian peran disorot menggunakan lampu LED. "Ketika peran yang diceritakan dalang disebutkan, maka akan digerakan ke arah LED dan disorot," jelasnya. Dalam pagelaran itu juga selain menggunakan wayang dari beberapa daerah di Indonesia juga diiringi dengan balang dari berbagai bahasa baik bahasa Bali, Jawa, maupun Internasional seperti Jepang dan Prancis yang diiringi dengan sinden dan gamelan Semar Pegulingan.
Sejumlah daerah yang berpartisipasi, yakni Bali, Tulung Agung, Jakarta, Ponorogo, Magelang, Solo, Jawa Timur dan Jogja. Wisatawan dari berbagai negara dan penonton lokal terlihat sangat terhibur dan mengikuti cerita hingga akhir acara dari pukul 18.00 Wita hingga 20.00 Wita. *cr63
Ketua Panitia SIKF, Kadek Dwi Armika,38, saat ditemui di sela-sela acara mengatakan, pagelaran ini pertama kalinya ada di Bali dan Indonesia tentunya untuk jenis layang-layang kolosal menggunakan cerita sekaligus bentuk pewayangan. Biasanya pewayangan dipentaskan di darat yang dilakonkan oleh dalang. Namun kali ini menurut Dwi, yang menjadi lakon adalah orang-orang yang mengendalikan layang-layang yang diterbangkan secara bersamaan.
Untuk menunggu pergantian peran disorot menggunakan lampu LED. "Ketika peran yang diceritakan dalang disebutkan, maka akan digerakan ke arah LED dan disorot," jelasnya. Dalam pagelaran itu juga selain menggunakan wayang dari beberapa daerah di Indonesia juga diiringi dengan balang dari berbagai bahasa baik bahasa Bali, Jawa, maupun Internasional seperti Jepang dan Prancis yang diiringi dengan sinden dan gamelan Semar Pegulingan.
Sejumlah daerah yang berpartisipasi, yakni Bali, Tulung Agung, Jakarta, Ponorogo, Magelang, Solo, Jawa Timur dan Jogja. Wisatawan dari berbagai negara dan penonton lokal terlihat sangat terhibur dan mengikuti cerita hingga akhir acara dari pukul 18.00 Wita hingga 20.00 Wita. *cr63
1
Komentar