'Dibina' Guru, Orangtua Siswa Meradang
Seorang murid kelas IX C SMPN 2 Tembuku disuruh menghadap matahari, berjalan merangkak dengan tangan mengepal, karena kedapatan tidak serius menyanyikan lagu kebangsaan.
BANGLI, NusaBali
Hukuman yang dialami salah seorang siswa kelas IX C SMP Negeri 2 Tembuku, IKA, 14, sangat disayangkan oleh orangtuanya, I Made Subadri dan Ni Ketut Masardani. Mereka menilai, seorang guru semestinya tidak sampai memberikan sanksi fisik berlebih kepada muridnya.
Hal tersebut diungkapkan Ni Ketut Masardani dan I Made Subadri saat ditemui di rumahnya di Banjar Penarukan, Desa Peninjoan, Kecamatan Tembuku, Bangli, Minggu (6/8). Ni Masardani mengatakan anak ketiganya ini mendapat hukuman dari seorang oknum guru, pada Sabtu (5/8). Anaknya pulang dalam kondisi lemas dan dibantu oleh temannya. “Anak saya pulang dipapah temannya, wajah memerah. Sampai rumah langsung tidur,” ujarnya. Karena kondisinya lemas, akhirnya IKA langsung dibawa ke Puskesmas Metro, Kecamatan Tembuku.
Ni Masardani yang keseharian sebagai ibu rumah tangga mengaku awalnya tidak tahu kenapa anaknya pulang dalam kondisi lemas. Setelah ditanya, baru IKA menceritakan apa yang dialami di sekolah. IKA dan belasan teman laki-laki di kelas IX C mendapat hukuman dari seorang guru. Hukuman dijemur di halaman sekolah, selain itu mendapat tindakan fisik seperti merangkak dengan tangan mengepal.
“Sempat dicubit pipi, dan kakinya ditendang. Kami di rumah tidak pernah memperlakukan anak seperti itu, tapi ini malah gurunya yang begini,” ucap Ni Masardani sembari menangis.
Pihak keluarga sangat menyayangkan tindakan guru tersebut. “Bila siswa salah bisa dibina baik-baik, jangan sampai ada kekerasan. Baru saya tahu kalau anak saya diperlakukan seperti ini. Kakaknya dulu sekolah di tempat sama, pernah juga mengalami hal ini. Tapi dia baru cerita, siswa lain juga ada seperti ini. Tapi mungkin tidak berani menceritakan kepada orangtuanya,” jelasnya.
IKA menceritakan awal permasalahan yang menimpa dirinya. Seperti hari biasa setiap pagi siswa melakukan sembahyang bersama sekitar pukul 08.00 Wita. Seletah itu, seluruh siswa menyanyikan lagu-lagu kebangsaan. Pada saat menyanyi, ada siswa yang tidak serius bernyanyi. Kemudian salah seorang guru, KP, menanyakan siapa yang main-main saat bernyanyi, namun tidak ada yang mengaku.
“Tidak ada yang mengaku, jadi saya dan teman-teman laki-laki di kelas IX C yang dihukum. Kami disuruh menghadap matahari, pipi dijewer, dan disuruh merangkak. Saat berdiri tiba-tiba kaki ditendang, dan semua mendapat perlakuan sama,” tutur anak ketiga dari tiga bersaudara ini. IKA mengaku dari kelas VII sempat mendapat perlakuan serupa.
Dikonfirmasi terpisah Kepala SMP Negeri 2 Tembuku I Made Degdeg, menegaskan, bahwa guru di sekolah yang dipimpinnya tidak ada yang melakukan tindakan kekerasan. Guru KP hanya melakukan pembinaan pada siswa. Agar para siswa lebih disiplin. “Tidak ada kekerasan, itu hanya pembinaan guru pada para siswa,” ujarnya.
Pada saat kegiatan pagi siswa menyanyi dan para guru mendapati siswa tidak serius menyanyi. “Sesuai laporan guru mendapati siswa main-main saat menyanyi, apalagi itu lagu Indonesia Raya,” imbuhnya.
Terkait persoalan tersebut pihaknya akan membicara lebih lanjut dengan orangtua siswa, sehingga jelas duduk permasalahan dan penyelesaiannya. Selain itu Made Degdeg mengaku sudah memanggil guru yang bersangkutan. Pihaknya memastikan tidak ada tindakan kekerasan pada siswa yang dilakukan oleh guru. “Itu hanya pembinaan agar siswa kami lebih disiplin. Bila ada guru yang sampai berbuat seperti itu, tentu akan kami bina,” tegasnya. *e
Hal tersebut diungkapkan Ni Ketut Masardani dan I Made Subadri saat ditemui di rumahnya di Banjar Penarukan, Desa Peninjoan, Kecamatan Tembuku, Bangli, Minggu (6/8). Ni Masardani mengatakan anak ketiganya ini mendapat hukuman dari seorang oknum guru, pada Sabtu (5/8). Anaknya pulang dalam kondisi lemas dan dibantu oleh temannya. “Anak saya pulang dipapah temannya, wajah memerah. Sampai rumah langsung tidur,” ujarnya. Karena kondisinya lemas, akhirnya IKA langsung dibawa ke Puskesmas Metro, Kecamatan Tembuku.
Ni Masardani yang keseharian sebagai ibu rumah tangga mengaku awalnya tidak tahu kenapa anaknya pulang dalam kondisi lemas. Setelah ditanya, baru IKA menceritakan apa yang dialami di sekolah. IKA dan belasan teman laki-laki di kelas IX C mendapat hukuman dari seorang guru. Hukuman dijemur di halaman sekolah, selain itu mendapat tindakan fisik seperti merangkak dengan tangan mengepal.
“Sempat dicubit pipi, dan kakinya ditendang. Kami di rumah tidak pernah memperlakukan anak seperti itu, tapi ini malah gurunya yang begini,” ucap Ni Masardani sembari menangis.
Pihak keluarga sangat menyayangkan tindakan guru tersebut. “Bila siswa salah bisa dibina baik-baik, jangan sampai ada kekerasan. Baru saya tahu kalau anak saya diperlakukan seperti ini. Kakaknya dulu sekolah di tempat sama, pernah juga mengalami hal ini. Tapi dia baru cerita, siswa lain juga ada seperti ini. Tapi mungkin tidak berani menceritakan kepada orangtuanya,” jelasnya.
IKA menceritakan awal permasalahan yang menimpa dirinya. Seperti hari biasa setiap pagi siswa melakukan sembahyang bersama sekitar pukul 08.00 Wita. Seletah itu, seluruh siswa menyanyikan lagu-lagu kebangsaan. Pada saat menyanyi, ada siswa yang tidak serius bernyanyi. Kemudian salah seorang guru, KP, menanyakan siapa yang main-main saat bernyanyi, namun tidak ada yang mengaku.
“Tidak ada yang mengaku, jadi saya dan teman-teman laki-laki di kelas IX C yang dihukum. Kami disuruh menghadap matahari, pipi dijewer, dan disuruh merangkak. Saat berdiri tiba-tiba kaki ditendang, dan semua mendapat perlakuan sama,” tutur anak ketiga dari tiga bersaudara ini. IKA mengaku dari kelas VII sempat mendapat perlakuan serupa.
Dikonfirmasi terpisah Kepala SMP Negeri 2 Tembuku I Made Degdeg, menegaskan, bahwa guru di sekolah yang dipimpinnya tidak ada yang melakukan tindakan kekerasan. Guru KP hanya melakukan pembinaan pada siswa. Agar para siswa lebih disiplin. “Tidak ada kekerasan, itu hanya pembinaan guru pada para siswa,” ujarnya.
Pada saat kegiatan pagi siswa menyanyi dan para guru mendapati siswa tidak serius menyanyi. “Sesuai laporan guru mendapati siswa main-main saat menyanyi, apalagi itu lagu Indonesia Raya,” imbuhnya.
Terkait persoalan tersebut pihaknya akan membicara lebih lanjut dengan orangtua siswa, sehingga jelas duduk permasalahan dan penyelesaiannya. Selain itu Made Degdeg mengaku sudah memanggil guru yang bersangkutan. Pihaknya memastikan tidak ada tindakan kekerasan pada siswa yang dilakukan oleh guru. “Itu hanya pembinaan agar siswa kami lebih disiplin. Bila ada guru yang sampai berbuat seperti itu, tentu akan kami bina,” tegasnya. *e
1
Komentar