Susah Dapat Elpiji 3 Kilogram, Undersupply di Pangkalan?
DENPASAR, NusaBali.com - Warga Denpasar tampak lalu lalang membawa tabung gas Elpiji 3 kilogram kosong, Selasa (28/5/2023) siang. Mereka bahkan berburu 'gas melon' ini sampai lintas kecamatan dan keluar kota.Fenomena ini sudah terjadi saat H-1 Hari Raya Waisak, Kamis (23/5/2024) lalu.
Sejumlah toko/warung mengalami kekosongan. Bahkan hingga wilayah Batubulan, yang menjadi perbatasan Denpasar dan Gianyar mengalami kekosongan.
Ada apa? Elpiji atau liquified petroleum gas (LPG) ukuran 3 kilogram tampaknya kembali susah didapatkan warga kota atau warganet suka menyebutnya 'langka'. Hal ini kerap terjadi pasca libur panjang.
Lalu bagaimana dengan ketersediaan di pangkalan resmi?
NusaBali.com turun ke lapangan, Selasa siang, ke beberapa pangkalan resmi gas Elpiji 3 kilogram di Denpasar Utara, Denpasar Timur, Denpasar Selatan, dan satu warung eks pangkalan resmi di Denpasar Barat.
Hasilnya, suplai gas ke pangkalan resmi tidak mengalami hambatan berarti. Tujuh hari ke belakang, rata-rata pangkalan ini hanya tidak mendapat suplai pada Hari Tri Suci Waisak, Kamis (23/5/2024) dan hari Minggu (26/5/2024) lalu.
"Setiap hari kami dapat kiriman kecuali hari libur nasional dan hari Minggu. Cuti bersama Waisak lalu, kami tetap dapat kiriman," ujar Made Dicky Dwinanda Wiratama, 28, pemilik pangkalan di Jalan Ahmad Yani Utara Nomor 379, Denpasar Utara.
Hal senada diungkapkan pemilik dan pengawas pangkalan di SPBU Nomor 54.801.12, Jalan Ahmad Yani Utara; Pangkalan Toko Solas, Jalan Hayam Wuruk Nomor 109, Denpasar Timur; dan Pangkalan Pak Dodik, Jalan Tukad Badung VIII Nomor 10, Denpasar Selatan.
Keempat pangkalan ini mendapat jatah stok yang berbeda dari agen yang berbeda pula. Dicky dijatah 50 tabung per hari, SPBU 54.801.12 dijatah 15-20 tabung, Toko Solas sebanyak 100 tabung, dan Pak Dodik sejumlah 20 tabung per hari.
Seluruh stok di masing-masing pangkalan ini ludes dalam hitungan menit hingga jam. Namun, Senin siang, sebelum pangkalan menerima pasokan baru dan setelah pasokan baru itu habis terjual, masih ada saja warga yang datang membawa tabung kosong.
Made Edi, 58 (Toko Solas) dan Ni Made Muriatini, 56 (Pak Dodik) terpaksa mengecewakan konsumen. Kata Muria, ia sudah memulangkan konsumen yang datang silih berganti dalam hitungan menit.
"Tadi, saya bahkan menolak pembeli yang datang dari Kerobokan (Badung). Pasokannya sih memang lancar tapi barangnya tidak ada (suplai tidak cukup/undersupply)," ungkap Muria ketika ditemui di Toko Pak Dodik, Selasa siang.
"Yang datang bukan langganan saya saja. Orang dari kecamatan lain sama dari desa lain di Dentim (Denpasar Timur) juga ke sini," tutur Made Edi yang sedang menunggu langganannya mengambil stok gas sebelum nantinya menutup Toko Solas.
Pangkalan resmi memang menjadi tujuan utama warga untuk membeli gas bersubsidi ini. Sebab, sesuai Peraturan Gubernur Bali Nomor 63 Tahun 2022, harga eceran tertinggi gas melon ini adalah Rp 18.000. Ini wajib diterapkan di seluruh pangkalan resmi.
Sedangkan, agen gas Elpiji 3 kilogram sudah tidak melayani warung/toko yang tidak berstatus pangkalan resmi. Di samping itu, pangkalan juga membatasi jumlah pembelian per orang dan bahkan menihilkan penjualan ke pengecer.
Sementara itu, I Wayan Wiyasa Sarjana, 58, pemilik warung di Jalan Tukad Irawadi, Denpasar Barat mengaku sudah dua bulan tidak memasak pakai gas Elpiji 3 kilogram. Dulunya warung Wiyasa adalah pangkalan namun berhenti. Kini hanya terpajang puluhan tabung kosong di tokonya.
"Sudah dua bulan ini tidak dapat gas, tidak masak juga. Jadi, beli makanan setiap hari," beber Wiyasa ketika ditemui di warungnya, Selasa siang.
Para pemilik pangkalan ini berharap, pemerintah dapat menyusun sistem distribusi gas bersubsidi yang lebih baik. Di samping itu, mereka juga berharap pasokan jelang libur panjang dapat ditambah sehingga tidak undersupply ketika libur panjang usai.
"Kamis (Waisak) tanggal merah, terus Jumat, Sabtu itu orang (konsumen) mulai banyak. Minggu libur, terus Senin itu mereka bahkan sudah berjaga di sini sebelum pasokan datang," ungkap Made Edi. *rat
Komentar