Generasi Muda Perlu Dorong Pemahaman Bahasa Bali
Generasi Muda
Perlu Dorong Pemahaman Bahasa Bali
Ida Bagus Wayan Widiasa Keniten
Badan Pusat Statistik Provinsi Bali
DENPASAR, NusaBali - Menurut data Badan Pusat Statistik Provinsi Bali yang dirilis pada 2023, persentase penduduk Bali yang menggunakan bahasa daerah di keluarga dan di lingkungan tetangga menunjukkan tren penurunan dari Generasi Pre Boomer ke Generasi Post Gen Z. Hal ini menandakan pentingnya upaya pemulihan bahasa daerah di tengah arus globalisasi.
Penggunaan Bahasa Bali oleh Generasi Z Bali masih berada di bawah Provinsi Jawa Timur dan Nusa Tenggara Barat (NTB), baik di lingkungan keluarga maupun di lingkungan tetangga atau kerabat. Faktor-faktor seperti pernikahan campuran, pergaulan dengan tamu asing, dan munculnya sekolah bertaraf internasional tanpa pelajaran Bahasa Bali menjadi penyebab utama penurunan ini.
“Penting bagi generasi muda untuk memahami penggunaan bahasa Bali dan bersentuhan langsung dengan kesantunan berbahasa, yang merupakan ciri khas budaya Bali yang harus dijaga, untuk mengatasi perubahan perilaku masyarakat terhadap bahasa Bali yang sedikit demi sedikit memudar,” ujar Pengawas Sekolah Dinas Pendidikan, Kepemudaan, dan Olahraga Provinsi Bali, Ida Bagus Wayan Widiasa Keniten, saat ditemui di acara Diseminasi Buku Pedoman Penyuntingan Naskah Cerita Anak, Selasa (28/5) pagi.
Widiasa Keniten yang juga sebagai pengarang cerita sastra dan aksara Bali dengan karya-karyanya seperti cerpen, puisi, esai, maupun resensi buku yang nyaris setiap minggu menghiasi halaman sastra dan budaya di berbagai surat kabar edisi minggu di Bali, menegaskan pentingnya pemahaman dan penggunaan Bahasa Bali, serta menekankan peran orang tua dalam memelihara bahasa ibu. “Kedudukan bahasa Bali di masyarakat saya pikir perlu perhatian, mungkin bisa kita katakan memprihatinkan karena harus jujur mengakui ada perubahan pemandangan orang terhadap bahasa Bali, dan itu menjadi tantangan,” jelas sastrawan asal Karangasem ini.
Karya tulisannya tersebut dijelaskannya sebagai salah satu upaya dalam menjaga eksistensi bahasa Bali. Widiasa Keniten juga menyoroti pentingnya dukungan dari semua pihak, bukan hanya guru di sekolah dalam melestarikan bahasa Bali. Meskipun tantangan dalam menjaga bahasa Bali di masyarakat semakin meningkat, dia optimis bahwa dengan strategi yang tepat, seperti peraturan gubernur yang berkaitan dengan bahasa Bali dan adanya lomba-lomba berbahasa Bali, generasi muda akan semakin mencintai dan menghargai bahasa ibu mereka.
Selain itu, Tu Aji Keniten juga menyadari bahwa dalam era globalisasi ini, penting bagi generasi muda untuk menguasai bahasa asing agar dapat bersaing di pasar kerja internasional. Namun demikian, dia menekankan bahwa menjaga budaya dan bahasa daerah tetap penting, dan bahwa keseimbangan antara memelihara budaya dan beradaptasi dengan perkembangan zaman harus dijaga.
“Tentu itu kita harus mengakui peluang masa depan dengan bisa berbahasa asing itu lebih tinggi. Tetapi, bukan berarti mahir berbahasa Bali itu tidak ada peluangnya, hanya saja peluang kita mengelola, mengkreativitaskannya bahasa Bali sebenarnya ada, tetapi prosesnya mungkin perlu agak panjang agar bisa berhasil. Generasi muda harus tetap eksis menggunakan bahasa Bali jangan jauh-jauh dari keluarga saja dulu,” pungkasnya.
Dalam hal pendidikan dia menyarankan agar penggunaan bahasa Bali tetap diterapkan di lingkungan keluarga, sementara di lingkungan pendidikan formal, bahasa Indonesia dapat diprioritaskan untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan anak-anak saat ini. Dengan demikian, diharapkan bahwa generasi muda Bali akan tetap eksis dalam menggunakan bahasa Bali, sekaligus mampu beradaptasi dengan dinamika zaman yang terus berkembang. 7 cr79
1
Komentar