nusabali

Diharap Bisa Dongkrak Tingkat Literasi Anak-anak

Kemendikbudristek Terbitkan Buku Pedoman Penyuntingan Naskah Cerita Anak

  • www.nusabali.com-diharap-bisa-dongkrak-tingkat-literasi-anak-anak

Pedoman Penyuntingan Naskah Cerita Anak tujuan utamanya adalah agar cerita anak menjadi lebih mudah dimengerti oleh pembaca anak-anak, dengan bahasa yang jelas dan kalimat yang tidak terlalu rumit.

DENPASAR, NusaBali - Dalam upaya meningkatkan keterbacaan dan kualitas naskah cerita anak, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) telah menerbitkan Buku Pedoman Penyuntingan Naskah Cerita Anak. Peluncuran pedoman ini digelar dalam acara Diseminasi Bahan Penyuluhan di Denpasar Utara, Selasa (28/5) pagi.

Acara tersebut dihadiri oleh tiga narasumber utama, Ida Bagus Wayan Widiasa Keniten yang mewakili Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Provinsi Bali, serta Riza Sukma dan Ersa Nelvi dari Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbudristek. Acara ini dihadiri oleh 100 peserta yang terdiri atas penulis dan penyunting naskah cerita anak, penerbit, pendongeng, pegiat literasi, mahasiswa, guru, dosen, hingga insan media massa. Kegiatan ini merupakan bagian dari rangkaian diseminasi yang dilaksanakan di empat wilayah yaitu Bali, Lampung, Jakarta, dan Ambon. 

Kepala Balai Bahasa Provinsi Bali Valentina Lovina Tanate, menekankan pentingnya cerita anak dalam mengembangkan imajinasi dan memberikan nilai edukatif bagi anak-anak. “Cerita anak yang baik tidak hanya menghibur, tetapi juga memberikan nilai-nilai positif dan edukatif. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memiliki naskah cerita anak yang berkualitas,” ujar Valentina.

Pedoman Penyuntingan Naskah Cerita Anak ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi penulis, editor, dan penerbit dalam menghasilkan naskah cerita anak yang berkualitas. Valentina berharap pedoman ini bisa disebarluaskan dan bermanfaat bagi pengembangan literasi anak di Indonesia.

Ketua Tim Kelompok Kepakaran Layanan Profesional (KKLP) Pembinaan dan Bahasa Hukum Eko Marini menjelaskan bahwa kegiatan ini merupakan salah satu bentuk upaya pembinaan terhadap penutur bahasa. “Pedoman ini diharapkan bisa menjadi panduan dasar dalam penyuntingan naskah cerita anak, baik bagi internal Badan Bahasa maupun masyarakat luas,” katanya.

Pada kesempatan ini, Riza Sukma memaparkan bahwa pedoman ini dirancang untuk memudahkan para penyunting dalam bekerja. “Pedoman ini memberikan panduan tentang aspek-aspek kebahasaan penting dalam menyunting cerita anak, seperti pemilihan kata yang sesuai dengan usia pembaca dan struktur kalimat yang sederhana agar mudah dipahami,” ucap Riza Sukma saat ditemui selesai acara, Selasa kemarin. 

Penulis harus memahami usia sasaran pembaca, karena pemilihan kata dan penyusunan kalimat akan berbeda untuk anak usia dini seperti 0-6 tahun, dibandingkan dengan anak usia sekolah dasar atau menengah pertama. Pedoman Penyuntingan Naskah Cerita Anak telah mengakomodasi berbagai aspek tersebut, memudahkan para penyunting dalam menyesuaikan aturan yang sesuai dengan kebutuhan penyuntingan cerita anak. Tujuan utamanya adalah agar cerita anak menjadi lebih mudah dimengerti oleh pembaca anak-anak, dengan bahasa yang jelas dan kalimat yang tidak terlalu rumit.

Selain itu, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa juga telah menyediakan berbagai bahan rujukan kebahasaan dan kesastraan, termasuk ejaan bahasa Indonesia, tata bahasa baku, pedoman pembentukan istilah, glosarium, kamus besar bahasa Indonesia, dan seri penyuluhan bahasa. Mereka juga menyusun dan menerbitkan buku-buku cerita anak untuk menunjang penguatan literasi bagi anak-anak di seluruh Indonesia.

Badan Bahasa mengakui bahwa literasi di Indonesia masih menjadi tantangan serius. Dalam kategori literasi dunia, Indonesia menempati peringkat bawah, posisi 70 dari 80 negara yang berpartisipasi dalam uji literasi. Untuk mengatasi hal ini, diperlukan proyek perubahan yang bertahap namun berkelanjutan. Tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan motivasi membaca di kalangan anak-anak. “Ketika motivasi sudah muncul, diharapkan mereka akan tertarik untuk membaca lebih banyak lagi,” imbuh Riza Sukma.

Program ini fokus pada daerah yang memiliki akses pendidikan dan fasilitas yang kurang. Badan Bahasa memberikan dukungan dan bantuan kepada daerah-daerah pelosok. Mereka juga melatih instruktur penggerak literasi di daerah tersebut, agar buku-buku yang disediakan dapat dimanfaatkan secara optimal. Baik itu di rumah baca maupun di pojok-pojok sekolah. Meningkatkan literasi memang memerlukan kolaborasi antara pemerintah, pemangku kepentingan, dan masyarakat.

“Kolaborasi ini diharapkan dapat menjadi sinergi yang baik untuk meningkatkan literasi. Harapan kami, program ini dapat membantu meningkatkan tingkat literasi anak-anak di Indonesia, meskipun secara bertahap. Dan meskipun belum dapat diprediksi kapan Indonesia akan masuk dalam peringkat 10 besar dalam literasi dunia, upaya yang dilakukan saat ini merupakan langkah awal yang penting untuk mencapai tujuan tersebut,” ujar Riza Sukma. 7 cr79

Komentar