nusabali

Dua Buku Kumpulan Puisi Sastrawan Buleleng Dibedah

  • www.nusabali.com-dua-buku-kumpulan-puisi-sastrawan-buleleng-dibedah

Dua buku kumpulan puisi karya Wulan Dewi Saraswati dan Kadek Sonia Piscayanti yang merupakan sastrawan Buleleng dibedah pada Minggu (6/8) kemarin di rumah Belajar Komunitas Mahima.

SINGARAJA, NusaBali

Dalam diskusi bedah buku yang pertama membahas buku kumpulan puisi karya Wulan Dewi Saraswati yang berjudul ‘Seribu Pagi Secangkir Cinta.’ Dari 94 halaman, Wulan Dewi menuangkan 68 judul puisi yang terbagi menjadi tiga bab, mengusung tema perjalanan dan juga percintaan.

Sedangkan diskusi berikutnya mengupas buku kumpulan puisi berbahasa Inggris karya Kadek Sonia Piscayanti yang berjudul ‘Burning Hair.’ Dalam buku setebal 62 halaman tersebut Sonia mencetuskan 34 judul puisi.

Diskusi bedah buku tersebut dilakukan langsung oleh Kepala Balai Bahasa Bali, Wayan Tama, dengan menggandeng sastrawan Made Adnyana Ole dan dimoderatori oleh Wayan Artika yang merupakan salah seorang dosen di Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) Undikhsa Singaraja.

Selain mengupas isi buku secara tuntas, diskusi tersebut juga memberikan jalan bagaimana generasi muda dapat menghasilkan sebuah karya sastra. Bahkan menurut Adnyana Ole dalam bedah buku tersebut karya sastra dalam bentuk puisi memiliki peluang imajinasi yang sangat luas. Tidak hanya soal percintaan yang menjadi inspirasi liar, namun juga puisi dapat dihasilkan dari bidang lainnya, seperti sosial, politik, ekonomi.

“Tidak harus menunggu sakit hati atau mengalami peristiwa yang dahsyat dulu, penyair itu dapat menghasilkan puisi. Hal-hal kecil di sekelilingnya pun dapat menjadi sebuah inspirasi yang dapat menghasilkan karya,” ungkap dia.

Sementara itu Kepala Balai Bahasa Bali, I Wayan Tama mengungkapkan, proses bedah buku dalam Forum Diskusi Sastra, diharapkan menumbuhkan gairah literasi di masyarakat. Balai Bahasa terus berupaya memberdayakan masyarakat yang tergabung dalam komunitas-komunitas sastra, apalagi gairah berkarya di sejumlah daerah kini makin tumbuh.

Bahkan tahun ini, Balai Bahasa Bali juga menyiapkan anggaran khusus untuk membuat tujuh buah buku. Dua buku di antaranya untuk penunjang bahan ajar. Sementara lima buku lainnya untuk karya sastra, baik itu yang berbentuk antologi puisi, novel, maupun kumpulan cerpen. “Kami gandeng komunitas yang dan berdayakan mereka untuk meningkatkan gerakan literasi,” kata Tama. *k23

Komentar