Meretas Visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali, Menuju Bali Mandiri Energi Bersih
Nangun Sat Kerthi Loka Bali
Bali Mandiri
Energi Bersih
Bali Era Baru
Energi Baru Terbarukan (EBT)
PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya)
Bali harus mampu mandiri energi untuk memenuhi kebutuhan domestik dan industri pariwisata. Selain itu, penyediaan energi harus dilakukan dengan energi bersih guna menjaga kelestarian alam Bali, sehingga tercipta kehidupan masyarakat yang sehat dan berkualitas, sebagai implementasi dari visi "Nangun Sat Kerthi Loka Bali" melalui Pola Pembangunan Semesta Berencana menuju Bali Era Baru.
Semua hal tadi, sudah dituangkan dalam dokumen naskah akademik yang diserahkan kepada Pemprov Bali yang langsung diterima Pak Koster. Di dokumen tersebut dituangkan dalam hasil kajian yang dapat dijadikan referensi bagi Pemprov Bali dalam menyusun rencana pembangunan di masa depan yang bersifat lebih ramah lingkungan.
Sektor energi termasuk sektor penghasil emisi gas rumah kaca (GRK) terbesar di Indonesia, terutama di subsektor pembangkit listrik. Melalui perencanaan pembangunan pembangkit listrik dengan porsi energi terbarukan yang semakin tinggi dalam bauran energi, niscaya tujuan mencapai energi bersih dan penurunan emisi GRK akan dapat dicapai.
Nusa Penida Primadona
Merujuk data tahun 2021, tercatat penjualan listrik Bali tertinggi di sektor bisnis dan rumah tangga mencapai 88% dari total penjualan listrik 4,7 terawatt-hour (TWh). Kebutuhan listrik Bali saat ini dipenuhi dari pembangkit listrik off-grid, independent power producer (IPP) yang terhubung dengan jaringan Jawa-Madura-Bali (Jamali), dan pasokan listrik jaringan Jamali yang diperoleh dari Jawa melalui kabel bawah laut (sub-sea cable).
Sejak dideklarasikan pada Agustus 2023, Pemerintah Provinsi Bali menyusun dan melaksanakan strategi untuk mengejar target Bali menuju Net Zero Emission (NZE) pada 2045 serta mewujudkan Nusa Penida dengan 100 persen energi terbarukan pada 2030.
Bersama dengan mitra non-pemerintah yang tergabung dalam Koalisi Bali Emisi Nol Bersih (Institute for Essential Services Reform (IESR), WRI Indonesia, New Energy Nexus Indonesia, dan CAST Foundation), berbagai kegiatan untuk mendukung Bali NZE 2045 telah dilakukan hingga saat ini, termasuk penyusunan peta jalan Bali NZE 2045 dan kampanye publik Sustainable Energy Bali pada November 2023 lalu.
Dalam penyusunan peta jalan Bali NZE 2045, Institute for Essential Services Reform (IESR) melakukan analisis Nusa Penida 100% energi terbarukan 2030 – yaitu menjadikan Nusa Penida sebagai pulau berbasis energi terbarukan. ‘"Nusa Penida menjadi primadona, selain geliat sektor pariwisatanya," ucap Pak Koster.
Menurutnya, setidaknya terdapat tiga alasan pokok yang menyebabkan Nusa Penida dipilih sebagai pulau dengan 100 persen energi terbarukan, yaitu ketersediaan potensi energi terbarukan yang melimpah, letak geografis yang terpisah dari Bali daratan dan potensi ekonomi dari pengembangan pariwisata hijau (green tourism).
Fabby Tumiwa, Direktur Eksekutif IESR mengungkapkan peluang besar Nusa Penida untuk menjadi pulau percontohan berbasis energi terbarukan, bahkan memasok kebutuhan energi di Pulau Bali. Tidak hanya itu, pemanfaatan energi terbarukan akan menjadikan magnet yang menarik lebih banyak pengunjung ke Nusa Penida dan berdampak pada peningkatan ekonomi daerah.
Hasil pemodelan IESR menunjukkan untuk mencapai 100 persen energi terbarukan di Nusa Penida pada tahun 2030, sumber energi dominan yang menjadi tumpuan adalah PLTS, dikarenakan teknologi yang semakin murah dan sumber yang melimpah.
Alvin Putra Sisdwinugraha, Analis Sistem Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan IESR, mengungkapkan, bahwa sistem ketenagalistrikan Nusa Penida 100 persen energi terbarukan secara teknis memungkinkan dan mampu mencapai biaya pembangkitan yang lebih rendah dibandingkan dengan menggunakan pembangkit diesel.
Saat ini, peta jalan sedang dalam tahap finalisasi setelah mendapatkan masukan dari berbagai pemangku kepentingan (stakeholder). "Tahap pertama dalam mencapai 100% energi terbarukan di tahun 2030 adalah mencapai diesel daytime-off system, yang memaksimalkan pemanfaatan sistem PLTS dan BESS di siang hari," jelas Alvin.
"Secara bersamaan perlu juga didorong untuk kajian lebih lanjut terkait sumber energi lainnya, seperti produksi biomassa, biodiesel, arus laut dan bayu. Sehingga potensi-potensi tersebut bisa dimanfaatkan untuk mencapai pengakhiran penggunaan diesel (diesel phase-out) di 2030." tutup Alvin.
Jika semua mimpi besar Pak Koster ini terwujud, maka yang menikmati adalah anak cucu krama Bali dan sebagai pemangku kepetingan di masa itu adalah GEN-Z Penerus Masa Depan Bali yang hari ini mereka berumur di atas 20. Semoga!
Penulis adalah Akademisi /mantan wartawan
Komentar