nusabali

Ritual Mageret Pandan di Tenganan Pagringsingan

  • www.nusabali.com-ritual-mageret-pandan-di-tenganan-pagringsingan

AMLAPURA, NusaBali - Ritual mageret pandan atau makare-kare atau perang pandan kembali di laksanakan krama mengawali prosesi Usaba Sambah di depan Bale Patemu Kaja, Desa Adat Tenganan Pagringsingan, Desa Tenganan, Kecamatan Manggis, Karangasem pada Buda Pon Bala, Rabu (5/6) pukul 13.00 Wita.

Mageret pandan merupakan atraksi latihan perang. Untuk diketahu, krama Desa Adat Tenganan Pagringsingan penganut Sekta Dewa Indra yang identik dengan dewa perang. Agar latihan perang itu bisa lestari, dan rutin dilaksanakan maka dirangkaian dengan Usaba Sambah. Mageret pandan dilaksanakan dua kali. Hari pertama di depan Bale Patemu Kaja, halaman tanpa panggung. Hari kedua, di atas panggung depan Bale Patemu Kelod, Wraspati Wage Bala, Kamis (6/6). Atraksi itu dilaksanakan setiap setahun sekali pada Sasih Kalima, menurut kalender Desa Adat Tenganan Pagringsingan.

Sebelum mageret pandan, para daha (wanita muda) nuur Ida Bhatara ke Banjar Bukit Kangin pukul 06.00 Wita, sekembali dari nuur Ida Bhatara dan setiba di depan Bale Patemu Kaja para daa melakukan atraksi mayunan, berlanjut krama Desa Adat Tenganan Pagringsingan menggelar adu ayam sebanyak 3 pasang, setelah itu, barulah memulai mageret pandan, di bawah koordinasi  6 Bendesa Adat Tenganan Pagringsingan, yakni Jro Mangku Gede Wiradnyana, I Putu Suarjana,  I Kadek Suadnyana, I Komang Arnawa, I Putu Yudiana dan I Ketut Jaya. 

Foto: Krama daha hadir di acara mageret pandan di Desa Adat Tenganan Pagringsingan, Kecamatan Manggis, Karangasem, Rabu (5/6). -NANTRA

Lima orang menabuh selonding sacral untuk mengiringi atraksi mageret pandan masing-masing I Putu Suryawan, I Ketut Sudiarsana, Putu Rio Wedayana, I Wayan Mudana dan Putu Agra. Di awal atraksi, bendesa adat menghadirkan sepasang remaja bersenjata pandan berduri  dan masing-masing pegang tameng sebagai alat penangkis. Perang sepasang remaja berkecamuk, dengan iringan tabuh selonding.

Ketentuan selama mageret pandan peserta hanya boleh menyerang bagian dada dan punggung, sehingga setiap peserta usai mageret pandan, bagian punggung dan dada rata-rata mengucurkan darah segar kena gores duri pandan. "Prajuru Desa Adat Pagringsingan telah menyediakan obat, untuk mengatasi luka-luka itu, berupa ramuan yang merupakan campuran isen, kunyit, lengkuas dan cuka. Hanya dalam tiga hari, lukanya bisa sembuh dan kembali sehat. Hanya saja saat diobati rasanya sangat perih," kata salah satu Bendesa Adat Tenganan Pagringsingan I Putu Suarjana.

Puluhan fotografer yang hadir bukan saja menyaksikan mageret pandan sebagai sasaran lensanya, juga sederet krama daa dengan pakaian adat Desa Adat Tenganan Pagringsingan jadi incaran fotografer, karena terlihat unik.7k16

Komentar