Getasan, Satu-satunya Desa Adat di Petang dengan Sasuhunan Barong Landung
Duta Ngelawang Pesta Kesenian Bali XLVI Kabupaten Badung
Keunikan lain dari parade ngelawang yang akan ditampilkan duta Kabupaten Badung di PKB XLVI nanti adalah adanya Tari Rejang Solah Pamendak.
MANGUPURA, NusaBali - Desa Adat Getasan adalah satu-satunya yang memiliki sasuhunan berupa barong landung di Kecamatan Petang, Kabupaten Badung. Keunikan ini menjadikan Getasan sangat representatif mewakili Badung di parade ngelawang Pesta Kesenian Bali (PKB) XLVI 2024.
Pura Puseh Desa Adat Getasan yang berlokasi di Banjar Adat Ubud merupakan stana dari sasuhunan berupa barong landung yang berwujud Raja Sri Jayapangus dan Permaisuri Kang Cing Wi. Krama setempat menyebutnya Ida Ratu Gede Lanang lan Istri.
“HUT Mangupura pada 2023 lalu, kami mengikuti lomba film dokumenter yang mengangkat kisah sasuhunan kami di sini. Setelah Dinas Kebudayaan mengetahui keunikan ini, kami ditunjuk mewakili parade ngelawang di PKB tahun ini,” ujar Koordinator Panitia Duta Ngelawang I Kadek Nova Prema Diana, 20, Sabtu (8/6/2024).
Ditemui di jaba sisi Pura Puseh Desa Adat Getasan, Sabtu siang, Kelian Banjar Adat Ubud Wayan Suardika, 58, membenarkan bahwa sasuhunan barong landung di Kecamatan Petang hanya ada di Banjar Ubud. Setiap Hari Raya Kuningan, Ida Ratu Gede akan napaksiti (ngelawang) ke seluruh wilayah Getasan.
“Ida tedun (turun) untuk napaksiti setiap Hari Raya Kuningan dan ngarebeg (menolak bala) sekitar Sasih Kapitu (bulan ketujuh Kalender Bali) bersama sasuhunan dari pura lain di Desa Adat Getasan,” ungkap Suardika.
Tradisi yang sudah ada ini diangkat ke seni pertunjukan yakni parade ngelawang di PKB. Ngelawang non sakral atau bersifat parade, kebanyakan menggunakan barong bangkal (berwujud babi hitam). Aktivitas ngelawang ini dilakukan yowana (generasi muda) dan kerap ditemukan antara Hari Raya Galungan – Kuningan.
Namun, parade ngelawang yang akan ditampilkan Desa Adat Getasan ini menggunakan barong landung. Hal ini menyesuaikan keberadaan sasuhunan Ida Ratu Gede dan merupakan tradisi yang sudah berjalan dari tahun 1969. Tahun di mana sasuhunan berwujud barong landung ini bermula di Getasan.
Pamangku Pura Puseh Desa Adat Getasan Jero Mangku I Made Pasek Suarmita, 39, menuturkan, awal mula keberadaan sasuhunan Ida Ratu Gede di Getasan adalah karena petunjuk alam. Ketika itu, Pura Puseh Getasan sama sekali tidak memiliki sasuhunan berupa barong, bahkan warisan prarai (topeng/wajah) sasuhunan pun tidak ada.
Akan tetapi, spirit berwujud barong landung ini kerap muncul di areal Pura Puseh Getasan, menampakkan diri kepada pamangku dan warga. Melihat fenomena ini, tetua Banjar Ubud, Getasan kala itu lantas mabaas pipis (berkonsultasi) secara niskala.
“Atas petunjuk niskala dan juga Ida Sulinggih, para tetua kami kala itu sepakat nangiang (mendirikan) sasuhunan berwujud barong landung ini,” tutur Jero Mangku Pasek ketika ditemui di jaba sisi Pura PusehGetasan, Sabtu siang.
Serupa dengan prosesi napaksiti yang sakral di Getasan, pakemnya sedikit banyak akan diterjemahkan ke dalam bentuk parade ngelawang. Keunikan lain dari parade ngelawang yang ditampilkan duta Badung ini nanti adalah adanya Tari Rejang Solah Pamendak.
Kata koordinator panita, Prema, Solah Pamendak ini ditarikan mendahului sebelum Ida Ratu Gede tedun napaksiti. Fungsinya untuk ritual mamendak (menjemput) sasuhunan agar tedun. Tari ini baru digubah tahun ini dan akan disakralkan. Namun, sebelum sakralisasi, tari ini akan ditampilkan di PKB sebagai bagian dari parade ngelawang.
“Kami akan tampil di Kalangan Ayodya, 9 Juli nanti dengan total durasi 90 menit. Sementara ini, secara umum, parade ngelawang akan dimulai dengan pawai dari jalan menuju Kalangan Ayodya (layaknya napaksiti), kemudian tampil Solah Pamendak, baru kemudian barong landung ditarikan,” imbuh Prema.
Total 44 seniman akan terlibat di parade ngelawang ini. Sebanyak 15 orang di antaranya sebagai penabuh kaklentangan, delapan penari, lima gerong, empat orang pamundut barong landung, dua dalang, dan sepuluh orang pembawa lalontekan (panji-panji pura).
Kata Jero Mangku Suarmita, setiap desa mungkin memiliki kekhasan drama ngelawang barong landung. Namun di Getasan, ketika Ida Ratu Gede napaksiti, krama biasanya menunggu babanyolan yang mengocok perut tetapi tersirat pesan dan filosofi sastra agama di dalamnya.
Kekhasan yang sudah hidup di masyarakat ini juga akan diterjemahkan ke dalam parade ngelawang untuk PKB XLVI 2024. Duta Badung untuk parade ngelawang ini masih punya waktu satu bulan untuk mempersiapkan diri agar bisa tampil lebih matang. 7 ol1
Komentar