Penggunaan Blau untuk Obati Gondongan, Mitos atau Fakta
PADA zaman dulu beredar mitos di masyarakat jika ada anak menderita penyakit gondongan (mumps) bisa diobati dengan blau atau sabun untuk mencuci baju. Hal itu diluruskan oleh dokter spesialis anak lulusan Universitas Gadjah Mada dr Fitria Mahrunnisa SpA.
“Hanya mitos. Pemakaian blau tidak bisa mengurangi bengkak gondongan atau menyembuhkan mumps,” kata Fitria melalui pesan singkat yang diterima Antara, Selasa (4/6/2024).
Fitria mengatakan kemungkinan pada zaman dulu penggunaan blau pada anak yang gondongan adalah untuk mendapat efek seperti kompres dingin untuk memberikan rasa nyaman dari nyeri gondongan.
Gondongan atau mumps adalah penyakit yang menyerang kelenjar air liur yang disebabkan oleh infeksi virus Paramyxovirus. Penyakit ini tidak memiliki pengobatan khusus karena akan sembuh dengan sendirinya (self limiting disease).
Sehingga pengobatan yang tepat adalah meringankan gejala serta mencegah risiko komplikasi dengan terapi obat demam serta memberi analgetik atau parasetamol untuk mengurangi nyeri dan demam pada anak.
“Anak juga perlu istirahat yang cukup, konsumsi air putih yang cukup, serta mengonsumsi makanan yang lunak dan mengandung banyak air seperti sup, buah, kentang tumbuk, bubur agar mudah dikunyah,” katanya.
Fitri juga menyarankan untuk hindari konsumsi makanan yang merangsang air liur seperti makanan pedas dan asam. Gondongan juga dapat dikompres air dingin sekitar 10-20 menit pada area yang bengkak untuk mengurangi nyeri.
Karena sifatnya yang dapat sembuh sendiri dengan daya tahan tubuh, gondongan jarang menimbulkan komplikasi terutama jika sudah vaksinasi. Namun dalam beberapa kasus, gondongan bisa menyebabkan keparahan seperti orchitis atau peradangan pada testis sekitar 20-50 persen pada laki-laki post pubertas, peradangan pada jaringan otak 15 persen kasus, radang pada pankreas 2-5 persen, dan ketulian dapat terjadi pada satu banding 20.000 kasus.
Pencegahan terbaik adalah melakukan imunisasi gondongan yang dapat diberikan sejak usia 12 bulan bersamaan dengan vaksin campak dan rubella. Imunisasi bertujuan mengurangi komplikasi dan sakit lebih berat.
“Selain itu pencegahan yang dapat dilakukan adalah meningkatkan imunitas tubuh dengan makan makanan bergizi, menjaga higienitas dengan mencuci tangan, dan menghindari kontak dengan anak sakit serta istirahat yang cukup,” tutur Fitria.
Sementara dokter spesialis penyakit dalam konsultan endokrin metabolik dan diabetes dari RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo Jakarta Wismandari Wisnu, menjelaskan bahwa sakit gondok beda dengan gondongan.
Gondongan atau parotitis terjadi ketika kelenjar parotis, kelenjar yang memproduksi air liur, terinfeksi virus sehingga mengalami peradangan dan menimbulkan pembengkakan pada bagian pipi dan rahang.
Sedangkan sakit gondok, menurut penjelasan dokter Wismandari, terjadi karena pembengkakan kelenjar tiroid, kelenjar yang memproduksi hormon-hormon untuk keperluan metabolisme.
Dia mengatakan bahwa kelenjar tiroid ada di bagian depan leher dengan dua lobus di sebelah kanan dan kiri tenggorokan.
Menurut dokter Wismandari, pembengkakan kelenjar tiroid atau sakit gondok bisa terjadi karena infeksi bakteri, penyakit autoimun, atau terapi radiasi.
“Sakit tiroid atau gondok itu biasanya ada beberapa jenisnya, yang bisa dilihat dari fungsinya yang sakit atau bentuknya yang sakit,” katanya seperti dilansir antaranews.
Dia mengatakan bahwa sakit gondok bisa menyebabkan penurunan atau kenaikan berat badan, gangguan tidur, dan benjolan pada area leher.
Menurut dia, penanganan masalah kelenjar tiroid dilakukan sesuai dengan kondisinya. Obat pengganti hormon tiroid dapat digunakan pada pasien dengan kondisi hipotiroid dan obat penurun produksi hormon tiroid bisa diberikan kepada pasien dengan kondisi hipertiroid.
Selain itu, dokter Wismandari mengatakan, penghancuran sel-sel tiroid, operasi, dan terapi iodium radioaktif juga bisa menjadi opsi dalam menangani gangguan pada kelenjar tiroid. 7
Komentar