nusabali

Duta Badung Angkat Tema Gugurnya Pahlawan I Gusti Ngurah Rai

Gladi Pawai Pembukaan PKB Ke-46

  • www.nusabali.com-duta-badung-angkat-tema-gugurnya-pahlawan-i-gusti-ngurah-rai

MANGUPURA, NusaBali - Duta Kabupaten Badung melaksanakan gladi pawai pembukaan Pesta Kesenian Bali (PKB) Ke-46. Gladi untuk memantapkan persiapan saat pawai pembukaan PKB nanti dilaksanakan di depan lobi Balai Budaya Giri Nata Mandala, Puspem Badung, Sabtu (8/6) sore.

Kepala Dinas Kebudayaan (Disbud) Badung I Gde Eka Sudarwitha, mengatakan pada Pawai Pembukaan PKB Ke-46 yang akan berlangsung di depan Monumen Bajra Sandhi, Niti Mandala Denpasar, Duta Badung mendapatkan urutan kesembilan. Pada pawai kali ini, Badung membawakan tema terkait dengan cerita gugurnya pahlawan asal Bali yakni I Gusti Ngurah Rai.

“Kami dari Kabupaten Badung mendapatkan barisan kesembilan, yang mana kami membawakan tema terkait Pitra Yadnya atau gugurnya Pahlawan I Gusti Ngurah Rai. Sebagai rangkaian dari tema itu, kami menyuguhkan pawai berupa fragmen atau wiracarita, di mana pahlawan nasional yang berasal dari Bali, I Gusti Ngurah Rai gugur dalam peperangan. Kemudian di belakangnya dilanjutkan dengan rangkaian seperti layaknya pelaksanaan upacara ngaben bagi kalangan tokoh,” ujarnya, Minggu (9/6).

Mantan Camat Petang tersebut menambahkan, pawai diawali dengan papan nama kabupaten, iring-iringan tedung, dan tari-tarian. Kemudian disusul dengan puluhan seniman yang menampilkan kesenian barong. Menurut Sudarwitha, kesenian barong ini menjadi penampilan ikonik dalam rangkaian pawai Duta Kabupaten Badung. Aksi barong ini diiringi tetabuhan baleganjur.

“Jadi pendukung pawai kami berasal dari desa adat, krama istri, anak-anak SMA, dan yang utama adalah seniman Bapang Barong Badung. Ini menjadi ikonik, sebab selain sebagai bagian daripada rangkaian upacara ngaben, katakanlah bagian dari pawai Duta Badung ini akan ada pagelaran tari barong massal,” jelas Sudarwitha sembari menyebut pawai melibatkan sekitar 300 seniman.

Setelah pagelaran barong massal, dilanjutkan dengan cerita gugurnya pahlawan I Gusti Ngurah Rai. Ada dua pasukan yang berperang, yakni pasukan yang membawa bambu runcing dan pasukan bersenjata senapan panjang. Cerita singkat ini mengisahkan perjuangan rakyat di bawah pimpinan I Gusti Ngurah Rai melawan penjajah Belanda. Di akhir cerita, I Gusti Ngurah Rai gugur dalam medan pertempuran.

“Setelah cerita gugurnya I Gusti Ngurah Rai, kemudian disambung dengan rangkaian prosesi ngaben yang menggunakan lembu dan bade. Ada juga ditampilkan Baris Ketekok Jago yang juga sebagai bagian dari rangkaian upacara ngaben besar. Ini sebagai simbolik daripada kepahlawanan, atau merupakan hubungan yang harmonis antara masyarakat dengan tokoh yang gugur atau diaben,” jelasnya.

Mengenai properti bade dan lembu yang akan digunakan, lanjut Sudarwitha, hanya dibuat mirip, namun tidak memasukkan unsur-unsur sakral sebagaimana bade dan lembu untuk upacara ngaben. “Tampilan bade dan pawai dibuat memang untuk suguhan pawai, bukan untuk upacara sesungguhnya. Jadi akan dibuat mirip dengan bentuk yang sesungguhnya, tapi memang ada bagian-bagian yang tidak dimasukkan seperti bade dan lembu utuh. Jadi tidak sakral,” kata Sudarwitha lagi.

Sementara terkait dengan pengaturan waktu saat display pawai berlangsung, kata Sudarwitha, diatur beberapa menit per kontingen. Namun demikian, karena tahun ini pembukaan difokuskan pada pawai, kemungkinan akan terjadi penyesuaian. “Kalau tahun sebelumnya, pembukaan juga berfokus adanya sendratari setelah pawai. Tapi sekarang sesuai dengan keputusan terakhir, difokuskan hanya saat pawai pembukaan saja,” katanya. 7 ind

Komentar