nusabali

Dana BOS Minim, Sekolah Tak Mampu Beli Bangku

  • www.nusabali.com-dana-bos-minim-sekolah-tak-mampu-beli-bangku

SINGARAJA, NusaBali - SDN 2 Pelapuan di Desa Pelapuan, Kecamatan Busungbiu, Buleleng merupakan salah satu sekolah minim siswa. Jumlah siswa keseluruhan tidak lebih dari 50 orang. Hal ini membuat sekolah hanya menerima dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) standar minimal. Kondisi ini membuat sekolah kekurangan sarana prasarana dan tak mampu membeli bangku.

Situasi sekolah yang minim sarpras ini diketahui saat Sekretaris Dewan Pendidikan Buleleng Dr I Made Bagus Andi Purnomo memonitoring sekolah Minggu (9/6) kemarin. Selain kondisi gedung yang rusak sedang, sekolah yang berada di perbukitan ini juga minim sarpras pendukung. Sejumlah meja dan bangku yang selama ini dipakai anak-anak untuk belajar terlihat sudah lapuk. Bahkan di kelas 2, duduk dan belajar menggunakan kursi plastik.

Sekolah terpaksa mengganti bangku yang sudah lapuk dengan kursi plastik karena tidak cukup untuk membeli bangku kayu. Dana BOS yang diterima dengan nilai standar terendah Rp 54 juta harus diatur sekolah seefisien mungkin agar mencukupi seluruh pengeluaran sekolah selama setahun. 

“Jumlah siswa di sekolah ini sedikit. Kurang lebih 50-an anak. Jadi satu kelas itu rata-rata di bawah 10 orang anak. Sehingga berimbas pada minimnya dana BOS,” ucap Purnomo yang juga dosen STAHN Mpu Kuturan Singaraja ini. 


Dia juga menyoroti soal kerusakan bangunan gedung sekolah. Sekolah tidak dapat prioritas usulan perbaikan karena ketentuan masih mengutamakan kerusakan berat. Kebijakan ini pun dikhawatirkannya akan membuat kondisi sekolah semakin tidak nyaman dan potensi kerusakan lebih parah semakin besar.

“Memang masalah itu adalah kalau gedungnya rusak berat, baru bisa diusulkan untuk rehab. Kadang aturan itu aneh. Masak nunggu bangunan roboh dulu baru bisa dibantu diperbaiki,” imbuh dia.

Sejauh ini persoalan kekurangan sarpras dan kerusakan gedung sekolah sudah dikoordinasikan dengan Sekretaris Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Buleleng. Sekolah segera disarankan berkoordinasi ke dinas untuk menyampaikan persoalan yang dihadapi.

“Kami di sini berusaha mendengarkan aspirasi sekolah dan menyampaikan permasalahan yang ada. Masalah sarpras masih jadi masalah klasik di Buleleng. Pemerintah daerah saya harapkan fokus pada hal dasar ini dulu (sarpras),” terang Purnomo.7 k23

Komentar