SLBN 1 Badung Pamerkan Produk Siswa
Pada Ajang Gebyar Semarak Prestasi Talenta Siswa
Gebyar Semarak Prestasi Talenta Siswa
SLBN 1 Badung
Pamerkan Produk Siswa
Kepala SLB Negeri 1 Badung Ni Nyoman Suwastarini
Produk-produk yang dipamerkan beragam, mulai dari kriya kayu dan berbagai souvenir seperti sandal hias, totebag, ikat rambut, gelang, hingga gantungan kunci.
MANGUPURA, NusaBali - Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri 1 Badung kembali menggelar acara tahunan, Gebyar Semarak Prestasi Talenta Siswa (Gempita) 2 pada Selasa (11/6) pagi. Acara ini bukan hanya sekadar menampilkan berbagai karya dan prestasi siswa, tetapi juga menandai peluncuran buku praktik baik pertama berjudul ‘Kompas dalam Labirin’.
Kepala SLB Negeri 1 Badung Ni Nyoman Suwastarini, menjelaskan kegiatan Gempita 2 ini merupakan pameran hasil dari Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5), sebagai bagian dari implementasi Kurikulum Merdeka. Kegiatan ini sekaligus dirangkaikan dengan peringatan HUT ke-40 SLB Negeri 1 Badung dan pelepasan siswa kelas 12 SMALB.
Dijelaskan, peluncuran buku berjudul ‘Kompas dalam Labirin’ menjadi salah satu momen penting dalam acara ini. Buku tersebut merupakan karya dari guru-guru SLB Negeri 1 Badung, yang berisi 30 kumpulan praktik baik ketika mereka mengajar.
“Kami merasa bahwa saat ini kami ingin sekolah lebih dikenal, sehingga lebih banyak lagi anak-anak berkebutuhan khusus yang bisa bersekolah di sini. Kami ingin berbagi praktik baik karena ketika belajar anak-anak berkebutuhan khusus itu tentu memiliki metode strategi pembelajaran yang berbeda dengan sekolah reguler pada umumnya,” jelas Suwastarini.
Dia mengatakan, buku yang diluncurkan saat ini akan disimpan di perpustakaan sekolah dan akan dibagikan ke platform Merdeka Belajar Kemendikbudristekd. Sementara, proses cetak sebanyak 50 eksemplar sedang berlangsung. “Buku ini kami harapkan bisa menjadi petunjuk arah ketika seseorang siapa pun yang menemui kesulitan saat menghadapi karakter anak berkebutuhan khusus yang beragam,” harapnya.
Disinggung soal kegiatan acara, Suwastarini menjelaskan pihaknya menampilkan hasil karya siswa dari berbagai jenjang, mulai dari SDLB hingga SMALB. Selama satu tahun, para siswa telah mengikuti kegiatan dengan tema kearifan lokal dan kewirausahaan. Mereka memamerkan proses belajar seperti berjualan, menjadi pembeli yang baik, serta keterampilan hasil workshop yang diadakan di sekolah.
Setiap stand pameran juga menyajikan demonstrasi langsung oleh para siswa, menunjukkan keterampilan mereka secara nyata. “Hasil dari penjualan produk dalam pameran akan masuk ke unit usaha milik sekolah, di mana sebagian akan digunakan untuk membeli bahan baku dan sebagian lagi akan kembali ke siswa sebagai bentuk motivasi untuk terus berkarya,” ujar Suwastarini.
“Melalui kegiatan ini kami memberikan suatu etalase sebagai wadah anak-anak untuk menampilkan apa yang mereka punya. Kemudian memberikan pemahaman sekaligus menyosialisasikan keberadaan sekolah kepada lebih banyak lagi warga masyarakat terutama orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus agar mereka mau menyekolahkan anaknya di sini,” imbuhnya.
Ditemui dalam kesempatan yang sama, Thasya Lutfia Hasinah Iramani seorang guru kelas dan keterampilan hantaran dan souvenir, mengatakan dalam acara ini anak-anak memamerkan berbagai produk kerajinanan tangan seperti kriya. Menurut Tasya, proses pembuatan kerajinan kriya sangat panjang dan menantang. “Yang kami pajang memang produk yang layak dijual. Jadi karya ini menurut saya sangat memuaskan karena dalam setahun bisa mengumpulkan banyak karya sesuai dengan keterampilannya,” katanya.
Produk-produk yang dihasilkan beragam, mulai dari kriya kayu yang dibanderol dengan harga Rp 300.000 hingga Rp 400.000. Lalu berbagai souvenir seperti sandal hias, totebag, ikat rambut, gelang, pakaian, dan gantungan kunci yang harganya mulai dari Rp 10.000.
Produk-produk kerajinan tangan ini dibuat oleh siswa-siswi dari jenjang SMPLB dan SMALB dengan berbagai jenis ketunaan, termasuk tunagrahita, autis, tunarungu, tunadaksa, dan tunanetra. Masyarakat pun menunjukkan minat yang tinggi terhadap produk-produk fungsional seperti gelang, sandal, dan gantungan kunci. Tasya berharap ke depan, siswa-siswi dapat memiliki akses lebih luas untuk memasarkan produk mereka di luar lingkungan sekolah.
“Harapan saya ke depan mereka bisa mendapat akses keluar menjajakan produk mereka ke luar, produk mereka bisa diterima oleh masyarakat luas, tidak hanya melihat dari hasil tetapi dari prosesnya karena uniknya ada di sana,” harap Suwastarini. 7 ol3
Komentar