Buleleng Siap Suguhkan Fragmen Tari Pasukan Goak Gebuk Blambangan
Peed Aya PKB ke-48
SINGARAJA, NusaBali - Ratusan anggota Sekaa Truna Truni (STT) di Kelurahan Banyuning, Kecamatan/Kabupaten Buleleng kompak menjalani latihan untuk tampil di Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-48. Mereka akan tampil saat pembukaan PKB yang akan dilaksanakan Sabtu (15/6) mendatang di Denpasar. Fragmen tari yang mengisahkan pasukan goak Raja Panji Sakti mengepung Blambangan akan menjadi pertunjukan ikonik duta Buleleng.
Dinas Kebudayaan Buleleng tahun ini menunjuk Sekaa Mandala Yowana Banyuning untuk tampil sebagai duta Buleleng. Sebanyak 185 orang penari dan penabuh akan dilibatkan dalam peed aya ini. Kepala Dinas Kebudayaan Buleleng, I Nyoman Wisandika, mengatakan dalam peed aya yang memerlukan banyak peserta sejak, diserahkan kepada sanggar yang bekerjasama dengan STT setempat.
Banyuning dipilih tahun ini karena selama ini cukup mentereng dalam berkegiatan seni. “Pementasan disesuaikan dengan tema PKB tahun ini yakni Jana Kerthi Paramaguna Wikrama. Selain menampilkan berbagai macam kesenian, juga akan menampilkan upacara pawintenan dan mebayuh,” terang Wisandika.
Sementara itu, Koordinator Peed Aya Buleleng, Nyoman Mulyawan, mengatakan persiapan sudah dilakukan sejak dua bulan terakhir. Seluruh anggota STT di Kelurahan Buleleng diturunkan untuk mensukseskan pembukaan PKB. Seratusan penari dan penabuh yang dilibatkan masing-masing punya peran masing-masing.
Mulyawan menjelaskan barisan peed aya Buleleng, terdepan ada uparengga pasukan pembawa atribut seperti kober nawa sanga, payung agung, barisan bandrangan dan umbul-umbul.
Lalu di belakang uparengga akan disusul penari Pancasila, Teruna Jaya, Sampi Gerumbungan dan permainan tradisional Mejaran-Jaranan yang sudah ditetapkan menjadi Warisan Budaya Tak Benda (WBTB). Lalu dibelakangnya akan disambung dengan barisan Upanayana yang menampilkan upacara pawintenan dan mebayuh oton.
“Di akhir barisan kami siapkan garapan fragmen tari yang menceritakan pasukan goak Raja Panji Sakti saat akan mengepung Blambangan. Kami memutuskan menampilkan fragmen ini sebagai penampilan ikonik Buleleng,” terang Mulyawan yang juga Lurah Banyuning ini.
Fragmen tari ini kembali ditampilkan meskipun sudah beberapa kali ditampilkan di event-event kesenian. Mulyawan juga menyebut pada garapan kali ini tidak melakukan banyak improvisasi, hanya di beberapa gerak tari yang disempurnakan. Hal ini disebutnya untuk menjaga roh magoak-goakan tidak hilang karena terlalu banyak improvisasi.7 k23
Komentar