Diskop UKM Tak Berkutik
Pasokan garam di Klungkung belakangan ini makin langka.
Pasokan Garam di Klungkung Makin Langka
SEMARAPURA, NusaBali
Para pedagang pun harus berebut agar memperoleh garam untuk dijual kembali. Akibatnya, harga garam melonjak drastis. Dinas Koperasi UKM dan Perdagangan Klungkung, tak bisa berkutik.
Seperti hasil pantauan NusaBali di Pasar Galiran, Klungkung, Senin (7/8) pagi. Para pedagang mengaku rela saling berebut garam saat pagi buta agar memperoleh pasokan garam dari pengepul. “Saya harus jam 02.00 Wita atau dinihari ke pasar agar dapat garam. Tapi tetap saja dapat sedikit, paling hanya 2 kg,” ujar salah seorang pedagang, Ni Kadek Sangu.
Kata dia, saat pasaran garam normal, berapun mencari pasokan garam biasanya bisa terpenuhi. Selain itu, harganya juga melonjak drastic. Harga garam beryodium dari Rp 1.000 naik menjadi Rp 3.000/bungkus kecil, harga garam lokal Rp 7.000/kg, naik menjadi Rp 18.000-Rp 20.000/kg.
Seorang warga, Jero Arsa mengaku sulit membeli garam. Dia mengaku tidak masalah kalau harga garam agak tinggi. Menurut dia, percuma harga garam murah, tapi tidak ada pasokan. Dia mengharapkan pemerintah turun tangan mengatasi kelangkaan garam serta menekan kenaikan harga tersebut.
Kepala Dinas Koperasi UKM dan Perdagangan Klungkung Wayan Ardiasa saat dihubungi, membenarkan kondisi tersebut. Hal ini karena kelangkaan pasokan garam dari luar. Pihaknya pun tidak bisa berbuat banyak. “Ini juga terjadi di kabupaten lain,” katanya.
Sebelumnya, cuaca ekstrem sejak beberapa minggu belakangan ini menurunkan produksi garam tradisional di Pantai Desa Kusamba, Kecamatan Dawan, Klungkung. Petani garam dalam sehari maksimal bisa memproduksi garam 5 kg/hari, padahal saat cuaca normal, produksi garam mencapai 20 kg/hari. “Mungkin ini juga karena jumlah produksi garam di sejumlah wilayah menurun akibat hujan,” ujar I Nyoman Pegig, petani garam di Desa Kusamba, Jumat (21/7). *wa
1
Komentar