nusabali

Startup Bali Jangan Hanya Jago Kandang

  • www.nusabali.com-startup-bali-jangan-hanya-jago-kandang

DENPASAR, NusaBali.com - Startup atau perusahaan rintisan yang berkembang di Bali dinilai memiliki keuntungan potensi ekspos lebih luas kepada pemodal dan talenta asing. Sayangnya, kebanyakan startup Pulau Dewata dinilai terlalu nyaman berkutat di lingkup lokal.

Pulau Bali sebagai destinasi bekerja secara remote kelas dunia telah mengundang para digital nomads untuk singgah. Fenomena ini telah membuka ruang interaksi antara talenta startup lokal dengan talenta mancanegara.

Diani NM, CEO Artique Agency, perusahaan yang bergerak di bidang pemasaran yang berkantor pusat di Hongkong menilai, ekosistem startup di Bali sehat. Salah satunya didorong dengan proses berbagi pengetahuan antara talenta lokal dan mancanegara.

"Di satu sisi, keberadaan digital nomads ini memberikan perspektif global kepada startup lokal. Di sisi lain, startup lokal menjadi pintu masuk bagaimana pengusaha global melokalisir bisnisnya," beber Diani ketika ditemui di sela acara NTT Startup Challenge 2024 Info Session di Sanur, Denpasar, Selasa (11/6/2024) lalu.

Diani tidak menampik bahwa dirinya belum mendengar brand startup besar yang tumbuh di Bali meskipun ekspos kepada talenta globalnya lebih tinggi. Startup di Bali dinilai perlu melirik pengembangan bisnis yang lebih luas ke luar Pulau Bali jika basis lokal mereka sudah mapan.

Senada, Trihill Capital, investor di balik Ruangguru, SiCepat, dan FitHub juga menilai interaksi startup Bali dengan talenta mancanegara membuka ruang ekspos yang luas. Hanya saja, dengan keuntungan ini, startup di Bali masih pontang-panting secara lokal saja.

Solusi yang ditawarkan startup Pulau Dewata masih menspesifikasi wilayah penawaran barang dan jasa di Provinsi Bali saja. Hal ini baik namun dengan kolaborasi talenta lokal dan mancanegara, potensi pasar secara nasional seharusnya lebih menantang dan menjadi akses suntikan modal yang lebih besar.

Jesslyn Gunawan, Value Creation, PR and Community Lead di Trihill Capital menjelaskan, perlu upaya membawa startup Bali keluar dari zona nyamannya. Solusi yang ditawarkan untuk pangsa pasar lokal Bali dinilai dapat diekspansi, setidaknya ke tingkat nasional.

"Kami melihat solusi yang coba dibuat startup Bali terlokalisir. Misalkan, lowongan pekerjaan untuk warga Bali saja, agrikultur farm-to-table tapi untuk hotel/restoran di Bali saja. Bagaimana mereka itu (seharusnya) bisa ekspansi ke Pulau Jawa misalnya, itu yang mungkin bisa menarik perhatian investor," jelas Jesslyn ketika ditemui di Sanur.

Startup besar di Jakarta dan kemudian menjadi besar di tanah air, kata Jesslyn, memulai secara lokal lebih dulu. Namun, solusi yang ditawarkan di Jakarta dilinearkan dengan cakupan problem daerah lain sehingga mereka dapat berekspansi secara nasional. Ambisi ini yang belum ditemukan oleh investor pada startup di Bali.

Meski veture capital (modal ventura) memang kebanyakan berada di Jakarta, Jesslyn menilai, kesempatan yang sama juga telah dibuka untuk startup Bali. Hal ini dilihat dengan banyaknya event nasional dan internasional di Bali, termasuk di bidang pengembangan startup.

"Kekurangan pemodal jelas tidak, kekurangan ekspos juga jelas tidak. Memang belum ada solusi yang menarik minat investor untuk berinvestasi," imbuh Jesslyn.

Trihill Capital sendiri disebut belum punya bidikan startup di Bali karena memang belum ada solusi yang mereka nilai menarik. Namun, kata Jesslyn, perusahaannya terus memantau perkembangan startup di Bali dan daerah lain di tanah air.

Khususnya startup di Bali, Jesslyn menegaskan, investor tidak menuntut produk dan jasa yang melulu tok teknologi. Lini bisnis konvensional seperti turisme, pertanian, wellness, dan lainnya dapat dilirik kemudian diberi sentuhan teknologi yang mendukung pertumbuhan dan ekspansi bisnis konvesional itu. *rat

Komentar