nusabali

Muncul Usulan Pembangunan TPST di Jimbaran

  • www.nusabali.com-muncul-usulan-pembangunan-tpst-di-jimbaran

Untuk merealisasikan pembangunan TPST, Kelurahan Jimbaran bersama desa adat mengusulkan tiga opsi.

MANGUPURA, NusaBali - Kelurahan Jimbaran bersama desa adat mengusulkan pembangunan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) baru sebagai solusi pengelolaan sampah di wilayah tersebut. Sebab, TPST Samtaku yang sebelumnya mengolah sampah di kawasan Jimbaran sudah berhenti beroperasi.

Menurut Ketua LPM Jimbaran Made Dharmayasa, usulan pembangunan TPST di Jimbaran sebenarnya sudah sejak beberapa tahun lalu. Namun, seiring dengan beroperasinya TPST Samtaku, usulan tersebut sempat meredup. Kini dengan penutupan operasional TPST Samtaku dan rencana penutupan TPA Suwung, usulan ini kembali diajukan sebagai prioritas di Jimbaran.

“Selama ini masyarakat Jimbaran sudah berlangganan jasa sampah yang dibuang ke TPST Samtaku dan TPA Suwung. Jika kedua tempat ini ditutup, jasa sampah tersebut tidak akan berfungsi dengan baik. Oleh karena itu, kami perlu mencari solusi bersama demi kenyamanan wilayah,” ujarnya.
Untuk merealisasikan pembangunan TPST, pihaknya bersama desa adat mengusulkan tiga opsi yang dapat ditempuh. Opsi pertama adalah pengadaan mesin di lahan milik Desa Adat Jimbaran seluas 2,3 hektare, yang terletak di belakang Hotel Ayana Jimbaran dan dapat diakses melalui Jalan Kacong.

Opsi kedua adalah di lahan timbul seluas 80 are yang berlokasi di utara Kantor Imigrasi Ngurah Rai, di tengah hutan mangrove yang status kepemilikannya masih belum jelas. Lahan ini diduga merupakan bekas lahan petani garam karena terdapat palinggih pura di dekatnya.

Kedua lokasi tersebut telah ditinjau oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) belum lama ini. Saat ini dalam tahap kajian serta analisa kelayakan penggunaannya.

Sementara, untuk opsi ketiga adalah bekerjasama dengan TPST Samtaku, di mana lahan yang digunakan nanti adalah milik pihak Samtaku, sementara alat akan direalisasikan melalui usulan Kelurahan Jimbaran kepada Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Badung. Opsi ini telah disampaikan kepada Sekda Badung I Wayan Adi Arnawa dan akan dilanjutkan dengan komunikasi lebih lanjut dengan Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Badung. Dharmayasa mengaku belum sempat berkomunikasi langsung dengan pihak Samtaku.

Namun, dia berharap pembangunan TPST ini dapat segera direalisasikan sebelum TPA Suwung ditutup. TPST yang diusulkan berkapasitas 20 ton, sesuai dengan jumlah sampah per hari yang diproduksi di Jimbaran, sehingga masalah sampah di wilayah ini dapat terselesaikan.

“Untuk teknologi yang akan diadopsi, kami serahkan sepenuhnya kepada Pemkab Badung. Sementara untuk tenaga kerja, kami akan menyesuaikan sambil berproses karena kami juga belum tahu kebutuhannya,” tambahnya.

Dikonfirmasi terpisah, menurut Kepala Bidang Pengelolaan Kebersihan dan Limbah B3 Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (LHK) Kabupaten Badung AA Gede Dalem, sejak dibangunnya TPST Samtaku, fasilitas ini tidak pernah beroperasi maksimal. Dia menjelaskan jika TPST Samtaku hanya mampu mengolah 20 ton sampah per hari, sementara jumlah sampah yang dihasilkan mencapai 300 ton per hari. Hal ini menyebabkan banyak sampah residu yang tersisa dan mengakibatkan masalah pada mesin.

“Karena masalah sampah yang masuk terbatas, pembayaran juga terbatas, sehingga mereka tidak bisa menggaji tenaga kerja mereka dan akhirnya tutup. TPST Samtaku sudah tutup hampir setengah tahun,” ujar Gung Dalem.

Meski demikian, Gung Dalem menegaskan bahwa penutupan TPST Samtaku tidak mengganggu pengolahan sampah di Badung. “Kami tidak panik dengan penutupan itu, karena kami di Badung sudah mengelola sampah di TPST dan memiliki 8 incinerator. Dengan incinerator ini, kami bisa membakar 80 ton sampah per hari, dan sisanya kami buang ke TPA,” ungkapnya seraya mengatakan sistem ini membantu Badung untuk tetap menjaga kebersihan dan pengelolaan sampah yang efektif.

Gung Dalem juga mengimbau kepada masyarakat untuk lebih aktif dalam menangani sampah rumah tangga. Pemilahan sampah sangat penting karena teknologi pengolahan sampah modern pun sulit bekerja jika sampah tercampur, terutama yang basah. Pihaknya pun terus berkomitmen untuk mengelola sampah dengan cara yang inovatif dan efektif, meskipun menghadapi berbagai tantangan. 7 ol3

Komentar