Dua Nelayan Hilang Tiba di Rumahnya
Husni, 32, dan Abdul Wahid, 25, nelayan asal Banjar Dinas Bunut Panggang, Desa Kaliasem, Kecamatan Banjar, Buleleng, sudah tiba di rumahnya pada Minggu (6/8) sekitar pukul 23.30 Wita.
Masih Trauma dan Belum Mau Terima Tamu
SINGARAJA, NusaBali
Mereka dijemput oleh keluarganya di Pelabuhan Situbondo, Jawa Timur sebelum akhirnya diajak pulang ke rumah masing-masing. Hanya saja saat dikunjungi NusaBali Senin (7/8), keduanya disebut masih mengalami trauma dan belum mau menemui tamu.
Kondisi keduanya pun dikatakan sudah mulai pulih. Hal terseut dikatakan oleh ayah Husni, Hunaeni, 63, yang ditemui di rumahnya. Ia pun yang sangat bahagia dapat melihat anaknya kembali pulang mengaku belum dapat mendengar cerita banyak pasca kepulangan Husni.
“Sudah membaik, tapi sekarang masih istirahat, belum sempat cerita bagaimana mulanya kok bisa sampai begitu, tampaknya dia masih trauma,” kata Hunaeni. Kedua keluarga pun berencana akan melangsungkan acara syukuran yang digelar pada Senin sore kemarin sebagai ucapan syukur kembalinya dua nelayan muda asal Kaliasem.
Sebelum pulang ke Buleleng, keduanya yang pergi melaut pada Senin (31/7) lalu dikabarkan hilang oleh keluarganya pada Senin (1/8), karena tak kunjung pulang dan berkabar. Hingga pada Rabu (2/8) keduanya dikabarkan ditemukan oleh salah satu kapal offshore ETH Ena Phonix di perairan Kangean.
Keduanya yang sempat melaut dan memancing di perairan Buleleng 26 mil lepas pantai disebut terseret arus dan cuaca buruk hingga ke perairan Kangean, Madura. Perahu yang mereka bawa pun disebut sempat terbalik setelah menabrak badan ikan di sekitar lokasi.
Setelah ditemukan keduanya tidak dapat langsung pulang karena cuaca buruk yang menyebabkan kapal tidak bisa bersadar di dermaga. Hingga pada Jumat (4/8) keduanya baru dapat menginjakkan kaki di daratan Kepulauan Sapudi, Madura dengan dijemput nelayan setempat. Keduanya pun sempat menginap di salah satu rumah keluarganya yang ada di sana.
Hingga pada Minggu (6/8) kemarin mereka diantarkan hingga di pelabuhan Situbondo dan dijemput oleh keluarganya yang ada di Buleleng. Perjalanan melaut keduanya yang penuh dengan keberuntungan lolos dari maut disebut Hunaeni merupakan pelajaran dari alam. Sebagai seorang nelayan yang mengandalkan hasil tangkapan untuk makan sehari-hari memang memiliki resiko yang sanagt tinggi ketika memutuskan untuk pergi melaut.
“Jadikan pelajaran saja, kalau berhenti jadi nelayan rasanya tidak, karena mau kerja apa, ini pekerjaan kami dari enek moyang dulu. Kalau tidak melaut nanti tidak makan. Mungkin nanti melautnya dekat-dekat saja, dan lebih hati-hati,” ungkap Hunaeni. *k23
Komentar