Igat Ciptakan Lagu ‘Bencana Demokrasi’
Terinspirasi Situasi Politik di Pilpres 2024
JAKARTA, NusaBali - Kondisi politik Indonesia, khususnya pelaksanaan Pilpres 2024 menjadi inspirasi bagi Ketua Presidium Jaringan Kerja Akar Rumput Bersama Ganjar (Jangkar Baja) I Ketut Guna Artha atau biasa disapa Igat menciptakan lagu berjudul Bencana Demokrasi. Melalui lagu tersebut, Igat ingin menyampaikan kritik mengenai situasi dan kondisi politik tanah air saat ini.
“Ini kesempatan saya menyampaikan kritik sosial di tengah kondisi politik nasional yang mengabaikan nilai-nilai etik moral. Untuk itu, saya mengekspresikan apa yang saya lihat dan alami. Kemudian mengkritisinya,” ujar Igat kepada NusaBali, Kamis (13/6).
Igat pun, tidak membutuhkan waktu lama untuk menciptakan lagu tersebut. Lantaran dengan bantuan aplikasi musik berbasis Artificial Intelligence (AI), Suno, lagu ciptaannya cepat selesai. Kemudian dia unggah di You Tube Igat Channel pada Minggu (9/6). “Membuat lagu secara konvensional membutuhkan waktu lama. Dengan bantuan aplikasi musik, setiap saat kita bisa membuat lagu dengan cepat,” terang Igat.
Lagu ‘Bencana Demokrasi’ mengisahkan seseorang yang mengikuti Pilkada Jakarta pada 2012. Sosok tersebut membuat demokrasi bergairah dan mengurangi golput sehingga menjadi role model kemenangan dalam Pilkada. Terlebih sosok itu, sering blusukan. Alhasil, semakin disukai rakyat sehingga dia maju sebagai capres dan terpilih.
Meski sudah terpilih sebagai presiden, sosok tersebut tak masalah dengan sebutan petugas partai. Maka, di periode kedua maju kembali dan terpilih. Namun, nikmatnya kekuasaan membuat dia lupa diri dan mewacanakan tiga periode. Hal itu, tidak berhasil dan membuatnya menempuh berbagai cara.
Bahkan, hianati reformasi. Teman saat susah dijadikan lawan. Protes guru besar dan aktivis demokrasi tidak dipedulikan demi kekuasaan. Dia pun, mengakali aturan sehingga menjadi bencana demokrasi. Melalui lagu tersebut, Igat mengajak masyarakat pilih pemimpin yang punya prinsip, watak dan karakter melayani serta visioner. Bukan menipu dengan pencitraan.
“Jadi, menghadapi Pilkada serentak ke depan ini, saya coba menggali warisan peradaban adi luhung, nilai-nilai kearifan lokal, petuah-petuah leluhur, yang mestinya menjadi watak dan karakter kepemimpinan pasca pilpres yang menabrak aturan bernegara yang abai pada budi pekerti,” papar Igat.
Dengan kritik sosial dan pesan moral melalui lagu yang dibuatnya, Igat berharap masyarakat tersadar agar tidak terulang kembali bencana demokrasi. “Karena kedaulatan di tangan rakyat, maka setiap pilihan pemimpin itu harus dipertanggungjawabkan,” tegas Igat. k22
Komentar