Jelang Idul Adha, Peternak Badung Tawarkan Kambing dengan Pakan Murni Organik
MANGUPURA, NusaBali.com - Roni, 42 dan Made Oka Sudarmawan, 43 adalah dua peternak di Kecamatan Abiansemal, Badung yang menternakkan kambing dengan pakan murni organik.
Bahan pakan yang diberikan berupa ramban/dedaunan, rumput-rumputan, dan kacang-kacangan, tanpa pakan seperti pelet, polar, dan sejenisnya. Pemberian pakan organik ini disebut untuk menjaga kualitas daging.
Kata Roni ketika ditemui Jumat (14/6/2024), kambing tanpa pakan artifisial atau pakan penggemukan buatan ini lebih dominan dagingnya. Berbeda dengan kambing non organik yang disertai pakan buatan, lemaknya lebih terlihat.
"Kalau pakai semacam charoen itu cepat besarnya tapi ya begitu, muluk (lemak) saja isinya, orang tidak suka," ujar Roni, pria kelahiran Banyuwangi yang kini merintis peternakan kambing organik di Banjar Lateng, Desa Sibangkaja, Abiansemal.
Selain pada pakan pokok, kambing organik ini juga diberikan treatment khusus pada asupan cairan. Oka, peternak kambing asal Banjar Agung, Desa Mambal, Abiansemal memanfaatkan sisa air rebusan pembuatan tahu.
Menurut Oka, nutrisi kedelai yang larut pada air rebusan tahu sangat bermanfaat untuk pertumbuhan kambing. Oka mengambil 'limbah' pabrik tahu ini tidak jauh dari kandang ternaknya di Munduk Bedugul, Subak Mambal.
"Air sisa rebusan tahu itu saya campur dengan kulit ari kedelai kemudian ditambahkan sedikit garam. Ini jadi asupan cairan untuk kambing saya," tutur Oka ketika ditemui di kandang ternaknya, Jumat siang.
Roni dan Oka mengakui bahwa memelihara kambing organik tidak mudah. Selain bahan pakan harus dicari setiap hari, waktu penggemukannya juga lebih lambat.
Kambing yang dijual kedua peternak ini berjenis Jawarandu, Etawa, Peranakan Etawa (PE), dan Boer. Menjelang Idul Adha 1445 Hijriah, 17 Juni 2024 ini, Roni dan Oka merasakan peningkatan penjualan dan kenaikan harga jual daripada hari-hari biasa.
"Untuk Idul Adha ini, sudah lima ekor yang sudah terjual, masing-masing di kisaran Rp 3-4 juta tergantung umur dan besar badannya," kata Roni.
Roni menjual kambing dengan cara tafsir saja, melihat umur dan ukuran badan kambing. Hal yang sama juga dilakukan Oka. Keduanya, kebetulan, sudah berhasil menjual masing-masing lima ekor kambing untuk hewan kurban Idul Adha ini.
"Harga jual kambing jelang Idul Adha ini meningkat Rp 500.000 ke atas dibanding harga jual pada hari biasa," ucap Oka.
Roni dan Oka adalah peternak yang biasanya menjual kambing kepada penjual untuk nantinya dijual kembali. Oleh karena itu, angka penjualan mereka terbilang lebih rendah daripada pedagang kambing ketika musim kurban.
Dari belasan hingga puluhan kambing yang dipelihara, hanya beberapa saja yang siap dijual sebagai pedaging. Hal ini mengingat proses penggemukan yang memakan waktu. Namun, dengan proses penggemukan yang alami itu, kualitas daging lebih terjamin. *rat
Komentar