nusabali

Peed Aya Desa Kerta Duta Gianyar Tampil Memukau

  • www.nusabali.com-peed-aya-desa-kerta-duta-gianyar-tampil-memukau
  • www.nusabali.com-peed-aya-desa-kerta-duta-gianyar-tampil-memukau

GIANYAR, NusaBali - Peed aya duta Kabupaten Gianyar tampil memukau pada pawai pembukaan Pesta Kesenian Bali (PKB) ke 46 di Denpasar, Sabtu (15/6). Duta Kabupaten Gianyar dimotori Desa Kerta, Kecamatan Payangan mampu membuat penonton bergemuruh dan terpukau. Garapan yang apik dan estetik melibatkan ratusan seniman menjadi duta yang ditunggu-tunggu para penonton.

Kadis Kebudayaan Gianyar, Cokorda Gede Bagus Lesmana Trisnu mengatakan, pada pawai atau peed aya, Gianyar menampilkan sejumlah materi, diawali iringan papan nama kabupaten dengan hiasan agung madya khas Gianyar yang didampingi dua perempuan dengan riasan lelunakan. Riasan ini merupakan tata rias yang mengusung pakem Kerajaan Gianyar sebagai simbol jati diri masyarakat Gianyar yang diiringan Gong Beri. "Gong Beri sebagai semiotik kewibawaan dan kepercayaan diri yang tercermin dari setiap langkah reformasi Gianyar," ujar Cok Bagus Lesmana. 

Kabupaten Gianyar juga menampilkan barisan uparengga terdiri umbul- umbul, bebandrangan, kober, payung pagut, dan tedung agung. Pada bagian ini menampilkan barisan Jegeg Bagus dengan balutan busana dan tata rias modifikasi yang tidak meninggalkan pakem busana khas Gianyar. Iringan Jegeg Bagus dikawal para pepatih sebagai tabeng dada, menyimbolkan keamanan. 

Duta Gianyar juga menyuguhkan iringan tari Legong. "Banyak tari Legong yang lahir di Kabupaten Gianyar yang juga merupakan spirit fundamental dalam berkesenian bagi masyarakat Gianyar," jelasnya. 


Mewakili perasaan bangga, dipersembahkanlah mahakarya anyaman bambu yang berwujud legong serta diikuti tiga tarian Leging. Di antaranya tari Legong Kuntul, Legong Jobog, dan Legong Kupu-kupu Tarum diiringi tetabuhan semar pegulingan sebagai simb harmonisasi masyarakat Gianyar dalam berkesenian. 

Sesuai tema PKB Jnana Kertih, diejawantakan melalui berbagai upacara mulai dari lahir hingga usia 42 hari atau mapag rare hingga tutug kambuhan. Ditampilkan pada iringan peed daur hidup dengan menampilkan berbagai upakara yadnya mulai dari penjor pengerorasan, ancak saji, pedamaran, tempeh berisikan tetandingan banten, dan gebogan.  

“Seluruh upakara tersebut merupakan sarana pengamalan ajaran Jnana Kertih secara spiritual untuk memuliakan manusia mulai dari mapag rare hingga tutug kambuhan agar mampu menjadi individu yang Suputra Sadhu Gunawan," ujar mantan Kadis P3AP2KB Gianyar ini.

Barisan peed aya daur hidup diiringi dengan gambelan gong suling. Terakhir sebagai iringan pamungkas dari Peed Aya Kabupaten Gianyar menampilkan garapan tematik dengan mengangkat kisah ikonik dari Kabupaten Gianyar. Berawal dari permohonan I Gusti Arya Tegeh Kori kehadapan Ida Dalem Segening atas tidak dapat teratasinya kerusuhan yang terjadi di Badung akhirnya diutuslah I Dewa Manggis Kuning untuk meredam pertikaian tersebut. Badung menjadi damai kembali. 

Namun, oleh karena kecurigaan I Gusti Arya Tegeh Kori terhadap I Dewa Manggis Kuning menyukai salah satu istrinya maka I Dewa Manggis Kuning harus Kembali meninggalkan Badung hingga sampailah di Kertalangu Kesiman bersama I Gusti Arya Wang Bang Pinatih. 

Singkat cerita dihaturkanlah I Dewa Manggis Kuning seorang putri bernama I Gusti Ayu Paang. Perjalanan I Dewa Manggis Kuning tetap berlanjut sampai didengar oleh Ida Dalem Segening bahwa dia akan membuat sebuah kerajaan. Maka dihadiahkanlah I Dewa Manggis Kuning Keris Pusaka Ki Obag-Obag oleh Ida Dalem Segening. Pusat pemerintahannya dikenal dengan Griya Anyar kemudian jadi Gianyar. 7 nvi

Komentar