Menyaksikan Taman Penasar Sanggar Pratiniyata Budaya, Banjar Mas, Desa Bedulu, Gianyar di PKB XLVI
Sajikan Tema Lelawat, Angkat Kisah Kerajaan Bedahulu
Wimbakara (Lomba) Taman Penasar
PKB XLVI
Sanggar Pratiniyata Budaya
Banjar Mas
Tema Lelawat
Angkat Kisah Kerajaan Bedahulu
Durasi pementasan selama 1 jam itu pun dinilai oleh dewan juri dan mendapat perhatian antusias dari penonton yang memadati Kalangan Ratnakanda tersebut
DENPASAR, NusaBali - Sanggar Pratiniyata Budaya, Banjar Mas, Desa Bedulu, Kecamatan Blahbatuh, Gianyar tampil menghibur dalam Wimbakara (Lomba) Taman Penasar pada (Pesta Kesenian Bali) PKB ke-46, di Kalangan Ratnakanda, Taman Budaya (Art Centre) Provinsi Bali, Denpasar, Selasa (18/6).
Duta Gumi Seni kali ini mengusung tema ‘Lelawat’, yakni berpijak pada tuntunan atau ajaran adiluhung masa silam. Di mana sekaa taman penasar ini menggali nilai-nilai positif dari kisah kerajaan Bedahulu dalam mengatasi segala permasalahan yang terjadi saat itu dan dijabarkan dalam memaknai situasi saat sekarang. Problema masa kini, masalah moralitas dikemas apik dalam sajian seni tutur para penampil yang berasal dari kalangan generasi muda. Mereka mengolah secara kreatif materi-materi atau ide-ide otentik dalam seni sastra dan karawitan khas daerahnya. Setiap pupuh dilantunkan, kemudian diartikan dan dibahas dalam bentuk dialog. Tak jarang dibumbui perdebatan sengit antara yang satu dengan lainnya.
Terdapat 8 orang penembang dan peneges, didukung 12 penabuh geguntangan dan ensemble semar pegulingan. Durasi pementasan 1 jam itu pun dinilai oleh dewan juri dan mendapat perhatian antusias dari penonton yang memadati kalangan di sebelah selatan panggung Ardha Candra itu. Di balik kesuksesan Sekaa Taman Penasar Desa Bedulu tampil di kalangan Taman Budaya, ada beberapa kendala yang dihadapinya, yakni upaya menemukan sosok atau pemeran dalam sajian pentas seni melantunkan pupuh menjadi kendala tersendiri bagi pengampu sanggar.
Seperti diakui Ketut Murtika selaku pembina. Dia menuturkan kebetulan di daerah Bedulu, dan sekitarnya memang dikenal ada kesenian arja klasik dan pegambuhan. “Satu sisi memang didukung daerah kami penekun kesenian klasik seperti arja dan gambuh tak kesulitan menemukan calon penembang, namun di satu sisi kami sulit mempertemukan mereka apalagi pemeran muda, ada yang bisa metembang namun waktunya sulit dipertemukan, karena sibuk dengan profesinya, seperti masih sekolah atau kuliah,” terang Murtika atau akrab disapa Pak Rama ini.
Selaku penekun gambuh, Pak Rama merasa bersyukur Taman Penasar tetap diberikan peluang tampil dalam ajang PKB. “Biasanya kidung, pupuh dinyanyikan saat upacara yadnya di Bali, dan ini sebenarnya hampir merata di Bali, kami optimis akan muncul generasi baru di masa mendatang, asalkan pembinaan dan ruang berkesenian mereka diberikan secara terus menerus, seperti panggung PKB ini,” tandasnya.
Wimbakara atau lomba taman penasar bertujuan memberi kesempatan dalam publikasi PKB tiap tahun ke publik nasional bahkan internasional. Lomba ini diikuti setiap kabupaten/kota mengirim satu sekaa/sanggar/komunitas taman penasar yang terdiri dari penabuh, panembang, paneges/penerjemah dan pangenter. 7 a
1
Komentar